BIODATA BUKU:
Judul: Blueprint Memajukan Pendidikan Gagasan-Gaagasan Santri Intelektual
Penulis: Tim PAI V A STAINU Temanggung
Penerbit: CV. Pilar Nusantara
- Iklan -
Cetakan: 1, 2019
Tebal: 13 X 19 cm, x + 84 Halaman
ISBN: 978-623-7590-11-8
Di STAINU Temanggug di Semester V anda akan bertemu dengan mata kuliah Karya Tulis Ilmiah yang diampau oleh seorang dosen sekaligus penulis Bapak Hamidulloh Ibda. Beliau selalu menekankan pada mahasiswanya untuk gemar menulis, berawal dari tugas yang bisa dibilang memaksa namun bisa menjadi hobi apabila ditekuni. Banyak orang yang menemukan jiwa menulis mereka setelah bertemu dengan Pak Ibda sapaan kami dengan beliau.
Beliau mengenalkan berbagai macam tulisan, karena banyaknya pengalaman beliau malang-melintang di dunia jurnalistik, beliau memperkenalkan media-media yang menerima tulisan berupa opini, esai, artikel. Beliau juga sering bercerita tentang honor yang diperoleh para penulis. Dalam pengantar buku ini Pak Ibda menceritakan bahwa setelah UTS beliau mengenalkan artikel ilmiah yang mengarah pada publikasi di jurnal ilmiah, ini adalah tugas yang sangat produktif. Di mana kita bisa mengembangkan potensi dan kreatifitas lewat tulisan.
Isi dari buku ini terdiri dari beberapa tema dan subtema mulai dari pesantren, sekolah, teknologi dan budaya, serta agama dan sosial. Gagasan utama dari buku ini yakni prediksi tentan masa depan yang lahir dari kepedulian akan kemajuan pendidikan. (Hlm. vi) bimbingan yang diberikan Pak Ibda sangat membantu para mahasiswa hingga buku ini bisa terbit, sekaligus memberikan motivasi kepada pembaca bukan untuk terus berkarya di dunia jurnalistik, baik media cetak maupun online.
Buku ini terdiri dari empat sub bab, yakni pertama, tentang pesantren yang berisi lima artikel populer. Kedua, tentang sekolah yang berisi empat artikel. Ketiga, tentang teknologi dan budaya, berisi dua artikel. Keempat, tentang agama dan sosial yang berisi tiga artikel. Dan diberi judul “Blueprint Memajukan Pendidikan Gagasan-Gaagasan Santri Intelektual” judul yang menarik dan mengelitik sehingga para pembaca ingin menelisik lebih dalam satu persatu artikel dalam buku ini.
Dalam bab pertama, tulisan dari Laila Salma dengan artikel yang berjudul Mahasantri dan Komitmen Kebangsaan. Laila Salma sendiri adalah seorang santriwati yang berada di Kabupaten Temanggung, jadi santri yang menulis tentang santri akan lebih mendalam. Dalam tulisannya Laila Salma mengungkapkan bahwa mahasantri adalah mahasiswa dan juga santri. Tugas maha santri sendiri adalah menjadi bagian intelektual di perguruan tinggi juga sebagi pengemban amanah.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag RI, Dr. KH. Ahmad Zayadi bahwa pesantren yang berada di Indonesia memiliki tiga fungsi yakni: fungs pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan dalam masyarakat, dalam fungsi dakwah itulah yang menjadi tambahan peran seorang mahasiswaa yang sekagus seorang santri. Meskipun realitanya mereka mempunyai tugas ganda yakni ketika diperguruan tinggi harus tampil sebagaimana para mahasiswa lain yang kritis dan berani mengadakan perlawanan, jauh dari budaya pesantren dimana ia harus takzim dan patuh pada seorang kiai dan musyif dan musrifah. (Hlm. 8)
Ulasan yang mendalam ini berlannjut tentang Komitmen kebangsaan Laila bercerita tentang banyaknya kejadian mengerikan yang terjadi di Nusantara, yang dikhawatirkan akan memecahbelah NKRI. Di mana setelah terjadi pelecehan terhadap salah satu mahasiswa Papua, yang berkembang hingga menjadi sebuah isu politik bahwa waktu itu Papua ingin melepaskan diri dari Indonesia dengan meminta bantuan sekutu, kemudian kerusuhan di Wamena ini menewaskan 33 orang yang dipelopori oleh KKB.
