Oleh Rifqi Silfiana
Sains merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu untuk menghadapi perkembanagan zaman, tidak terkecuali bagi pelajar Madrasah Aliyah (MA) yang sedang menempuh pendidikan. Karena dengan sains, seseorang bisa dihormati dan diakui keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu, sains juga menjadi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa, karena pada dasarnya semua bidang kehidupan memerlukan sains.
Madrasah Aliyah (MA) adalah lembaga swadaya yang menampung aspirasi sosial agama budaya masyarakat, karena ia tumbuh dan berproses seiring dengan pertumbuhan masyarakat. Sehingga Madrasah Aliyah (MA) memiliki ciri khas tersendiri, yakni sebagai lembaga pendidikan yang membina jiwa agama dan akhlak anak didik, dan hal itulah yang membedakan Madrasah Aliyah (MA) dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA).
Keunggulan Madrasah Aliyah
Peran Madrasah Aliyah (MA) dalam pembangunan, khususnya bidang pendidikan, sangat strategis. Keberadaannya dipelosok pemukiman memungkinkan warga menyekolahkan anak guna mendapatkan pendidikan. Selain pendidikan formal, Madrasah Aliyah (MA) pun memberi bekal pengetahuan agama yang membentuk watak beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu, keberadaannya di tengah masyarakat sangat dibutuhkan guna mendukung akselerasi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
- Iklan -
Apalagi saat ini Madrasah Aliyah (MA) sudah cukup maju dengan melengkapi fasilitasnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, sehingga diharapkan lulusannya mampu bersaing dengan kualitas yang memadai, keberadaan Madrasah Aliyah(MA) cukup menarik minat masyarakat untuk memasukkan putra-putrinya mengenyam pendidikan karena sudah menjadi pilihan utama mulai jenjang pendidikan usia dini hingga pendidikan atas, bahkan pendidikan tinggi.
Perlunya pengembangan lembaga pendidikan di Madrasah Aliyah(MA) adalah dalam proses pembelajaran yang memadukan sains dan teknologi yang berbasis struktur muslim yang menjunjung nilai-nilai Alquran. Inilah yang disebut sebagai pembelajaran integratif. Pendidikan integrasi merupakan pendidikan yang mengintegrasikan dan mengaitkan satu mata pelajaran dengan pelajaran lain, bukan hanya dibatasan implikasi seperti yang biasa dilakukan sekolah, tetapi di dalam relasi konsep, sehingga peserta didik dibangun dalam pemikiran yang konsisten antara satu konsep pelajaran dengan konsep lainnya. Integrasi kurikulum bukanlah metode baru untuk mengorganisir instruksi.
Salah satu lembaga yang harus melakukan pengembangan desain kurikulum dalam proses pembelajaran yang memadukan sains dan dengan kitab Alquran adalah Madrasah Aliyah(MA). Dari sinilah, untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, pelajar Madrasah Aliyah(MA) juga harus berusaha mempelajari dan menguasai Sains-Quran. Karena pada hakikatnya, semua yang ada di kehidupan kita, dari yang paling kecil seperti atom dan sangat luas tidak terhingga seperti alam semesta, sudah tertulis di dalam Alquran, hanya saja itu perlu pemahaman yang sangat sulit.
Integrasi Sain-Quran merupakan upaya untuk mengaitkan, memadukan antara perspektif teoritik dan kitab suci Al Quran atas fenomena tertentu atau obyek pengetahuan tertentu. Dengan demikian, apabila pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dan berhasil maka akan melahirkan saintis-saintis yang dibutuhkan dalam proses pendidikan sains dan teknologi yang integral.
Integrasi dengan Materi
Antara Sains dan Alquran terdapat titik temu dan keduanya merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Dengan demikian maka hubungan Sains dan Alquran tidak lagi pada tahap konflik, independensi, atau dialog, tetapi telah masuk pada tahap integrasi berupa dialog antara Sains Quran.
Lembaga pendidikan Madrasah Aliyah(MA) mengupas tentang implementasi integrasi Sains-Quran dalam pembelajaran beserta contoh-contoh model integrasi Sains-Quran. Diantaranya adalah pertama, pada kasus materi pembelajaran kelas X pembahasan tentang gerhana. Selain dengan teori sains juga diintegrasikan dengan Al Quran surat An Nahl ayat 16. Sebelum ilmuwan mengetahui mengenai fakta tentang peredaran bulan, bumi, dan matahari serta cara mereka berotasi dan berevolusi, Alquran sudah menjelaskan tentang ini pada surat Yasin yang terdapat pada ayat 37-40.
Kedua, Pembahasan tentang fenomena hujan dengan menggunakan pendekatan sains dan Alquran yang terdapat pada surat Ar Rum ayat 24. Ketiga, Pembahasan Biologi dalam Al Quran tentang keanekaragaman kehidupan hewan. Keempat, Mengenai akan terjadinya tsunami, gempa bumi, dan lainnya.
Dahulu hal tersebut sudah direncanakan sedemikian rupa oleh Allah untuk menghancurkan bumi ini karena Allah telah bosan melihat kelakuan manusia yang ada di bumi. Manusia telah ingkar kepada Allah, dan mereka tidak menyembah-Nya. Padahal sudah jelas pada surah Adz-Dzariat ayat 56.
