Semarang, Maarifnujateng.or.id – Tim Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah menyelenggarakan webinar Diklat GLM ke-16 melalui aplikasi zoom yang membahas “NU dan Politik Media”, Senin (10/8/2020). Kegiatan ini merupakan webinar terakhir yang digelar Tim GLM LP Ma’arif PWNU Jateng.
Sekretaris PWNU Jateng KH. Hudallah Ridwan Naim dalam prakatanya mengapresiasi kegiatan tersebut. “Meski di tengah pandemi, LP Ma’arif PWNU Jateng tetap melakukan kegiatan seperti ini. NU dan media sangat erat kaitannya, sudah jelas seperti ini, melalui aplikasi zoom yang dapat menghadirkan Mas Hamzah Sahal dari Jakarta, dan warga NU Jawa Tengah,” kata Gus Huda.
Media ini sebagai alat, lanjutnya, bergantung kita mengembangkannya. “Akan tetapi dengan media seperti ini bukan tanpa problem. Karena kita menyerap informasi dari media online, koran, media sosial, dan sejenisnya. Kita memiliki keterbatasan untuk klarifikasi berita itu benar atau salah, kita terbatas untuk tabayun, sehingga kita terbatas menetralisir otak kita dalam menyerap informasi tersebut,” lanjutnya.
Peran media sangat penting sekali, lanjutnya, sumber informasi, pengetahuan kita. “Informasi tentang negara, agama, kebudayaan semua didapat dari media. Pertanyaannya adalah, informasi yang diproduksi media ini independen atau digerakkan oleh kekuatan tertentu, hal itulah yang perlu didalami,” tegas beliau.
- Iklan -
Founder Alif.id sekaligus pegiat media NU, Hamzah Sahal, menyampaikan materi bertajuk “Wajah NU di Media”. Pihaknya mengawalinya dengan membeberkan sejarah literasi, tradisi tulis-menulis, turots di kalangan kiai-kiai NU.
Pihaknya menjelaskan tradisi literasi yang dikembangkan oleh kiai NU dengan mencontohkan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’arif yang menulis banyak kitab. “Termasuk gurunya Mbah Soleh Darat, Kiai Mahfud Sidiq, Gus Dur, Mahbub Djunaidi, Ahmad Tohari, dan lainnya,” katanya.
Dijelaskan Hamzah, sebelum media massa berkembang begitu pesat, NU memiliki beberapa media seperti Suara Nahdlatul Ulama, Utusan Nahdlatul Ulama, Berita Nahdlatul Ulama, Suara Ansor, Majalah Suluh Nahdlatul Ulama yang mengiringi berdirinya LP Ma’arif NU, lalu Berita LINO dan lainnya. “Uniknya itu hampir tiap media ada dan melatarbelakangi berdirinya Banom atau lembaga NU,” lanjut dia dalam webinar yang diikuti lebih dari 85 orang tersebut.
Ia juga menjelaskan banyak hal perkembangan media-media di NU sampai saat ini muncul media-media siber NU. “Tradisi literasi kiai-kiai NU itu sudah dicontohkan sejak dulu. Banyak kiai NU menulis kitab kuning, pegon, berkembang di media majalah pemberitaan, menjadi jurnalis, dan hingga kini berkembang di media digital,” paparnya.
Sementara Ketua LP Ma’arif PWNU Jateng R. Andi Irawan, menjelaskan materi NU dan Politik media. “Media massa saat ini memang dikuasai tiga kelompok besar. Perang ideologi itu yang pertama adalah dikuasai kaum kapitalis. Media dijadikan hiburan, film, gosip, horor, seks, dan tontonan lainnya. Mereka murni untuk bisnis, industri,
Kedua adalah ideologi dakwah, di mana banyak terjadi perebutan makna dan peran. “Ideologi ini saat ini mengarah pada penguasaan media yang menyuguhkan ceramah yang narasinya pada radikalisme, jihadi, bukan Islam santun,” tegas dia.
Ketiga, ideologi kekuasaan yang mengharuskan ada momunikasi politik. Seperti yang terjadi di Indonesia saat musim politik.
Usai penyampaian materi kegiatan dilanjutkan dengan diskusi. Koordinator GLM Hamidulloh Ibda menegaskan bahwa webinar itu menjadi penutup dalam rangkaian diklat GLM secara daring. “Kita lanjutkan dengan peminatan, mulai dari peminatan berita, artike dan esai populer, artikel ilmiah, puisi, cerpen, bahan ajar, dan peminatan video,” beber dosen STAINU Temanggung tersebut. (adm33/Aklis).