Oleh Sam Edy Yuswanto*
Berdoa termasuk ke dalam amalan ibadah yang mestinya selalu menjadi rutinitas keseharian kita. Berdoa juga termasuk bentuk kepasrahan kita atas semua takdir atau ketentuan yang telah digariskan oleh-Nya. Berdoa juga menjadi cara bagi kita untuk mengobati kegundahan dan kesedihan atas berbagai kejadian yang tengah menimpa kita.
Apakah setiap doa yang kita panjatkan kepada Allah Swt. akan didengar dan dikabulkan oleh-Nya? Pertanyaan seperti ini mungkin pernah terbesit di benak sebagian orang. Menurut pemahaman saya, setiap doa, baik yang terucap maupun yang hanya digumamkan dalam hati (bahkan yang hanya terlintas dalam kepala), pasti didengar oleh-Nya. Sebab Allah adalah Dzat yang Maha Mendengar. Dan setiap doa yang baik insyaallah akan dikabulkan oleh Allah Swt. Allah sendiri telah berjanji akan mengabulkan doa-doa para hamba-Nya.
Hanya saja, perihal pengabulan doa, terkadang apa yang kita minta diganti oleh Allah dengan hal lain yang lebih memberikan manfaat atau kemaslahatan bagi kita. Intinya, jangan sampai kita merasa lelah dalam berdoa dan memutuskan untuk berhenti berdoa. Jangan sampai kita merasa Tuhan tak adil dan tak berpihak kepada kita ketika doa-doa yang kita panjatkan tak kunjung dikabulkan oleh-Nya. Yakinilah bahwa setiap takdir yang telah digariskan oleh-Nya saat ini merupakan yang terbaik bagi kita, meskipun kadang dianggap “tidak baik” di mata manusia pada umumnya.
- Iklan -
Contoh kecil, ketika saat ini kita masih sendiri (lajang), belum menemukan pendamping hidup padahal sudah berusaha dan berdoa, yakini dan percayalah bahwa hal tersebut adalah yang terbaik bagi kita saat ini (meskipun kadang dipandang remeh atau “tidak baik” oleh orang lain).
Sarana Mengadu Pada-Nya
Sebagaimana telah saya ungkap di awal, bahwa berdoa menjadi cara bagi kita untuk mengobati kegundahan dan kesedihan atas berbagai kejadian yang menimpa kita. Dengan kata lain, doa menjadi sarana mengadu atau curhat atas segala kepedihan dan luka yang sedang kita alami. Ketika hari ini kita sedang tertimpa musibah misalnya, berdoa menjadi cara yang ampuh dan menenangkan hati.
Hal terpenting ketika akan berdoa, taatilah adab atau tata krama dalam berdoa. Misalnya, usahakan berwudu terlebih dahulu, lalu membaca zikir seperti istigfar, tasbih, tahmid, dan tak lupa berselawat. Ada baiknya sebelum berdoa kita memohon ampun (bertobat) atas segala kesalahan dan dosa di masa lalu, lantas menyesalinya, seraya berjanji tak akan mengulanginya lagi. Baru setelah itu kita berdoa, atau mencurahkan segala permasalahan hidup kita kepada Allah Swt.
Dalam buku Ini Kuncinya, Itu Rezekinya, Raisya Maula Ibnu Rusyd menjelaskan satu hal yang harus diperhatikan dalam berdoa, selain mengindahkan (memperhatikan) adab-adab berdoa lainnya, ialah kepantasan sesuatu yang kita mohonkan. Bisa jadi, di antara kita memohon agar dikaruniai pesawat terbang, padahal antara harapan tersebut dan pekerjaan mereka sangat jauh perbedaannya. Ini tentu tidak masuk akal. Karenanya, mohonlah sesuatu yang sekiranya pantas kita dapatkan sesuai dengan keadaan dan pekerjaan kita. Itulah hamba yang tahu diri di hadapan Allah Swt.
Jangan Berdoa Tentang Keburukan
Hal yang juga penting dipahami bersama, ketika berdoa, mintalah hal-hal yang baik untuk kita dan orang lain. Jangan sampai kita berdoa tentang hal-hal yang buruk. Misalkan mendoakan keburukan atau kejelekan untuk orang lain. Bahkan terhadap orang yang pernah berbuat kejahatan kepada kita, tak perlu kita lantas mendoakan kejelekan untuknya. Sebaliknya, berdoalah agar orang tersebut dibukakan pintu rahmat dan petunjuk oleh-Nya. Karena kita tidak pernah tahu takdir Tuhan, bisa saja orang yang semula jahat kepada kita, kelak suatu hari akan menjadi orang yang sangat baik terhadap kita.
Ada sebuah kisah menarik dan sarat perenungan tentang betapa pentingnya berdoa tentang hal-hal yang baik meskipun pada saat itu hati tengah dikuasai oleh amarah. Kisah tersebut saya peroleh dalam buku 100 Muslimah Super Stories yang disusun oleh Abdillah F. Hasan. Begini kisahnya:
Ada seorang anak yang terkenal nakal. Siapa saja akan mengelus dada melihat kelakuannya. Salah satu kenakalannya yang bikin hati jengkel misalnya ketika pada suatu hari ada jamuan makan di rumahnya. Tak disangka anak itu berlari masuk rumah dengan kedua tangannya menggenggam debu, lalu menumpahkannya di atas makanan yang tersaji. Ibu si anak tersebut tentu kelabakan dengan tingkah anaknya tersebut. Amarahnya meletup, kesabarannya nyaris hilang hingga terlontarlah kata-kata serupa doa yang tak terduga: “Idzhab! Ja’alakallahu imaaman lilharamain!” (artinya: Pergi kamu! Semoga Allah menjadikanmu imam di Haramain!).
Maha suci Allah, siapa yang mengira bila ucapan yang bermakna doa itu dikabulkan oleh Allah Swt. Anak yang nakal tersebut kelak benar-benar menjadi imam Masjidil Haram yang memiliki suara merdu dan tartil saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Anak yang dulu nakal tersebut tak lain dan tak bukan adalah Syekh Abdurrahman as-Sudais.
Coba sekarang kita bayangkan, seandainya dulu sang ibu melontarkan kata-kata (doa) yang buruk kepada anaknya yang nakal tersebut. Bisa jadi ketika (atas izin-Nya) doa tersebut dikabulkan, keburukan yang akan menimpa kepada si anak kelak. Kisah tersebut dapat menjadi sebuah renungan yang sangat berharga bagi kita agar ketika berdoa, berdoalah hal-hal yang baik saja. Meskipun terhadap orang yang pernah membuat hati kita kesal dan dongkol. Karena kita tidak tahu, kapan Tuhan akan mengabulkan doa kita, sehingga yang bisa kita lakukan selain ikhtiar (berusaha) ialah berdoa yang baik-baik di setiap saat, setiap waktu, apa pun kondisinya. Wallahu a’lam bish-shawaab. ***
*Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.