Masih pada bab pertama tentang pengulasan terhadap Pesantren, tulisan dari Fitria Nur Hidayah dengan judul Pesantren Sebagai Bengkel Akhlak pesantren adalah lembaga pendidikan yang menonjolkan pendidikan akhlak dan adab sebagai seorang santri. Ketika adab dan akhlak hilang maka hilanglah aji dalam diri seseorang. Bahkan akhlak tingkatanya lebih tinggi dari ilmu. Stigma masyarakat tentang pesantren dan kurangnya pengetahuan tentang pendidikan pesantren di masyarakat umum, menjadikan para orang tua enggan memasukan putra-putri mereka ke pesantren. Dari fenomena ini sudah seyogyanya promosi dan pengenalan terhadap pesantren harus dilakukan supaya opini masyarakat tentang pesantren berubah dan bergeser.
Salah satu yang paling menonjol dari pendidikan pesanren ialah pembentukan akhlak. Karena dalam setiap pesantren pasti mengkaji kitab tentang akhlak. Mulai dari Akhlakul Banat, Akhlakul Banan, wasoya al-aba lil-abna dan ta’lim muta’alim. Dan falam pesantren sendiri selalu diajarkan untuk selalu menghormati ke dua orang tua, dan selalu mengasihi terhadap yang lebih muda.
Menulis yakni mengabadikan gagasan dalam sebuah karya, dari pada gagasan kalian hanya terkumpul di angan-angan lebih baik mulailah menulis gagasan kalian supaya bisa bermanfaat untuk orang banyak. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain? Seorang sastrawan pernah memberi peutuah beliau adalah Rois Rinaldi seorang sastrawan mengungkapkan bahwa menulis adalah jalan lain menjadi manusia. Kata-kata itu selalu terpatri dan menjadi semangat supaya bisa mewujudkan mimpi melalui tulisan.
Untuk para pembaca yang berniat memperdalam dunia jurnalistik, buku ini bisa dijadikan referensi untuk permulaan ketika anda ingin mulai menulis. Menjadikan menulis sebagai pelarian dari masalah juga sangat efektif. Kalian akan merasakan sensasi menulis ketika telah menjadikan hobi dan juga kebiasaan. Banyak orang yang kebingungan ketika ingin menulis. Banyak yang mengawali tulisannya dari sebuah kegelisahan. Jadi untuk anda yang sering mengalami kegelisahan lebih baik anda curahkan dalam sebua artikel yang disajikan dengan epic dan menarik supaya menarik para pembaca untuk membuka artikel anda.
Nutrisi selanjutnya adalah dari membaca, membaca adalah salah satu cara yang ampuh digunakan saat kita kebingungan menentukan topik maupun permasalahn dalam tulisan kita. Membudayakan membaca juga hendaknya dibiasakan sejak dini supaya kegiatan membaca bukan lagi kegiatan yang membosankan namun beralih argumen bahwa membaca adalah kegiatan yang mengasikan dan dari membaca pula akan timbul berbagai karya-karya hebat.
Kekurangan Buku: desain sampul kurang menarik, profil penulis kurang lengkap, seharusnya bisa ditambahkan akun sosial media. Supaya para pembaca yang ingin berdiskusi dengan penulis lebih dimudahkan.
Kelebihan Buku: buku ini memotivasi pembaca untuk terus berkarya di dunia jurnalistik.
-Diresensi oleh: Anisa Rachma Agustina mahasiswa dan penggiat literasi Pena Aswaja, yang sering menjadikan menulis sebagai pelarian dari sebuah permasalahan.