• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan
LP Maarif NU Jateng
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • UNDUH
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • UNDUH
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
LP Maarif NU Jateng
ADVERTISEMENT
Home Artikel

Corona dan Sikap Bahasa Kita

02/06/2020
in Artikel, Esai
Reading Time: 4min read
0 0
0
25
SHARES
74
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke Whatsapp

Oleh Hamidulloh Ibda

Saya, ya mungkin Anda juga, merasa terhantam corona dari sisi bahasa. Soal kesehatan dan bahayanya sudah jelas. Tapi, hadirnya corona ini benar-benar menabrak pola berpikir, cara dan sikap berbahasa kita. Setia kepada NKRI salah satu wujudnya adalah setia berbahasa Indonesia, bukan malah melakukan perselingkuhan bahasa.

Lebih sarkas lagi, corona menjadi embrio “inlanderisasi” dari sisi bahasa. Sudah jelas, bahwa bahasa itu wujud nasionalisme, ihwal latar belakangnya tentu dari Sumpah Pemuda atau keputusan Kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928.

Saya curiga, corona ini ditunggangi “penjajah” dari berbagai sisi. Salah satunya sisi bahasa, karena bahasa ini sebagai simbol, instrumen dan sikap nasionalisme, yang sengaja dihantam melalui idiom-idiom asing yang dibiasakan, dan akhirnya menjadi kebenaran. Padahal, harusnya “kebenaran harus dibiasakan”, bukan “membenarkan kebiasaan”.

Bacajuga:

BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
6
Puisi-Puisi Saiful Bahri

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
6
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Membangun Pendidikan Toleransi di Sekolah

11/05/2022
8
Spirit Inspiring Teaching

Spirit Inspiring Teaching

10/05/2022
4

Kata-kata terkait corona sudah nglambe, bahkan caggahnya anakku saja nyebut-nyebut lockdown. Masih banyak pula orang di luar sana tak sadar bahwa itu penjajahan dalam bentuk baru. Ya, ini penjajahan, bro!

Dalam dunia bahasa, ada tiga tahap yang harus diperhatikan. Mulai dari pemerolehan-pembelajaran, pergeseran, dan pemertahanan. Kita hari ini, disuguhkan dengan berbagai macam istilah asing seiring wabah pandemi corona menjalar. Nyebahi tenan!

Istilah Asing: Penjajahan Bahasa?

Istilah asing mendera di berbagai media massa, percakapan sosial, hingga spanduk-spanduk meski banyak yang salah. Sebut saja istilah itu seperti covid-19 (nineteen), lockdown, rapid test, swab test, social distancing, physical distancing, work from home, stay at home, hand sanitizer, suspect corona, flattening the curve, herd immunity, imported case, local transmission, SARS-coV-2, cluster, sampai new normal. Iki pakanan opo, Cah?

Lantaran bahasa-bahasa itu adalah serapan, atau Indoglish (Indonesian-English), maka sangat wagu dan lucu ketika banyak meme tersebar karena banyak warga menulis istilah-istilah di atas dengan cara yang salah. Salah menyerap, ya hasilnya otomatis salah karena itu bukan bahasa asli (bahasa ibu).

Contohkan saja di-lockdown menjadi “didownload”, lock dont, lauk daun, dan lainnya. Juga hand sanitizer menjadi “heng sanitizer”, “hen sanitijer”, dan lainnya. Awalnya benar, tertulis salah dan menjadi “bahan tertawaan” para netizen di bumi Nusantara, buminya manusia yang suka guyonan.

Istilah ini kita pahami sebagai penjajahan ya sah-sah saja. La wong dunia akademik kita juga tidak mewajibkan lulusannya lulus atau mengantongi uji kemahiran bahasa Indonesia (UKBI) kok, yang wajib justru Test of English as a Foreign Language (TOEFL), International English Language Testing System (IELTS), Test of Arabic Foreign Language (TOAFL), Ikhtibar Mi’yar Kafa’ah Al Lughoh Al Arobiyyah (IMKA), dan lainnya. Kita ini bangsa Indonesia atau bangsa Inggris, bangsa Arab?

Calon lulusan magister (S2) dan doktor (S3) di kampus-kampus Indonesia, bahkan calon sarjana (S1) wajib mengantongi sertifikat-sertifikat di atas. Masih sedikit yang mewajibkan calon lulusannya mengantongi sertifikat UKBI. Mengapa ini terjadi?

Sikap Bahasa Kita

Bukan berarti saya antiasing, antibahasa asing, namun kebijakan seperti ini menjadikan generasi muda terdidik kita bermental inlander jika nasionalismenya tidak kuat. Apalagi, bahasa pada dasarnya memang arbitrer, mana suka, sewenang-wenang, sakarepe dewe, maka wajar jika bahasa asing yang hijrah ke Indonesia ini menjadi nglambe, dan akhirnya menggeser bahasa ibu kita.

Bahkan, untuk menyatakan rasa cinta kepada bangsa sendiri, Indonesia, kita juga sering menggunakan bahasanya orang lain, bahasanya bangsa lain. Sebut saja I love Indonesia, we love Indonesia, I love Semarang, dan lainnya.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud maupun Balai Bahasa di tingkat provinsi menggelorakan manifesto “Utamakan Bahasa Indonesia, Pelajari Bahasa Asing, Lestarikan Bahasa Daerah”. Namun kenyataannya, mental bangsa ini memang “tidak mau menjadi Indonesia seutuhnya”.

Efek pandemi corona ini juga membuktikan sikap bahasa kita yang mudah anut-anutan. Dengan didukung pembiasaan dari pemerintah, media massa yang tanpa filter, media sosial dengan segala kebenarannya, menjadikan sikap bahasa kita tercerabut dari akarnya.

