Oleh Wahyu Egi Widayat
Perayaan Hari Pramuka 2020 dipercepat menjadi hari ini, Rabu (12/8/2020). Hal ini dikarenakan Presiden Joko Widodo akan menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR 2020 yang akan diselenggarakan tepat pada Hari Pramuka, 14 Agustus 2020. Kita harus refleksi beberapa kejadian di dunia kepramukaan. Sejatinya Pramuka adalah organisasi yang humanis. Sebab, seorang anggota Pramuka dituntut untuk selalu riang gembira. Hal tersebut tercantum pada Dasa Darma nomor 6. Dasa Darma merupakan salah satu kode etik bagi seluruh anggota pramuka. Tentunya kode etik harus dilakukan dan diamalkan sebaik mungkin untuk menjaga marwah organisasi.
Akan tetapi, masyarakat telah terbangun maindsetnya bahwa Gerakan Pramuka adalah organisasi yang bar-bar. Hal tersebut dilihat dengan kegiatan-kegiatan yang menunjukkan pada ranah penggemblengan fisik. Artinya hampir sama dengan sistem militeristik.
Hal tersebut membuat kepercayaan masyarakat tentang pendidikan di Gerakan Pramuka mulai luntur. Bahkan, bukan kata luntur lagi, namun sampai tidak percaya Pramuka sebagai organisasi yang bermanfaat. Lebih ekstrimnya, kegiatan Pramuka akan memunculkan bahaya kepada seluruh peserta didik. Terbukti dengan kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu yang menimpa anggota Pramuka SMP N 1 Turi Kabupaten Sleman.
- Iklan -
Atas kejadian tersebut banyak yang mengecam tidak humanismenya Pramuka dalam melakukan sebuah pendidikan. Kecaman tersebut berasumsi bahwa Gerakan Pramuka tidak layak diikuti karena tidak memberikan rasa nyaman serta tidak memberikan unsur pendidikan bagi anggota. Jika dianalogikan, Pramuka sudah menjadi organisasi yang ter-blacklist.
Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka didapuk oleh pemerintah sebagai organisasi yang berorientasi pada pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak yang mulia melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Hal itu tertuang pada Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Nilai-nilai yang dimaksudkan adalah keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, mencintai alam dan sesama manusia, kecintaan pada tanah air dan bangsanya. Kemudian ada kedisiplinan, keberanian, kesetiaan, saling tolong menolong, bertanggung jawab, amanah atau dapat dipercaya, hemat, cermat, bersahaja, rajin, terampil dan jernih dalam berperilaku, bersikap dan berpikir.
Semua nilai di atas telah dirangkum di dalam sepuluh darma yang wajib dihafalkan, dipahami, dan diamalakan. Sehingga substansi humanisme dalam pramuka sudah terwujud sejak usia dini.
Sedangkan prinsip Gerakan Pramuka iman dan takwa, peduli terhadap bangsa dan tanah air, peduli terhadap seluruh makhluk hidup dan alam beserta isinya. Serta peduli terhadap diri pribadinya. Konteks dari peduli adalah berafiliasi dari nilai-nilai Gerakan Pramuka di atas.
Metode yang digunakan adalah belajar sambil melakukan, berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi. Kegiatannya di alam terbuka dengan kegiatan yang menarik dan menantang serta harus adanya orang dewasa yang memberikan bimbingan dan dorongan serta dukungan agar peserta didik semangat dalam berkegiatan dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi dirinnya sendiri serta orang lain.
Artinya, setiap kegiatan Pramuka harus memenuhi aspek yang ada di atas dengan memunculkan rasa aman bagi seluruh peserta didik. Sebab, efektifitas pendidikan adalah memperoleh rasa aman peserta didik sehingga dapat fokus menerima tranfer ilmu.
Mengadopsi dari buah hasil yang dicetuskan Bapak Pendidikan Nasional Ki. Hajar Dewantoro, Sistem Among digunakan dalam malaksanakan pendidikan kepramukaan. Di depan menjadi teladan, di tengah membangun kemauan, dan di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian. Kemudian, semua itu dirangkum dalam sebutan kakak dan adik. Sebab, layaknya seorang kakak beradik, sang kakak harus mampu memposisikan diri di ketiga tempat tersebut.
Peran sang kakak diambil oleh para pembina dan sang adik dikiaskan oleh peserta didik. Sang pembina harus memberikan keteladanan, membangun inovasi, dan menjadi motivator bagi peserta didik untuk menjadi lebih baik. Serta tidak meninggalkan prinsip yang ada dalam Gerakan Pramuka.
Kurikulum Gerakan Pramuka
Melakukan pendidikan haruslah tersetruktur dan rapi. Kurikulum sebagai acuan oleh pembina Pramuka untuk melaksanakan proses pendidikan kepramukaan. Gerakan Pramuka memiliki kurikulum yang terdiri dari Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK).
