Oleh: R. Andi Irawan
Awal perjumpaan saya dengan beliau terjadi pada tahun 2002 (ketika kelas 2 MTs di Perguruan Islam Mathali’ul Falah Kajen), tepatnya pada momen bulan suci Ramadan. Ketika itu beliau membaca kitab bertema ushul fikih dengan judul “Al-Ihkam fi Ushuli al-Ahkam” berjumlah 2 jilid karya Syekh al-Amidi dan kitab Ayuha al-Walad karya Imam al-Ghazali yang bertemakan tasawuf.
Perjumpaan tersebut berlanjut setiap bulan suci Ramadan dengan judul dan tema kitab yang berbeda-beda, mulai kitab yang bertema ushul fikih, fikih, ilmu alat, ilmu tafsir dan ilmu hadits, tasawuf sampai dengan tema tata cara debat. Sebuah momen yang selalu ku tunggu-tunggu dan rindukan. Perjumpaan ilmiah tersebut hanya saya peroleh ketika bulan Ramadan, karena kesibukan dan padatnya aktivitas beliau di NU, MUI dan beberapa instansi lainnya, sehingga waktu beliau terbatas untuk selalu bercengkarama dengan santri-santri Kajen khususnya.
Walaupun demikian, untuk mengobati kerinduanku, saya sempatkan mengaji dan ngangsu kaweruh dengan beliau di sela-sela kesibukannya, dan kebetulan waktu itu beliau memiliki jadwal pengajian rutin pada waktu pagi hari setiap pukul 07.00/08.00 WIB, kitab yang dibaca adalah “al-Hikam” karya Syekh Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari. Dari proses perjumpaan ilmiah yang terjadi mulai tahun 2002 dan berakhir pada tahun 2013, saya merasakan betul bahwa beliau adalah seorang kiai dan ulama yang mutabahir dalam segala fan ilmu keagamaan.
- Iklan -
Kemudian, pada tahun 2007 (waktu itu saya kelas 3 Aliyah) saya pernah meminta tolong kepada calon istri (dan pada akhirnya jadi istri beneran), untuk meneliti, mengamati dan mencatat kegiatan sehari-hari beliau ketika di dalem. Kebetulan waktu itu istriku menjadi abdi dalem bagian dapur dan ngaturi serta menyiapkan daharan beliau.
Hal ini saya lakukan karena rasa penasaranku terhadap sosok kepribadian beliau sekaligus ingin mencontoh amaliyah keseharian beliau agar bisa sukses seperti beliau. Alhamdulillah, akhir tahun aku menerima hasil pengamatan dan penelitian tersebut dalam bentuk catatan yang rapi dan cukup komplit, mulai aktivitas beliau bangun tidur pada waktu fajar sampai tidur kembali pada pukul 9-nan malam, disertai dengan keterangan waktunya.
Dari hasil pengamatan tersebut, saya menyimpulkan ke dalam beberapa hal. Pertama, Kiai Sahal adalah seorang kiai yang sangat istiqomah dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, karena kegiatan tersebut dilakukan setiap hari pada waktu yang sama. Kedua, Kiai Sahal adalah sosok pecinta ilmu sepanjang hayat, karena walaupun beliau telah diakui kealimannya dan menduduki posisi penting dan tertinggi dalam beberapa organisasi keagamaan (NU dan MUI), namun beliau masih sempat dan memiliki waktu khusus untuk membaca kitab, buku, koran dan menyaksikan berita di televisi.
Ketiga, Kiai Sahal adalah seorang zahid, hal ini bisa dilihat dari pakaian beliau yang sederhana, dahar hanya beberapa sendok, dan sedikit berbicara. Keempat, Kiai Sahal adalah kiai tipe penyayang terhadap santri-santrinya, hal ini dapat dilihat ketika beliau setiap waktu sore hari duduk di depan dalem hanya sekedar ingin melihat aktivitas sliwar-sliwer para santri dan mendengar suara mereka, beliau mengatakan: hal itu beliau lakukan setiap hari untuk mengobati rasa kangennya kepada santri.