Kita tak dapat berbuat apa-apa. Minimal, melakukan pemertahanan dan perlawanan. Pertama, pendidikan harus berani dan tegas menjadikan Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) menjadi syarat kelulusan. Titik. Soal pencarian, pelajar atau mahasiswa dapat belajar mandiri melalui laman ukbi.kemdikbud.go.id yang disediakan gratis.

Kedua, menerapkan “Utamakan Bahasa Indonesia, Pelajari Bahasa Asing, Lestarikan Bahasa Daerah” setotal-totalnya. Ini jangan sampai hanya sekadar jargon, pantes-pantesan, tapi harus mendarahdaging, karena kita ini bangsa Indonesia, bukan bangsa asing. Kita tentu malu dan paradoks, ketika banyak londo (bule) belajar bahasa Jawa, Sunda, Madura, Indonesia, sedangkan kita manusia indigen (pribumi) Nusantara malah “buta aksara Jawa” termasuk saya. Ini kan ironis namanya.

Ketiga, pembelajaran, pembiasaan/pembudayaan, dan keteladanan berbahasa Indonesia dari keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai wujud atau komitmen menjaga identitas bangsa ini. Lewat percakapan oral, tulisan, atau dialek, harus mencerminkan sikap bahasa yang mengutamakan bahasa Indonesia. Sebab, banyak sekali bahasa Indonesia ini serapannya nglambe dan seolah-olah itu bahasa kita. Sebut saja dilist, dienter, didownload, discreenshot, diclose, diopen, kedelete, dan lainnya.

Keempat, pemberian keteladanan dari guru, dosen, jurnalis (media massa), dan pejabat publik untuk berbahasa Indonesia dengan benar, baik, dan indah. Sebab, mereka inilah yang menjadi contoh masyarakat biasa yang melahirkan sikap bahasa. Jika mereka memberikan contoh yang inlander, masyarakat biasa akan mudah menirunya.

Kita harus tegaskan, berbahasa Indonesia itu wajib, bahasa lokal harus, bahasa asing itu sunah. Memiliki generasi yang cinta tanah air, pandai berbahasa lokal dan asing adalah kegembiraan yang tiada tara, namun ketika lupa akan bahasa ibunya, lebih menggunggulkan bahasanya orang lain, ini yang tidak boleh.

Sebab, kita kadang tidak sadar, itu adalah penjajah lewat bahasa, dan kadang juga, kita menikmati pemerkosaan bahasa. Bukankah demikian?

-Penulis adalah Pengurus Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) Temanggung, menulis buku Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut untuk Mahasiswa (2019).

Tags: Corona dan Sikap Bahasa KitaEsai Hamidulloh IbdaMaarif Jateng
Share25SendTweet
Previous Post

Pendidikan Agama yang Ber-Pancasila

Next Post

Ma’arif Jateng Kaji Penyusunan Perencanaan dan Inovasi Pembelajaran

Related Posts

BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah
Artikel

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
6
Puisi-Puisi Saiful Bahri
Artikel

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
6
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah
Artikel

Membangun Pendidikan Toleransi di Sekolah

11/05/2022
8
Next Post

Ma’arif Jateng Kaji Penyusunan Perencanaan dan Inovasi Pembelajaran

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKUTI KAMI

  • 2.1k Fans
  • 1.5k Followers
  • 1.7k Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

26/07/2020
Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

28/10/2019
Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

20/03/2020
Urgensi Statistika dalam Pendidikan

Urgensi Statistika dalam Pendidikan

24/07/2020
Urgensi Berpuasa dari Media Sosial

Membebaskan Pikiran dari Terorisme Digital

40
Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

33
Penyakit Kronis Penulis Pemula

Membangkitkan Media Sosial PTKIS

31
Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

29
Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

19/05/2022
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
Puisi-Puisi Saiful Bahri

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
Rusman Merindukan Kiriman

Rusman Merindukan Kiriman

14/05/2022

Tulisan Terbaru

Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

Jangan Jadi Racun di Kehidupan Orang Lain

19/05/2022
0
BK Preventif dalam Meningkatkan Nilai An-Nahdliyah

Sekolah: dari Pandemi hingga K-Pop

17/05/2022
6
Puisi-Puisi Saiful Bahri

Aswaja dan Budaya Jawa dalam Pendidikan Islam

17/05/2022
6
Rusman Merindukan Kiriman

Rusman Merindukan Kiriman

14/05/2022
11
LP Maarif NU Jateng

Maarifnujateng.or.id merupakan media siber resmi milik Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah. Platform ini merupakan media penerbitan multisegmen yang memfasilitasi dan memotivasi pendidik, peserta didik LP Ma’arif NU serta masyarakat umum untuk memahami, menjiwai dan mencintai Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah serta mengembangkan kemampuan literasi.

Instagram

  • #harlahansor #harlahansor88
  • #harlahfatayatnu #harlahfatayatnu72
  • #maarifnujateng #maarifnu #maarif #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng
  • Marhaban ya Ramadhan..
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #pergunupusat #harlahpergunu #harlahpergunu70
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #harlahpergunu70 #harlahpergunu
  • #pwnujateng #pwnu #pwnujawatengah #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu
  • #pwnujateng #pwnujawatengah #pwnu #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu
  • Mugi husnul khatimah, yai...

Alamat Redaksi

Jalan dr. Cipto No. 180 Karangtempel, Kota Semarang, Jawa Tengah 50124

Email:
asnapustaka@gmail.com
HP: 0821-3761-3404

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

No Result
View All Result
  • Berita
  • Artikel
    • Opini
    • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Pustaka
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Sekolah dan Madrasah Unggulan
  • Unduh
  • Kirim Tulisan!

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Go to mobile version