Oleh Dheta Ari Sabilla
Perempuan pada umumya dikenal dengan sosok yang lemah lembut, mengutamakan perasaan, pandai bersolek, atau yang lebih familiar dengan istilah 3M yakni masak, macak, dan manak atau dapur, kasur, dan sumur. Namun dewasa ini istilah-istilah tersebut haruslah lebih dicermati dan bahkan dihapus dari muka bumi. Mengapa demikian? perlu kiranya kita memahami perempuan dari segi biologis, dan segi ideologi. Perempuan memiliki kodrat untuk menstruasi, melahirkan, dan menyusui itulah beberapa contoh riil perempuan dari segi biologisnya.
Tidak bisa dimungkiri bahwa melahirkan adalah tugas seorang perempuan yakni ibu. Tugas tersebut tidak bisa dilimpahkan kepada laki-laki karena itu sudah menjadi suratan illahi, hukum alam, pokok’e wis takdir. Namun, di samping sisi biologisnya perempuan memiliki peran dalam sisi ideologisnya. Perempuan harus memiliki andil terhadap dunia dan sosialnya. Tidak hanya pandai bersolek saja namun perempuan harus melek sosial, artinya perempuan tidak boleh hanya terkungkung dalam dunianya saja hingga tak dapat menyuarakan realita di sekitarnya.
Seperti saat ini, masyarakat sedang dihadapkan dengan musibah virus covid-19, dengan ditetapkannya oleh WHO (World Health Organization) sebagai pandemi semenjak tanggal 11 Maret 2020. Hal ini sangat berpengaruh pada perekonomian, sosial budaya, keagamaan, dan lain sebagainya. Di Indonesia, kasus covid-19 menembus hampir 6.000 lebih pasien positif covid-19 yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri jika hal ini meresahkan masyarakat dan berdampak pada aktifitas kehidupan masyarakat, salah satuya pada perempuan.
- Iklan -
Dampak Physical Distancing
Berbagai kebijakan pemerintah mengenai pembatasan fisik sebagai upaya untuk menanggulangi kasus pandemi virus covid-19 di masyarakat, menetapkan berbagai kebijakan seperti Work From Home (WFH), Study From Home (SWH), sampai dengan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB). Salah satu yang terjangkit dampak physical distancing adalah perempuan. Segala aktifitas keseharian yang semula dilaksanakan dengan leluasa kini harus dibatasi bahkan tidak dilaksanakan sama sekali. Kini, masalah yang paling kursial saat ini berasal dari perut, segala usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perut manusia, bahkan tidak jarang perempuan pun mengupayakan untuk membantu beban laki-laki. Belum lagi bagi perempuan yang memiliki beban kerja ganda (double bourden). Satu, perempuan harus menyelesaikan pekerjaan utamanya, kedua mendampingi anak belajar, ketiga mengurus pekerjaan rumah dan sebagainya.
Dalam hal perekonomian, tentunya memiliki dampak seperti krisis bahan pangan yang sangat signifikan, karena physical distancing akan mengurangi produksi pangan. Bagi perusahaan mikro maupun makro akan mengalami penurunan yang disebabkan oleh in come dan out come yang sedikit. Tidak hanya perekonomian saja yang terjangkit dampak dari physical distancing, sosial budaya di masyarakat juga mengalami kekacauan seperti, tidak diperbolehkannya kegiatan yang mengundang banyak massa atau kerumunan. Dilihat dari kultur masyarakat Indonesia yang heterogen dan berbudaya, sangat sulit untuk tidak melakukan hal tersebut seperti budaya Nyadran, Jaipongan, Merti dusun, Jaranan, dan lain sebagainya, kini harus ditinggalkan sementara karena pandemi virus covid-19. Dalam urusan keagamaan seperti tidak diadakannya sholat jumat, tarawih, tahlilan, pengajian umum dan sebagainya, tentunya mengurangi esensi dari kegiatan beragama. Itu semua dilaksanakan untuk menanggulangi wabah pandemi covid-19.
Apa yang Bisa Dilakukan Perempuan?
Angka penyebaran kasus positif covid-19 yang semakin tinggi, perempuan harus mengambil peran untuk mengurangi serta mencegah adanya korban. Banyak kegiatan positif, produktif, dan bernilai ekonomis yang dapat dilakukan. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi bahwa, “perempuan punya peran penting dalam pandemi virus covid-19”. Peran perempuan menjadi signifikan dengan adanya kebijakan pemerintah yakni Work From Home (WFH) dan Study From Home (SWH), perempuan menjadi peran utama dalam mendidik serta mengambil langkah preventif untuk menekan penyebaran virus covid-19 di lingkungan keluarga. Dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, menguatkan, saling mendukung dan memberdayakan penting dilakukan. Hal ini menjadi penting bagi dunia internasional untuk mendukung dan memberdayakan perempuan untuk menjadi bagian dari solusi melawan pandemi covid-19.
Banyak aktivitas positif, produktif, dan bernilai ekonomis yang sebenarnya dapat dilakukan perempuan. Di era yang semakin berkembang ini, pemanfaatan teknologi juga dapat menjadi salah satu solusi melawan pandemi covid-19. Menjadikan meida sosial (baca: aplikasi WhatsApp, Instagram, Twitter, Youtube, dan lain sebagainya) untuk menambah produktifitas serta pendapatan seperti layanan belanja online. Bagi para aktivis perempuan, dalam masa physical distancing dapat mengurangi gerak dan menjadi tantangan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun, perempuan harus mampu menjadikan pandemi ini sebagai kesempatan dan peluang yang dapat dikerjakan meskipun harus “di rumah saja”, seperti menulis jurnal, artikel, berita, cerpen, puisi, dan sebagainya. Produktivitas harus selalu dilaksanakan apapun jenisnya. Saatnya kini perempuan berdaya harus bangkit dan menjemput peluang walaupun di tengah pandemi covid-19.
Terimakasih Perempuan
Perempuan memiliki peran dalam part of solutions sebagai upaya memerangi pandemi covid-19. Selain upaya preventif yang dilaksanakan, tidak seidikit perempuan yang melaksanakan langkah represif. Seperti data dari UNFPA (Organisasi Kependudukan PBB), dan UN Women tentang peran perempuan dalam melawan covid-19 sangat signfikan. 70 persen tenaga medis global adalah perempuan. Artinya, perempuan berada di garda terdepan dalam penanaganan virus covid-19. Selain itu, jumlah pelaku UMKM perempuan di Indonesia mencapai angka 37 juta, sekitar 64 persen dari total UMKM di Indonesia dan 60 persen UMKM Indonesia yang memproduksi fasilitas kesehatan seperti hand sanitizer, baju hazmat (APD), dan masker dimiliki oleh pengusaha perempuan. Hal ini menjadi bukti bahwa perempuan memiliki peran yang penting dalam melawan pandemi virus covid-19.
Peringatan Hari Kartini tahun ini menjadi tantangan bagi setiap perempuan untuk bergerak secara luas. Tidak memenjarakan pikiran dan kreatifitasnya untuk dirinya sendiri. Perempuan harus berperan dalam segala situasi dan kondisi tidak terkecuali dalam masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini. Produktifitas harus selalu dikembangkan apapun jenisnya. Saatnya kini perempuan berdaya harus bangkit dan menjemput peluang walaupun di tengah pandemi covid-19. Selamat Hari Karini Bagi Semua Perempuan Hebat di Indonesia.
-Penulis adalah Mahasiswi STAINU Temanggung