• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan
LP Maarif NU Jateng
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Sastra
  • Artikel
  • Hikmah
  • FikihTanya Jawab
  • Tokoh
  • Jurnal
  • Informasi
  • Download
    • Juara Lomba Video Profil Sekolah/Madrasah 2020
    • Majalah MOPDIK 2020
    • Banner Selamat Tahun Ajaran Baru
  • Ma’arif CenterNU Career
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Sastra
  • Artikel
  • Hikmah
  • FikihTanya Jawab
  • Tokoh
  • Jurnal
  • Informasi
  • Download
    • Juara Lomba Video Profil Sekolah/Madrasah 2020
    • Majalah MOPDIK 2020
    • Banner Selamat Tahun Ajaran Baru
  • Ma’arif CenterNU Career
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
LP Maarif NU Jateng
ADVERTISEMENT
Home Artikel

Ilusi “Paket Terbit Gratis” dalam Penerbitan Buku

15/02/2021
in Artikel, Esai
Reading Time: 4min read
0 0
0
Ilusi “Paket Terbit Gratis” dalam Penerbitan Buku
0
SHARES
12
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke Whatsapp

Oleh Wahid Kurniawan

Postingan itu menyentak saya di suatu siang. Setelah makan, seperti biasa, saya mengecek ponsel dan mengintip linimasa media sosial. Di tengah menggulirkan layar, postingan itu pun muncul di salah satu grup kepenulisan yang saya ikuti. Kurang lebih, itu berisi curhatan penulis yang dahulu, waktu menerbitkan novelnya, hanya beroleh seorang pembeli yang tertarik dengan novelnya. Hal inilah yang menyentak diri saya: Bagaimana itu bisa terjadi? Apa yang dilakukan penerbit dan penulis? Bagaimana proses promosinya? Sederet pertanyaan serupa pun muncul belakangan. Perhatian saya terserap secara penuh. Saya heran, sebab itu adalah kasus paling parah menyangkut penjualan karya seseorang. Pun, saya kasian, sebab jerih payah menulis yang mesti mendedikasikan banyak hal, malah tak diganjar dengan hasil yang setimpal.

Dari situ, saya jadi merenungkan beberapa hal yang selama ini menggelisahkan saya. Kegelisahan tersebut jelas berkaitan dengan proses seseorang yang menerbitkan karyanya menjadi buku. Kita tahu, saat ini, menerbitkan buku tak sesulit beberapa tahun yang lalu. Selain keberadaan penerbit indie yang kian menjamur, adanya media sosial pun turut memengaruhi gairah seseorang yang ingin melihat karyanya dicetak dan menemui pembacanya. Ini memang bukan hal yang mengherankan. Sebab diakui atau tidak, menerbitkan karya secara cetak masih memiliki sisi spesialnya tersendiri. Bila sudah menjadi buku, itu artinya kita bisa memegangnya, menghidu aromanya, memajangnya di rak, dan, yang paling mengesankan, itu menjadi kebanggaan tersendiri.

Sayangnya, semakin ke sini, semua itu tampak seperti ilusi yang membius banyak orang. Ilusi macam apa? Pertama-tama, mari kita luruskan pembahasan ini, sebab koridor yang saya maksudkan adalah problema yang menjangkiti kalangan penerbit indie.

Bacajuga:

Mahalul Qiyam: Bagian Albarjanzi Paling Nikmat

Mahalul Qiyam: Bagian Albarjanzi Paling Nikmat

24/02/2021
3
Penguburan Sunyi

Kecerdasan Kepepet

23/02/2021
8
Indonesia Itu Membaca

Indonesia Itu Membaca

22/02/2021
12
LP Ma’arif PWNU Jateng Diklat Ke-NU-an di Magelang

LP Ma’arif Harus Menjadi Ujung Tombak Pendidikan

21/02/2021
5

Begini, ilusi itu menjelma semacam iming-iming, “Hei, kami bisa menerbitkan karyamu, dan peluang menjadi penulis besar ada di depan mata. Bagaimana? Kamu tertarik?” Ya, ilusi yang saya maksud adalah keberadaan paket “Terbit gratis”, baik yang bersyarat atau tidak, yang tampak menggiurkan. Oh, tidak, saya bukannya skeptis dengan penawaran tersebut, atau mengamini bahwa semua paket “Terbit Gratis” menjebak kita bila tidak dengan bijak dalam memandangnya. Tidak sedikit penerbit baik yang menawarkan jasa tersebut, dan tak sedikit penulis yang terbantu dalam proses kepenulisannya. Namun, bagaimana dengan yang “Buruk”? Entah itu buruk dalam hal kualitas penerbit, ketidakjelasan perencanaan penjualan, relasi penerbit dan ketidaktahuan seorang penulis mengenai promosi karya yang baik, atau bahkan, perpaduan dari ketiganya. Kita patut menduga, penulis yang saya lihat postingannya itu, mengalami satu atau beberapa hal yang saya sebutkan ini.