SKU berorientasi pada aspek spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik. Pada aspek spiritual, peserta didik diharapkan memahami yang berkaitan dengan pengetahuan kekayaan spiritual (keagamaan dan kepercayaan).
Hal itu dimaksudkan bahwa spiritualitas menjadi pengangan hidup dalam berkehidupan dan menghargai spiritual orang lain. Sehingga dapat memperdalam serta memperkuat keimanan, ketakwaan untuk menjalankan segala perintahnya dan mejauhi segala larangannya
Aspek emosional, bertujuan untuk menumbuhkan perasaan dan pengungkapan secara wajar sehinggan muncul keseimbangan dan kemantangan serta dapat mengendalikan emosi. Sebab, Pramuka harus menyayangi sesama hidup untuk saling menghargai perasaan orang lain agar muncul simpati.
Aspek sosial, Pramuka harus mampu berperan seperti lambang Tunas Kelapa yang dikiaskan bahwa pohon kelapa mampu hidup di mana saja dan dari ujung akar sampai daun dapat berguna semuanya. Oleh karenanya anggota Pramuka menjadi individu yang berguna dan bermanfaat di mana saja berada.
Aspek intelektual untuk menumbuhkan pengetahuan terhadap keingintahuan sesuatu dengan menghimpun, mengamati, mengolah dan mencari solusi atas problem yang ada. Terakhir adalah aspek fisik. Pada aspek ini setiap anggota harus mampu menjaga kebugaran tubuhnya agar tetap sehat dan kuat. Sehingga pertumbuhan dan perkembangannya dapat maksimal.
SKU harus ditempuh oleh seluruh peserta didik mulai dari golongan Siaga (7-10 tahun), Penggalang (11-15 tahun), penegak (16-20 tahun), dan Pandega (21-25 tahun). Setiap golongan memiliki kriteria masing-masing yang meliputi lima aspek tersebut.
Sedangkan SKK, berorientasi pada keterampilan masing-masing individu. Keterampilan tersebut dibagi menjadi lima bidang. Pertama, bidang agama, mental spiritual, pembentukan pribadi dan watak. Kedua, bidang patriotisme dan seni budaya. Ketiga, bidang keterampilan dan teknik pembangunan.
Keempat, bidang ketangkasan dan kesehatan. Terakhir atau yang kelima adalah bidang sosial, perikemanusiaan, gotong royong, ketertiban mayarakat, perdamaian dunia dan lingkungan hidup.
Pada SKK, setiap peserta didik diperkenankan memilih keterampilan yang dikuasai untuk mendapatkan lencana SKK. Sebab, setiap individu memiliki keterampilan yang berbeda-beda tidak bisa dipukul rata. Sehingga dalam menempu SKK ini atas dasar keterampilan yang dikuasai.
Dalam melakukan tes SKU dan SKK, dapat melakukan menggunakan berbagai metode dan dapat dibungkus dalam bentuk kegiatan besar tertentu tanpa meninggalkan prinsip-prinsip dalam Gerakan Pramuka. Sebab, Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik.
Kegiatan besar dimaksudkan adalah sesuai dengan panduan dalam Sistem Pendidikan dan Pelatihan dalam Gerakan Pramuka yang telah mengatur bentuk kegiatan sesuai dengan jenjang umurnya. Sehingga, hak-hak anak dapat diperoleh sesuai dengan kadarnya.
Sudah sangat jelas bahwa aturan-aturan yang ada di Gerakan Pramuka mengutamakan nilai-nalai humanisme. Bahkan, Baden Powell sebagai Chief Scout of The World atau Bapak Pandu Dunia memberikan contoh bahwa “Seorang Pramuka harus berbuat kebaikan. Minimal satu hari sekali, jika hari itu tidak dapat melakukan kebaikan, maka dihari berikutnya untuk melakukan dua kali kebaikan” tercantum dalam bukunya berjudul Scouting for Boys.
Berbuat kebaikan yang dimaksud bukan sekadar menyingkirkan batu dari tengah jalan atau membantu menyeberangkan orang lain. Akan tetapi sampai pada ranah membantu menghindarkan peserta didik dari bahaya yang mengancam selama berkegiatan.
Sehingga anggota Pramuka serta para pembina untuk selalui mengetahui dan memahami arti dari manajemen resiko yang telah diatur oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka melalui Petunjuk Penyelenggaraan Nomor 227 tahun 2007 tentang Manajemen Risiko Dalam Gerakan Pramuka.
Oleh karenanya, mari kita pahami arti penting manajemen resiko untuk memunculkan nilai humanisme kepada seluruh manusia. Untuk selalu memberikan senyuman termanis oleh siapa pun.
– Penulis adalah Ketua Racana STAINU Temanggung.