Kelima, Kiai Sahal adalah sosok kiai yang selalu menghargai waktu, hal ini dapat dilihat bagaimana keistiqomahan beliau dan selalu mengisi serta menggunakan setiap detik, menit dan jam untuk kegiatan yang bermanfaat. Dan tentu masih banyak lagi mutiara-mutiara keteladanan dari sosok beliau yang tidak saya tangkap dari pengamatan yang sederhana ini.
Selama 12 tahun di kajen (2002-2013), alhamdulillah saya diberi kesempatan oleh Allah dapat mengaji beberapa kitab dengan beliau. Tentu ini adalah ni’mat yang luar biasa, berjumpa dan dapat ngangsu kaweruh dengan seorang ulama besar.
Beberapa kitab yang pernah saya pelajari dengan beliau mulai dari 1) Al-Ihkam Fi Ushuli al-Ahkam lil Amidi (Ushul Figh), 2) Ghayatu al-Ushul Li Zakariya al-Anshari (Ushul Figh), 3) Al-Luma’ Fi Ushuli al-Figh Li Abi Ishaq Ibrahim (Ushul Figh), 4) Syarhu Mandhumatu al-Waraqat Li Syekh Muhammad Alawi al-Maliki (Ushul Figh), 5) Al-Fawaid Al-Najibah Li Kiai MA. Sahal Mahfudh (Nahwu), 6) al-Tsamrah al-Hajiniyah Li Kiai MA. Sahal Mahfudh (Figh), 7) Intifau al-Wadijain Li Kiai MA. Sahal Mahfudh (Figh), 8) Lum’atu Al-Himmah Fi Musalsalati Al-Muhimmah Li Kiai MA. Sahal Mahfudh (Ijazah Hadits Musalsal), 9) Sullamu Al-Taufiq Li Abdullah bin Husain al-Banlawi (Figh), 10) Bahjatu Al-Wasail Li Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi (Figh).
Kemdian 11) Sullamu Al-Munajah Li Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi (Figh), 12) Al-Riyadlul Al-Badi’ah Fi Ushuluddin Wa Ba’dlu Furu’i Syari’ah Li Syaikh Muhammad hasbullah (Figh), 13) Al-Tadzhib Li Abdillah bin Fadlullah al-Khabishi (Mantiq), 14) Al-Fiqhu al-Akbar Li Muhammad bin Idris al-Syafi’i (Tauhid), 15) Risalatu Adabi al-Bahts Li Said Ali bin Muhammad al-Jurjani (Metode Debat dan Berargumen), 16) Minhatu al-Mughits Fi Mushthala al-Hadits Li Hafidh Hasan Mas’udi (Ilmu Hadits), 17) Ilmu Al-Tafsir Li Abdurrahman bin Abi Bakr al-Suyuthi (Ilmu Tafsir), 18) Idhatun al-Nasyiin Li Syaikh Mushthafa al-ghulayaini (Motivasi), 19) Minhaju Al-Abidin Li Imam Al-Ghazali (Tasawuf), 20) Ayuha al-Walad Li Imam Al-Ghazali (Tasawuf), 21) Al-Kasyfu Wa Tabyin Li Imam Al-Ghazali (Tasawuf), 22) Salalimu Al-Fudlala’ Fi Syarhi Mandhumatu Hidayati Al-Adzkiya’ Ila Thariqatu al-Auliya’ Li Syaikh Nawawi Al-Bantani al-Jawi (Tasawuf), dan 23) Al-Minah Al-Saniyah Ala Wasyiah al-Mathbulah Li Said Abdu al-Wahab Al-Sya’rani (Tasawuf).
Semoga kita bisa meneladani beliau dan meneruskan perjuangan keagamaan dan sosial beliau dalam memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat, membangun dan memajukan bangsa serta menjaga dan memajukan eksistensi agama islam di muka bumi ini. Semoga kita selalu mendapatkan limpahan berkahnya dalam menapaki kehidupan ini. Amin.
-Penulis adalah Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah.