Kita Tetap di Sini
kita tetap di sini, setia
merawat puisi merawat dapur ini
kujaga nyala tungku
untuk secangkir teh, selapis roti
menu pagimu
tentu, kita juga menua
seiring perjalanan masehi
melangkah lamban
mendekatkan telinga kita
untuk mendengar salam
sebelum anak kita pergi
- Iklan -
Ampenan, 2019
Dari Jauh
; untuk Qory
kesedihan datang dari jauh
tiba di muka pintu
mengucap salam
aku jawab, aku peluk, aku pandang
dengan mata rabunku
Ampenan, 22 Oktober 2019
Kain Jarit
di selembar kain jarit ini
ada genangan sejarah
darah yang tak henti mengalir
doa yang tak kalah derasnya
antara keindahan dan kesakitan
saat kau melahirkan
kelak, selembar kain ini
mengisi tas punggung anakmu
terselip di lipatan baju dan buku-buku
ketika tiba langkahnya berjarak
darimu menempuh banyak kota
bahkan negeri-negeri nun jauh
selembar kain ini akan menjelma
resep; obat penyembuh
baginya di kala demam juga sakit-sakit
lainnya yang tak memberinya dampak
pada jantung, hati maupun lambung
yang dengan segala kerahasiannya
takkan bisa tertebus
di apotek-apotek manapun
Ampenan, 2019
Senja dan Sabana
;kepada Umbu
berjarak dari pintu rumahku
tergelar senja dan sabana
seorang lelaki bertopi datang
dari jauh usianya
apa yang terbaik dari sebuah hidup
apa yang tersembunyi dari hakikat maut
Sumba seperti suara
menyusun kangen dalam gema
seperti tangan rahasia
terulur mencipta bilur
merembet mencari denyut
jantung sajak-sajaknya
Mataram, 2015-2019
Tak Ada Potret di Dinding Rumah Kita
tak ada potret di dinding rumah kita
barangkali kita merasa cukup hiasannya
lumut, pecahan matahari
coretan warna warni oil pastels
jari-jari tangan anak kita
atau kita terlalu takjub pada hujan
yang kerap gagal kita takar
kadar rembesnya
menyapu dinding, meluberi lantai
menguyupkan ruang-ruang
sepatu-sepatu, buku-buku
apa yang lebih pilu
dari melankoli sebasah itu
setelahnya kita meringkuk bertiga
dalam gulungan dingin hingga dini hari
menyaksikan jamur sinusitismu hijau semi
2017-2019
Lailatul Kiptiyah, lahir dan besar di Blitar-Jawa Timur. Pernah beberapa tahun bekerja di Jakarta. Sejak tahun 2014 hingga sekarang menetap di Mataram, menjadi bagian keluarga di komunitas Akarpohon Mataram-NTB. Saat ini sedang menyiapkan buku kumpulan puisi pertamanya terbit.