Oleh Usman Mafrukhin
Ada pepatah mengatakan bahwa orang yang paling menderita hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya. Artinya individu tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, akibatnya ia tidak bisa bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan, uang, keberhasilan, prestasi serta berbagai pengalaman hidupnya.
Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam, tetapi tidak pernah melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan krluhan, iri, kepahitan dan keputusasaan. Dengan beban seperti itu bagaimana individu bisa menikmati hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya? Oleh sebab itu belajrlah bersyukur atas apapun yang kita alami dan percayalah bahwa Tuhan selalu bersama dengan kita.
“Syukur” berarti membuka dan menampakkan dan lawan katanya ialah “kufur” yang berarti menutup dan menyembunyikan. Ini artinya hakikat syukur adalah menampakkan hakikat nikmat dengan cara menampakkannya dengan sesuai yang dikehendaki oleh pemberinya. Orang yang bersyukur adalah orang yang tahu dan bisa berterimakasih, bukan hanya sekadar banyak atau sedikitnya rezeki yang kita peroleh, melainkan yang memberi kita rezeki itu yang maha kuasa. Itu saja udah pantas untuk membuat kita bersyukur karena sedikit atau banyak kita masih diperhatikan dan diberi rezeki oleh Allah SWT. Alhamdulillah
- Iklan -
Tidak hanya persoalan materi saja jika membahas rasa syukur, melainkan aspek yang lain seperti ilmu pengetahuan, pengalaman, pertemanan dan mungkin jodoh. Mau sebanyak atau secantik apapun yang diberikan kalau kita tidak bisa syukur ya tidak pernah memiliki kepuasan terhadap nikmat yang diberikan. Beda halnya dengan pribadi yang selalu bersyukur mesti dia selalu memanfaatkan apa yang telah diberikan sesuai kemanfaatanya. Diberi ilmu ya ditularkan, diberi pengalaman ya ditularkan diberi kecukupan rezeki ya di sedekahkan. Semuanya bisa menyesuaikan tempatnya masing-masing, dan diukur sesuai batas yang bisa dilakukan.
Benarkah Orang Yang pandai bersyukur lebih Produktif?
Orang yang selalu mengeluh akan menghabiskan waktunya menyesali diri. Berlama lama dengan nestapa membuat kita tidak siap menangkap peluang berikutnya. Orang yang berayukur akan memanfaatkan yang dimiliki saat ini, sekecil apapun itu, sebagai bekal untuk terus maju. Karena kalau orang yang pandai bersyukur biasanya lebih bahagia dan selalu optimis.
Sebaliknya orang yang pesimis hanya akan meratapi nasibnya dengan penyesalan yang ada, tidak mempunyai progres untuk maju. Siapapun tidak akan suka dengan orang yang hanya mengeluh saat dia punya problem seolah hanya dia satu satunya di dunia yang bermasalah dan semua orang harus memperhatikan masalahnya. Orang seperti ini tidak akan produktif berkarya baik skill yang tertanam dalam jiwanya ada tapi akan mandek karena hanya mengeluh. Pemuda zaman sekarang kalau ingin produktif ya berkarya sesuai yang dianggap bisa.
“Sehari adalah waktu yang sangat lama untuk dilakukan dengan rebahan, tapi seminggu adalah waktu yang sebentar digunakan untuk memikirkan hal-hal yang produktif” ujar teman saya Farikhin. Betul kalau kita resapi teks demikian, kesyukuranlah yang menuntun laju hidup kita untuk selalu kepada hal yang produktif dan bermanfaat.
Kalau kita tidak pandai bersyukur dan memanage waktu yang terjadi hanya kegabutan semata. Semua dinilai seakan akan tidak bisa dilakukan padahal belum mencoba, belum dicoba kok udah bilang menyerah, ini tandanya orang kurang syukur.
Bersyukur dapat kita aplikasisan dalam konteks apa saja. Setiap nikmat yang diberikan atau dianugerahkan Allah itu semuanya menuntut perenungan untuk apa ia dianugerahkan. Lalu menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
Dengan demikian orang kufur terhadap nikmat bukan saja tidak mengakui berbagai kenikmatan yang Allah berikan, melainkan cenderung untuk menutupi dan menyembunyikannya.
-Usman Mafrukhin, Aktifis Muda NU Temanggung, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Salatiga