I B U
Tentang malam yang kini menyodorkan elegi
Aku meyakini, ialah rangkuman peristiwa tentang cinta
Terkemas menjelma uban – keriput dan langkah renta
Pada alur tangan, tempat takdir diletakkan
Lalu perlahan kau melewati
Dengan ketabahan ungu
Tanpa gerutu
Sekalipun luka nyenyak, di dadamu yang sajak
Ibu
Solo, 2019
SEPERTI CICAK
- Iklan -
seperti cicak, aku merayap
memanjat dinding
mengintip bulan, yang persegi
dan aku
menjelma jajaran genjang
dikamar,
: mengurai keyakinan
rasa seia
dibawah jantung Qur’an
aku dan bulan
saling menikam
saling bergantungan
Solo, 2020
SERENADA
: Jie
Tak perlu tahu, berapa lama aku dihamili kesepian. Lewat diksi nakal yang tertuang, aku menemukan malaikat biru bersemayam. Memeluk erat, mengangkatku jadi sedulur untuk sesaat.
Kau tahu ? di situ ada syurga, terbangun dalam fiksi. Membuatku jadi remaja kembali. Gelendotan pada ibu juga sesekali main mata dengan anak lelaki
Kau tahu ? betapa asyik menyabari perih waktu bernama tunggu. Karena di situ ada ksatria, memasang tongkat musa. Agar langkahku pelan tak pecicilan. Menyebrangi duka. Menyusuri malam patah. Menapak riang perjalanan pongah
Dalam lakon sebatang, tak bersiapa
Senyap kerap menjelma saudara. Mengajari bijaksana
Solo, 2018
SAJAK MERAH JAMBU
Ingin kuajak kencan
Bayangmu yang jatuh
Di trotoar
Solo, 2019
EPILOG
1.
Ijinkan aku melupakanmu
Setelah rasa tak pernah menemui muara
Ngrambyang menjelma diksi-diksi sephia
rindu kau anggap origami
Maka salam untuk selembar perjumpaan di Cikini
aku undur diri
Sebab dari maghrib hingga subuh, sajakku utuh tanpa sentuh
Mangkrak di balik doa, menyeru aphologia
2.
Aku sudah tak punya amunisi
Untuk sekedar bertanya kabar, semenjak janur di dadamu berkibar
Menghentikan seluruh kegilaan
Maaf, bila sempat ku jatuh wuung
Pada pertemuan singkat tanpa juntrung
Solo, 2019/2020
* Seruni Unie, penikmat puisi asal Solo.