Di samping itu juga kasus materi kelas XI tentang penciptaan manusia yang diintregasikan dengan Al Quran surat Al Mu’minun ayat 12-14. Di saat ayat ini turun, ilmu akal manusia pada zaman itu tidak mampu menjangkau fakta ilmiah ini. Demikian pula ilmu pengetahuan yang ada saat itu cukup sederhana untuk sampai pada hakikat yang besar ini.
Di abad modern, fakta ini baru ditemukan setelah kemajuan ilmu biologi dan kedokteran. Kemudian tentang langit, para ilmuan menemukan bahwa langit tersusun dari 7 lapis, yaitu: troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ozonosfer, ionosfer, dan exsosfer. Para ilmuanpun juga menemukan bahwa bumi juga terdiri dari 7 lapis, yaitu: lempeng oceania, lempeng benua, mantel atas, astenosfer, mantel bawah, lapisan inti dalam, lapisan inti luar. Baik lapisan langit maupun bumi semuanya telah dikupas terlebih dahulu oleh Al Quran pada surat At Thalaq ayat 12.
Pada kasus materi pembelajaran kelas XII tentang pusat perasa dikulit. Dulu orang percaya bahwa saraf perasa terdapat di seluruh tubuh dengan kepekaan yang sama. Namun ilmu pengetahuan modern mengungkap kekeliruan ini, ternyata pusat kepekaan terhadap rasa sakit dan lainnya terletak pada kulit, di mana jarum suntik hanya terasa sakit pada kulit. Kulit yang sudah terkelupas atau tinggal ototnya tidak terasa sakit lagi. Alquran surat An Nisa’ ayat 56 menyebutkan hakikat ini sebelum penemuan para ahli. Pembahasan tentang udara di luar angkasapun di intregasikan dengan Alquran.
Para pilot membuktikan tentang semakin sesaknya dada mereka setiap kali mereka menambah ketinggian di udara sampai-sampai mereka merasa tercekik karena tak mampu bernafas akibat semakin berkurangnya kadar oksigen. Realita ini belum diketahui sebelumnya, orang menganggap bahwa udara tersedia sampai ke planet-planet dan bintang bintang yang ada di langit. Sedangkan pada Alquran surat Al An’am ayat 125 telah mengungkap hakikat ini sejak empat belas abad lebih.
Manfaat yang Diharapkan
Integrasi Sains-Quran sebagai model pembelajaran untuk mata pelajaran IPA atau Pendidikan Agama Islam (PAI) tentu memiliki efek-efek pembelajaran. Efek-efek positif dari pembelajaran integratif dari hasil penelitian tersebut antara lain: bertambahnya keimanan dan ketaqwaan, munculnya Sains-Quran membangkitkan rasa syukur, membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Dengan demikian, peserta didik Madrasah Aliyah(MA) harus dapat menghasilkan model pendidikan nilai dalam pembelajaran integrasi Sains-Quran dan merekonstruksi keilmuan berupa “wujud Sains-Quran”. Pilar-pilar Rekonstruksi keilmuan dalam sains baru meliputi metafisika dalam Sains-Quran, reasoning (pembentukan) Sains-Quran, sistem epistimologi Sains-Quran, dan aksiologi Sains-Quran. Sedangkan rekonstruksi pada pembelajaran di jelaskan dari hasil simpulan dari penelitian yang berupa produk integrasi Sains-Quran yang di sebut sebagai “Sains-Quran”.
Dari hasil produk itulah, lahirlah pemahaman tentang pengakuan atas kekuasaan Allah, kekaguman atas kerja alam ini, pengakuan diri lemah dibanding kuasa Allah, dan sebagainya selalu terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran. Subhanaallah, Allahu Akbar, Innalillahi wa innailaihi rajiun, Alhamdulilah dan lain-lain menjadi ekspresi spontan peserta didik Madrasah Aliyah(MA) selama dan setelah proses pembelajaran integrasi tersebut yang selalu mengagungkan Allah SWT. Dan ujung dari pemahaman terhadap materi integrasi adalah kepribadian yang penuh rasa syukur. Dengan pendidikan demikian, akan memproduksi rasa syukur sebagai akibat dari produk pengetahuan integratif, yaitu kompeten secara keilmuan dan kepribadian yang penuh syukur.
Selain itu, dengan mempelajari intregasi Sains-Quran merupakan mengungkapkan gagasan terkait format baru pendidikan yang lebih komprehensif dengan membidik manusia yang tidak terpisah dengan Tuhan dan alam (antropologis) sebagai paradigmanya. Bukan sekedar gagasan, melainkan potret pendidikan ideal di masa depan. Realisasi lebih bagus daripada konsep dan design, semoga suatu saat nanti ditemukan lembaga pendidikan Madrasah Aliyah (MA) semacam ini.
Demikianlah, Alquran mengandung informasi yang baru terungkap kebenarannya setelah berabad-abad lamanya seiring kemajuan ilmu pengetahuan. Kebenaran ini sebagai bukti bahwa Alquran semata-mata wahyu Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad SAW. Kitab suci Alquran mendahului ilmu pengetahuan (sains).
-Penulis Mahasiswi Pascasarjana IAIN Salatiga.