Doa Ibu Mengantarkanku pada Mimpi yang Indah
Oleh: Nafilah Sulfa
Salihah panngil saja Aan. Dia adalah orang yang tidak punya, orang tuanya kerjanya hanya buruh tani yang setiap harinya bapak maupun ibunya bekerja pada orang agar merea bisa makan. mereka hidup berlima degan kedua adiknya yang masih duduk dibangku SMP dan SD. Bapak dan ibunya banting tulang demi menyekolahkan mereka bertiga, walau rasanya sangat sedih melihat mereka pulang ke rumah dengan muka yang lesu dengan membawa rupiah ditangannya. Ketika mereka pulang Aan selalu menyiapkan teh hangat untuk melegakan dahaga mereka. Tapi mereka tetap tersenyum, walau hati Aan tau bagaimana sulitnya mencari sesuap nasi. Sungguh kami tidak tega tapi apala daya ekonomi bagi kami kurang memadai.
Aan masih duduk di kelas 3 SMA di sebuah desa yang bisa dibilang, jauh dari sentuhan perkotaan. Ya Madura itulah nama pulaunya, di Desa terpencil itu kami sekeluarga tinggal. Terusik dikeheningan malam, Aan berdoa ingin membahagaiakan kedua orang tuaku, terutama Ibunya. Karena ketika Aan ingin putus sekolah untuk membantu orang tuanya, tetapi ibunya yang melarang. Suatu ketika mereka duduk berdua “Ibu aku ingin putus sekolah aku ingin membantu ibu dan bapak untuk menyekolahkan kedua adikku, biar saya saja yang bekerja ibu, tukas Aan”. “Jangan nak, kamu selesaikan sekolahmu beberapa bulan lagi kan Ujian Nasional biar ibu dan bapak saja yang bekerja untuk kalian karena ini sudah tugas kami, dan satu lagi nak kamu harus laajutkan ke jenjang perguruan tinggi agar kelak kamu bisa menyekolahkan adik-adikmu juga biaar tidak seperti kami, kerjanya hanya buruh tani” jawab ibu. Derai air mata Aan membasahi pipinya tak kuat dia tahan melihat perjuangan orang tuanya menghidupi ekonomi keluarga dan pendidikan anaknya, demi sang buah hati. Lalu Aan menjawab “ Apakah bisa bu, Aan mewujudkan cita-cita ku dan keinginannku”. “ Semuanya bisa nak asal ada usaha dan doa yakinlah Allah akan memberinya pada kita.” Ucap ibunya lagi.
- Iklan -
Setiap hari orang tua Aan selalu banting tulang untuk keluarga mereka. Ketika Ujian nasioanal tinggal 3 Minggu Aan begitu giat belajar bersama teman-temannya dan pada saat itu, sosialisasi dari pertuguruan tinggi terus berdatangan ke sekolahnya. Aan dan teman- temannya bigung masuk jurusan apa dan perguruan tinggi yang mana. “Aan kamu mau masuk jurusan apa, tanya teman sebangkunya”. “Aku juga bingung, karena awalnya aku tidak mau kuliah karena keadaan ekonomi kelaurgaku, memang ingin rasanya hati ini kuliah tapi ketika ingat bapak dan ibuk aku jadi tidak tega, disisi lain ibu yang semangat meneruskan aku ke perguruan tinggi jadi aku bingung”, jawab Aan. “ Mungkin kamu minta restu dulu pada ibu kamu An, menurutku ibumu apa saja pilihanmu akan dituruti” Ucap teman sebangkunya. Akhirnya Aan mengabari ibunya kalau sudah ada sosialisasi dari perguruan tinggi yang lain mengenai jurusan yang ia masuki. Ibunya selalu bilang ikuti kata hatimu nak! “Jika itu kemauanmu ibu akan selalu support kamu, begitupun bapak. Sekarang bapak sudah tua nak, memang usia kita begitu jauh sehingga bapak sudah tidak lagi sehat. Tapi kamu jangan khawatir Allah selalu bersama kita yang terpenting kita usaha dan doa selebihnya kita serahkan pada Allah. ‘Jawab ibu Aan. Aan dengan sangat yakin dan percaya bahwa usaha dan doa akan mengantarkan pada petunjuk dimana harus optimis bahwasanya dia bisa kuliah.
Akhirnya Aan, mendaftar dan memilih jurusan yang ia yakini, ketika dalam sepertiga malamnya dia memilih prodi di salah satu perguruan tinggi negeri di daerah surabaya, dan memilih jurusan hukum dan mengikuti SNMPTN program beasiswa BIDIKMISI. Tak lama kemudian UN pun telah tiba dan Aan dengan semangat mengerjakan UN dengan sangat optimis bahwasanya nilainya akan bagus. Aan harus menunggu beberapa minggu agar hasil SNMPTN keluar. Beberapa minggu menunggu Aan ternyata hasil dari pengumuam itu sangat mengecewakan hatinya, Aan tidak diterima di perguruan tinggi yang ia daftari. Hal ini membuat Aan sangat sedih sekali, kesedihannya sangat terpukul sekali karena dia saking cintanya pada ibunya, takut kecewa karena impian ibu dan bapaknya selama ini banting tulang deminya untuk sekolah pupus di tengah jalan. Lalu Aan datang pada ibunya dengan bersimpuh dan menangis dan menceritakan bahwa dia gagal untuk kulia. Tapi apa respon ibunya “bangunlah nak! Apa yang kau tangsisi, ibu tidak merasa sedih sekali, ibu yakin ada jalan untuk kamu kuliah, sudahlah nak, yang penting kamu udah usaha”. Saat itu Aan merasa lega dan dia nabung untuk ikut tes peruguruan tinggi selanjutnya selanjutnya.
ketika ia lewat ditengah jalan, ia melihat anak kecil ditengah jalan dan dari arah berlawanan ada mobil, serentak Aan langsung menyelamatkan anak kecil itu. Dan pada saat itu orang tua anak tersebut sangat berterima kasih sekali pada Aan karena anak tersebut adalah buah hati satu satunya. Kejadian itu membuat orang tua dari anak tersebut berterima kasih sekali dengan memberikan uang nominal yang cukup banyak sekitar 30.000.000,00 awalnya Aan menolak tetapi uang tersebut tidak apa-apanya dengan nyawa anaknya, Aan sangat bahagia sekali dan berterima kasih pada orang tua anak tersebut. Dan dia langsung pergi ke ibunya bahwasanya dia dikasih uang yang nominalx begitu besar oleh orang dengan menyelamatkan anaknya. Dan uang tersebut digunakan Ani untuk daftar ujian di perguruan tinggi Islam di Madura, di samping perguruan tinggi sebelumnya begitu jauh. Jadi daftar di pergutuan tinggi Islam dengan mengambil jurusan Hukum Islam. Setelah beberapa waktu Aan diterima diperguruan tinggi tersebut akhirnya Aan bisa kuliah dengan uang tersebut. Disamping Aan membuka usaha kue untuk menambah keperluan kuliahnya. Ibu dan bapak begitu senang, akhirnya Aan bisa kuliah. Jadi, doa ibu begitu mustajab, karena ridho Allah tergantung pada ridho bapak ibu kita, apabila kita bersungguh sungguh dalam menggapai sesuatu maka, Allah akan memberi jalan.
*Penulis adalah santri Ziyadatut Taqwa, dan mahasiswi IAIN Madura.