Wonosobo, Maarifnujateng.or.id – Berawal dari keprihatinan guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar yang kurang kondusif akibat kekurangan ruang kelas, pengurus yayasan serta wali murid juga ikut prihatin terhadap kekurangan ruang kelas yang nyaman dan jauh dari kata layak serta masih menyekat satu kelas menjadi dua kelas.
Dengan sekatan ruang kelas yang ukuran 7×7 m2 menjadi kurang maksimal dalam proses belajar mengajar , maka dari itu pengurus serta komite sekolah beserta wali murid bersengkuyung gotong-royong, bahu-membahu membangun sebuah gedung baru yang berukuran 7×8 m2 demi terselenggaranya proses pendidikan yang sehat serta maksimal.
Guru MI Islamiyah Jolontoro Sapuran Ahmad Ghozali . S.Pd.I mengatakan gedung sekolahan tersebut direncanakan berlantai dua. Bertempat di desa Jolontoro kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo, Minggu 29 Desember 2019 suasana ramai pada pagi hari masyarakat Jolontoro benbondong – bondong menuju halaman sekolah .
“Pagi itu masyarakat bergotong royong melakukan pengecoran pembangunan gedung baru. Acara dimulai dengan acara adat pemotongan engkung oleh ketua yayasan Kiai M Toha. Pemotongan engkung tersebut bertujuan untuk meminta kesalamatan dan kelancaran proses pembangunan bangunan tersebut,” lanjut dia
- Iklan -
Di tempat lain ketua pembangunan Bambang Riyanto mengatakan pembangunan gedung itu di lakukan secara swàdàya dan gotong royong seluruh eleman masyarakat.
Pembangunan gedung tersebut berasal dari sumbangan siswa Rp. 500-1000 perhari persiswa selama kurang lebih 2 tahun.
Selain dari iuran siswa sumbangan juga berasal dari berbagai elemen masyarakat diantaranya guru ,wali murid,pengurus sekolah, Fatayat, Muslimat dan Koin NU.
Pembangunan gedung baru di perkirakan menghabiskan dana sekitar 80 juta rupiah. Selain donatur berupa uang ada juga yang membantu bambu serta triplek, serta material bangunan.
Pengecoran gedung MI dilakukan kurang lebih 60 warga dan wali murid . Hal ini dilakukan karena prihatin dengan keadaan sekolahan yang masih kekurangan ruang kelas. (adm/Hi/AG).