Oleh Hamidulloh Ibda
Suatu ketika, bersama teman-teman mahasiswa saya mengusulkan membuat konten di Youtube bertajuk “Menjadi Penulis atau Youtuber”. Hal ini berangkat dari banyaknya Youtuber dari kalangan mahasiswa. Sebab zaman saya dulu belum ada. Paling mentok ya jadi penulis artikel dan esai populer, blogger daripada menjadi Youtuber.
Soal jenis tulisan, saya temukan paling banyak diminati adalah artikel dan esai. Juga ada beberapa yang fokus di karya sastra. Untuk artikel dan esai populer, jenis tulisan ini satu rumpun. Ya, rumpun artikel ilmiah populer. Di beberapa buku yang saya tulis, artikel ilmiah ragamnya banyak. Ada yang rumpun tugas akhir, juga jenis berdasarkan media yang menerbitkan seperti jurnal ilmiah, prosiding seminar, bahkan ada rumpun Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penelitian Tindakan Selolah (PTS), Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp).
Sementara artikel ilmiah populer atau artikel populer saya bagi ke dalam beberapa: mulai artikel (opini, wacana, gagasan, kolom, perspektif, tajuk, editorial), esai, dan feature.
Pembagian ini tentu tiap penulis berbeda-beda. Sebab, ada yang berpendapat kalau artikel populer itu bukan ragam ilmiah karena ia dimuat di media massa. Namun perspektif saya, dia masuk karya tulis ilmiah. Sedangkan karya tulis jurnalistik itu berita. Ada tambahan feature karena ditulis dengan gaya selingkung berita, memakai teknik Kliping; 5W + 1H.
Ragam karangan atau karya tulis di dunia literasi kita memang mengalami perkembangan. Jika dulu didominasi karya tulis jurnalistik, karya tulis ilmiah, karya sastra, kini berkembang karya digital. Saya khawatir, peradaban tulis menulis dan membaca akan hilang ditelan perkembangan zaman.
Mengapa? Karena peradaban hari ini untuk kegiatan produktifnya, orang lebih gampang merekam video maupun suara daripada memproduksi tulisan. Kedua aktivitas ini sama-sama ekspresif namun berbeda. Saya tidak membandingkan. Artinya, menulis ya seperti itu. Membuat konten video ya seperti itu. Sama-sama ribet jika tidak didasari “kebiasaan”.
Untuk kegiatan reseptif, orang membaca tulisan dengan melihat/menonton video juga berbeda. Realitasnya, banyak orang lebih gampang dan suka menonton video khususnya Youtube hari ini, daripada membaca buku, umumnya membaca teks.
Pilih Mana?
Fenomena di atas tentu tidak sekadar ancaman namun juga peluang. Saya hanya membagi ke dalam dua hal kepada mahasiswa. Pertama, jika ingin bergelut di dunia pemikiran, literasi, akademik, penelitian, maka ya memilih jalan menjadi artikelis-esais. Sembari berlatih menulis artikel ilmiah dan penelitian secara mendalam.
Kedua, jika ingin bergelut di dunia videografi, hiburan, akting, bahkan bisnis maka ya fokus saja pada arah menjadi kontainer atau youtuber.
Intinya sama saja. Bergelut di dunia teks tulis-menulis dan dunia videografi sama-sama membutuhkan ide, gagasan dan modal serta ketelatenan. Kedua hal ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa daripada menjadi konsumen belaka.
Mengapa? Kerja menjadi artikelis-esais maupun kontainer adalah kerja produktif karena harus memproduksi karya.
Lalu, Anda pilih mana?
Esais, Artikelis, Kontainer
Leave a comment
Leave a comment