Baiklah, kualitas penerbit dan pengetahuan penulis soal branding diri atau branding karya memang hal yang berbeda. Kita bisa menyebut, sekian penulis di masa lalu bisa tetap sukses tanpa direpotkan urusan promosi dan penjualan karyanya. Ia tinggal menulis yang baik, mengajukannya kepada penerbit, dan bila penerbit setuju untuk menerbitkan, maka urusan tetek-bengek penerbitan dilimpahkan kepada penerbit.

Lain lagi dengan sekarang, keaktifan penulis di media sosial, bagi beberapa penerbit, jadi patokan kuat untuk melirik si penulis. Media sosial menjadi ladang mencari calon penulis, jembatan antara karya dan pembaca, dan interaksi di antara tiga pihak ini: Penerbit, penulis, dan pembaca. Saking pentingnya peran media sosialnya, maka tak perlu heran, kalau ada yang mensyaratkan jumlah followers media sosial bila ingin mengajukan naskah.

Ya, yang saya maksud adalah penerbit mayor. Mereka perlu melakukan itu untuk membaca sebesar apa pasar yang akan menyerap karya si penulis, apalagi bila ia penulis yang masih terhitung baru.

Lalu, bagaimana dengan penerbit indie? Nah, di jalur ini, justru peran penulis dalam memaksimalkan media sosialnya jadi sesuatu yang menentukan. Bersama penerbit, ia mesti berjuang sama kerasnya dalam menggiatkan promosi demi menambahnya jumlah eksampler buku yang terjual.

Sayangnya, kesialan bisa sekali terjadi seperti kasus penulis yang saya sebut-sebut tadi. Misalnya, ia berangkat dari penulis di sebuah platform digital, dengan sekian pembaca yang berlangganan ceritanya. Sehari-harinya, ia hanya fokus dengan pembaca yang senantiasa menantikan kelanjutan ceritanya tiap minggu. Katakanlah, ia tak begitu aktif dalam membangun branding diri atau si karya di media sosial. Ia sama sekali abai soal hal tersebut. Lalu suatu hari, bisa jadi, seorang yang mengaku dari pihak sebuah penerbit indie mengajukan pinangan atas karyanya tadi. Mereka ingin menerbitkan karya si penulis dengan jalur “Terbit gratis”. Senang atas tawaran tersebut, ia pun menyetujuinya tanpa lebih dulu mengorek informasi tentang penerbit yang mengontaknya, maka terbentuklah kata sepakat di antara keduanya.

Usut punya usut, penerbit tersebut rupanya belum memiliki nama dalam hal kualitas, entah itu soal kejelasan perencanaan perusahaan, ataupun pengetahuan soal menjadi penerbit yang baik. Begitu menerbitkan karya penulis sial tadi, mereka sekadar promosi standar di media sosial yang pengikutnya pun tak banyak-banyak amat. Saya membayangkan, setelah sebulan, dua bulan, hingga entah keberapa bulan, buku tadi hanya terjual beberapa eksampler saja. Itu pun teman atau kerabat si penulis yang merasa bangga orang terdekatnya sudah menelurkan karya dalam bentuk buku. Setelahnya, seiring waktu berjalan, linimasa media sosial pun menelannya, hingga hanya terlihat ketika seseorang penasaran soal profil si penulis atau si penerbit, dan mendapati foto buku tersebut di salah satu album foto mereka.

Sejarah yang saya gambarkan tadi memang belum valid. Tapi bisa saya katakan, itu bukan sekali atau dua kali terjadi. Sebagaimana banyak penulis atau buku bagus yang lahir, pun sebaliknya, tak sedikit penulis atau buku yang bernasib malang. Ia pernah terlihat di suatu masa, tapi kenyataan lantas dengan kejam melesakkannya dengan dalam sampai tak kentara lagi. Industri ini tentu bukan bisnis yang selamanya ramah, bahkan ia bisa jadi sedemikian mengerikannya, untuk itu, perlu persiapan yang tak main-main bila ingin memasukinya. Salah satunya, ya, pintar-pintar dalam memilih penerbit, sehingga kita bisa memaksimalkan potensi karya yang ingin kita jual ke khalayak umum. Begitu.

-Penulis adalah penikmat buku. Mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Teknokrat Indonesia.

