Oleh Hamidulloh Ibda
Dewasa ini, dunia pendidikan kita digoncangkan dengan kontroversi “Merdek Belajar” gagasan Mendikbud Nadiem Makarim. Dari konsep merdeka belajar yang sudah lama digagas Ki Hajar Dewantara, Nadiem merumuskan empat hal inti.
Pertama, Ujian Nasional(UN) akan digantikan dalam bentuk Asesmen Kompetensi Minimum, dan survei karakter. Asesmen ini menekankan pada kemampuan penalaran literasi dan numerik didasarkan pada praktik terbaik tes PISA. Berbeda dengan UN yang dilaksanakan di akhir jenjang pendidikan, asesmen ini akan dilaksanakan di kelas 4, 8, dan 11. Hasilnya diharapkan menjadi masukan bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikannya.
Kedua, Ujian Sekolah Berstandar Nasional(USBN) akan diserahkan ke sekolah. Menurut Kemendikbud, sekolah diberikan keleluasaan dalam menentukan bentuk penilaian seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk penugasan lainnya.
- Iklan -
Ketiga, Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP). Menurut Nadiem Makarim, RPP cukup dibuat satu halaman. Melalui penyederhanaan administrasi, diharapkan waktu guru dalam pembuatan administrasi dapat dialihkan untuk kegiatan belajar dan peningkatan kompetensi.
Keempata, dalam penerimaan peserta didik baru(PPDB) sistem zonasi diperluas. (tidak termasuk daerah 3T). Bagi peserta didik yang melalui jalur afirmasi dan prestasi diberikan kesempatan yang lebih banyak dari sistem PPDB sebelumnya. Pemerintah daerah diberikan kewenangan secara teknis untuk menentukan daerah zonasi ini
Sejak dulu, Ujian Nasional (UN) melahirkan banyak sekali berita kisruh, gugatah, dan kritik pedas mewarnai media massa tentang pelaksanaan UN. Jika kita catat, dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, ada dua peristiwa penting yang memerlukan perhatian khusus di suatu sekolah. Ini baru UN, belum problematika yang lainnya.
Peristiwa Penting
Ada beberapa peristiwa untuk UN sendiri. Pertama ialah pada permulaan tahun ajaran, yaitu dalam rangka penerimaan murid baru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan pembantu-pembantu mereka dengan teliti memperhitungkan berapa kemampuan sekolah akan menerima murid baru. Semuanya diperhitungkan secara teliti.
Kalau salah perhitungan, bisa saja penerimaan murid baru melebihi kemampuan lokal atau ruangan yang dimiliki sekolah tersebut atau mereka akan kekurangan murid karena pendaftaran murid atau kelulusan murid tidak diperhitungkan secara baik. Selain itu, harus diperhitungkan tenaga-tenaga pengajar dan nonpengajar yang ada di sekolah tersebut.
Selanjutnya yang kedua dan ini yang terpenting ialah mempersiapkan murid untuk menempuh ujian akhir ataupun ujian penghabisan, atau yang belakangan ini disebut UN. Setiap sekolah dengan berbagai usaha mempersiapkan sedemikian rupa agar murid-murid pada sekolah tersebut lulus dengan nilai yang bagus dan dapat meningkatkan kualitas atau prestise serta martabat sekolah tersebut.
Sekolah sebagai penyelenggara yang terdepan sudah harus mempersiapkan hal itu secara baik, meliputi ruangan, alat, dan serta tenaga pengawas yang terlatih dengan baik. Namun, yang lebih penting lagi ialah pekerjaan yang harus dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di negeri ini, sebagai penanggung jawab tertinggi dalam pembangunan pendidikan. Penulis sendiri pernah mengikuti ujian akhir atau ujian penghabisan sebelum menjadi penyelenggara pendidikan, baik sebagai kepala sekolah maupun sebagai ketua rayon pendidikan ujian.
Alangkah terkejutnya penulis ketika membaca berita di surat kabar dan di media elektronik, bahwa ujian nasional 2019 tidak dapat dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia. Ada sebelas provinsi di Indonesia yang tidak dapat mengikuti ujian nasional pada tanggal yang telah ditentukan. Mengapa ujian sebagai suatu proses pendidikan yang terpenting dapat mengalami masalah yang sangat luar biasa seperti itu?
Kejadian tersebut bukan hanya merupakan keteledoran atau kesalahan kecil, yang harus dijelaskan secara sederhana dan dengan cengar-cengir seolah tidak merasa bersalah. Kalau ujian nasional tidak dapat diadakan secara serentak di seluruh Tanah Air, ujian nasional ini sudah cacat, kerahasiaan soal sudah tidak terjamin lagi. Penjelasan tidak benar, yang mengatakan masalah itu tidak akan berdampak pada kerahasiaan ujian karena telah disediakan, sehingga tidak mungkin ada kesalahan.
Tsunami Nasional
Saat ini sudah dibuka dan dengan alat komunikasi yang canggih seperti sekarang ini, soal-soal yang diujikan tersebut sudah tersebar luas di seluruh Indonesia. Penulis katakan ini merupakan “tsunami/bencana nasional” karena menganggap enteng masalah ujian nasional berarti menganggap enteng masa depan anak bangsa khususnya dan masa depan bangsa pada umumnya. Kecelakaan atau tabrakan kereta api yang menelan nyawa puluhan orang atau gempa bumi yang menewaskan ribuan orang tidak sama dengan bencana nasional pendidikan yang terjadi seperti saat ini.
Bencana gempa atau tabrakan kereta api dapat diperbaiki seketika, tapi bencana nasional pendidikan dapat merusak satu generasi bangsa. Jadi, kesalahan ini merupakan kesalahan luar biasa dan harus ada yang bertanggung jawab. Selain ujian nasional untuk SMA/SMK dan madrasah aliah atau sejenisnya untuk 2019 sudah tidak rahasia lagi, ujian itu sudah tidak sah karena kerahasiaannya tidak terjamin.
Seperti penulis katakan, masalah itu merupakan bencana nasional dan harus ada yang bertanggung jawab karena korbannya ialah masa depan anak bangsa. Tidak bisa dikatakan kesalahan percetakan, harus ada penanggung jawab, dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan minta maaf. Harus ada sanksi dari petinggi negeri ini terhadap yang bertanggung jawab atas bencana luar biasa ini.
Penulis mengusulkan harus ada usaha untuk memperbaiki sistem ujian nasional yang akan datang. Kelihatannya sistem objektif yang diadakan sekarang, yaitu pilihan ganda, benar dan salah, serta mengisi dan menjodohkan, tidak memberi motivasi anak untuk belajar, tetapi justru cenderung mengundang berbuat kecurangan. Yang terbaik, perlu dipertimbangkan sistem esai yang pernah dilaksanakan di negeri ini, atau gabungan antara sistem objektif dan sistem esai yang dipergunakan.