Tags: Ilusi "Paket Terbit Gratis" dalam Penerbitan BukuWahid Kurniawan
ShareSendTweet
Previous Post

Gelar Expo, SMK Ma’arif NU 1 Ajibarang Banyumas Jaring Siswa Baru

Next Post

PW IPHI Jateng Donasikan 1 Ton Beras kepada Korban Bencana Banjir di Kota Semarang

Related Posts

Mahalul Qiyam: Bagian Albarjanzi Paling Nikmat
Artikel

Mahalul Qiyam: Bagian Albarjanzi Paling Nikmat

24/02/2021
3
Penguburan Sunyi
Artikel

Kecerdasan Kepepet

23/02/2021
8
Indonesia Itu Membaca
Artikel

Indonesia Itu Membaca

22/02/2021
12
Next Post
PW IPHI Jateng Donasikan 1 Ton Beras kepada Korban Bencana Banjir di Kota Semarang

PW IPHI Jateng Donasikan 1 Ton Beras kepada Korban Bencana Banjir di Kota Semarang

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKUTI KAMI

  • 2k Fans
  • 1.2k Followers
  • 1.7k Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

26/07/2020
Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

28/10/2019
Lomba Video Profil LP Ma’arif PWNU Jateng Diundur Sampai Desember 2020

Lomba Video Profil LP Ma’arif PWNU Jateng Diundur Sampai Desember 2020

24/07/2020
Bolehkah Qurban Dulu, Bayar Belakangan?

Bolehkah Qurban Dulu, Bayar Belakangan?

14/07/2020
Menjadi Penulis itu Butuh Proses Panjang

Menjadi Penulis itu Butuh Proses Panjang

6
Lomba Video Profil LP Ma’arif PWNU Jateng Diundur Sampai Desember 2020

Lomba Video Profil LP Ma’arif PWNU Jateng Diundur Sampai Desember 2020

4
Pengurus LP Ma’arif PWNU Jateng Evaluasi Program

Respon Wacana Mendikbud, LP Ma’arif Jateng Lakukan Survei

4

Hadapi Revolusi Industri 4.0, LP Ma’arif NU Jateng Kuatkan SIMNU

3
Cita-cita Peradaban Nahdlatul Ulama

Cita-cita Peradaban Nahdlatul Ulama

26/02/2021

DEMA STAINU Sukses Adakan Webinar dan Pengumuman Lomba Video

25/02/2021
Hikmah Allah Menurunkan Penyakit

Hikmah Allah Menurunkan Penyakit

25/02/2021
Mahalul Qiyam: Bagian Albarjanzi Paling Nikmat

Mahalul Qiyam: Bagian Albarjanzi Paling Nikmat

24/02/2021

Tulisan Terbaru

Cita-cita Peradaban Nahdlatul Ulama

Cita-cita Peradaban Nahdlatul Ulama

26/02/2021
1

DEMA STAINU Sukses Adakan Webinar dan Pengumuman Lomba Video

25/02/2021
1
Hikmah Allah Menurunkan Penyakit

Hikmah Allah Menurunkan Penyakit

25/02/2021
11
Mahalul Qiyam: Bagian Albarjanzi Paling Nikmat

Mahalul Qiyam: Bagian Albarjanzi Paling Nikmat

24/02/2021
3
LP Maarif NU Jateng

Maarifnujateng.or.id merupakan media siber resmi milik Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah. Platform ini merupakan media penerbitan multisegmen yang memfasilitasi dan memotivasi pendidik, peserta didik LP Ma’arif NU serta masyarakat umum untuk memahami, menjiwai dan mencintai Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah serta mengembangkan kemampuan literasi.

Instagram

  • Rangkaian acara Harlah NU ke-98 PWNU Jawa Tengah akan disiarkan secara LIVE di youtube Maarif NU Jateng

Catat tanggalnya ya... 🤗
  • Rangkaian acara Harlah NU ke-98 PWNU Jawa Tengah akan disiarkan secara LIVE di youtube Maarif NU Jateng

Catat tanggalnya ya... 🤗
  • Selamat Harlah NU ke-95
  • Selamat Harlah NU ke-95

Alamat Redaksi

Jalan dr. Cipto No. 180 Karangtempel, Kota Semarang, Jawa Tengah 50124

Email:
asnapustaka@gmail.com
HP: 0821-3761-3404

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

No Result
View All Result
  • Berita
  • Artikel
    • Opini
    • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Pustaka
  • Hikmah
  • Tokoh
  • Fikih
  • Informasi
    • Lomba
    • Pengumuman
  • Download
    • Majalah MOPDIK 2020
    • Banner Selamat Tahun Ajaran Baru
  • Ma’arif Center
  • Cara Kirim Tulisan!

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Go to mobile version