• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan
LP Maarif NU Jateng
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Sastra
  • Artikel
  • Hikmah
  • FikihTanya Jawab
  • Tokoh
  • Jurnal
  • Informasi
  • Download
    • Juara Lomba Video Profil Sekolah/Madrasah 2020
    • Majalah MOPDIK 2020
    • Banner Selamat Tahun Ajaran Baru
  • Cara Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Sastra
  • Artikel
  • Hikmah
  • FikihTanya Jawab
  • Tokoh
  • Jurnal
  • Informasi
  • Download
    • Juara Lomba Video Profil Sekolah/Madrasah 2020
    • Majalah MOPDIK 2020
    • Banner Selamat Tahun Ajaran Baru
  • Cara Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
LP Maarif NU Jateng
ADVERTISEMENT
Home Artikel

Pancasila dan Khilafah, Mana Lebih Sunnah?

04/09/2019
in Artikel, Opini
Reading Time: 4min read
0 0
1
Pancasila dan Khilafah, Mana Lebih Sunnah?

Ilustrasi merdeka.com

0
SHARES
7
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke Whatsapp

Oleh Abdul Halim

Saat membuka beranda di FB banyak status yang menulis, “mana Ansor Banser yang sok-sokan Pancasialis, yang selalu mengatakan NKRI Harga Mati” . Kira-kira begitulah celotehan warganet menanggapi persoalan Papua yang sedang bergejolak yang ditujukan kepada Ansor-Banser secara khusus serta warga NU pada umumnya.

Pernyataan pernyataan seperti ini jika dianalisis memang sengaja dihembuskan untuk memprovokatori dan menggiring opini untuk menmbenci atau ‘menyinyiri’ Ansor-Banser yang sebenarnya sudah kadung banyak dicintai masyarakat yang waras dan cinta terhadap keutuhan NKRI.

Sebagai warga negara Indonesia yang telah menikmati kemerdekaan selama 74 tahun sudah seharusnya bangga terhadap bangsanya sendiri dan ideologinya sendiri – Pancasila dan NKRI – bukan malah nyinyir kepada anak bangsanya yang bangga dengan bangsanya sendiri.  Kalau bukan bangsanya sendiri yang bangga terhadap ideologi dan negaranya lantas siapa lagi? Kok malah dengan lantang mereka menyuarakan khilafah.

Bacajuga:

Penyakit Kronis Penulis Pemula

Penyakit Kronis Penulis Pemula

20/01/2021
12
Kaidah Selingkung

Peneliti Pengembang Vs Peneliti Pendidik

19/01/2021
13

“Hipotesa” Priska Putri Asmiranti

19/01/2021
6
Syahdunya Ngopi Ala Santri

Syahdunya Ngopi Ala Santri

18/01/2021
12

Coba kita bandingkan  lebih sunnah mana antara sistem khilafah yang dipahami oleh pengusungnya di Indonesia  dengan Pancasila yang kita jadikan sebagai landasan dalam berbangsa dan bernegara.

Khilafah dalam Sejarah

Semasa hidupnya, Nabi tidak pernah menitipkan pesan dan menunjuk siapa kelak yang akan menjadi pengganti dan penerus atas kepemimpinannya sehingga setelah Rasulullah Wafat sedikit terjadi kegaduhan politik mengenai penggatinya. Kaum Ansor ngeyel dengan dengan kandidatnya yang berasal dari golonganya. Kaum muhajirin juga sama bersikukuh untuk mengusung golonganya hingga akhirnya terjadilah kesepakatan memilih Abubakar RA sebagai khalifaturrasul, tentunya dengan argumentasi dan perdebatan yang alot.

Setelah Abu Bakar menjadi Khalifah, di akhir kekhalifahanya Abu Bakar memikirkan penggantinya dengan berdiskusi dan meminta pertimbangan kepada para sahabat. Sehingga, jatuhlah pilihan kepada sayyidina Umar bin Khattab. Setelah kurang lebih 10 tahun Umar bin Khattab menjabat sebagai Khalifah, di akhir usianya ketika Umar sakit keras karena ditusuk oleh seorang budak bernama Abu Lu’lua yang kemudian sebelum wafat Umar telah membentuk sistem dewan formatur atau yang diebut Ahlul Halli Waal Aqdi. Anggotanya Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Tolhah bi Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin’Auf, dan saat bin Abi Waqqas untuk dipilih menjadi penggantinya dan kahirnya terpilihlah sayyidina Usman bin Affan di usia 70 tahun.

Setelah Usman menjadi khalifah, diakhir kekhalifahannya, na’as Ustman pun dibunuh oleh sekelompok pendemo masyarakatnya sendiri yang datang dari Mesir sehingga akhirnya khalifah digantikan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib secara aklamasi. Demikian pula dengan Syyidina Ali pun meninnggal dibunuh oleh umat Islam sendiri yang berasal dari kaum Khawarij yang tak puas dengan konsensus ‘tahkim’ di Daumatul Jandal. Kemudian estafet kekhalifahan beralih kepada kelurga bani Umayah berjantuk pada keluarga Bani Abbas dan seterusnya.

Melihat konsep sistem kekhilafahan dari masa Khulafaurrasyidin, Bani Usmaniyah, Abbasiyah dan bahkan Turki Usmaniyah yang paling demokratis adalah pada saat kekhalifahan Khulafaurrasyidin karena masih melibatkan masyarakat secara umum dalam memilih pemimpin meskipun dengan cara tidak langsung/ perwakilan “inderect democration” melalui orang-orang yang dipandang mumpuni dan berkapasitas.

Berbeda dengan periode kekhalifahan berikutnya yakni yang lebih cenderung bersifat monarchieridetis atau kekhilafahan yang diwariskan secara turun temurun baik pada masa kekhalifahan Bani Umayah, bani Abbasiyah, Turki Usmani dan seterusnya tampuk kekuasaan diturunkan secara turun temurun kepada Putra-putra mahkotanya. Dari sistem monarchieridetis pada pemilihan khilafah dinasti para bani-bani itu tentunya terkadang Khalifah yang dipilih tidak sesuai dengan kehendak rakyat bahkan tidak sedikit dari mereka yang menidas rakyat.

Piagam Madinah dan Pancasila

Saat hijrah, setelah Rasulullah tiba di Madinah, Rasulullah memahami betul kondisi masyarakat Madinah yang terdiri dari berbagai macam perbedaan, baik suku, ras, budaya maupun Agama atau kepercayaan. Di madinah terdapat kaum Yahudi yang telah hidup di Madinah selama ribuan tahun, demikian pula dengan kaum Nasrani serta kaum pribumi Aus dan Khazraj penyembah berhala yang mereka sama-sama hidup dalam sebuah daerah yang dulu disebut Yastrib, yakni Madinah.  

Kondisi ini sangat berbeda dengan apa yang ada di Makkah yang cenderung tidak banyak perbedaan sehingga secara psikologis lebih sulit menanamkan agama baru yakni Islam karena cenderung protectiveterhadap ajaran nenek moyangnya.

Melihat kondisi Madinah yang demikian, Rasulullah tidak serta merta memaksakan ajaranya kepada masyarakat Madinah akan tetapi bagaimana menciptakan kehidupan bersama yang harmonis maka kemudian Rasullah membuat Piagam Madinah yang isinya tentang aturan-aturan dalam kehidupan bermasyarakat agar tercipta kehidupan yang sejahtera meskipun dengan perbedaan suku dan Agama/ kepercayaan. Apa yang dilakukan Rasulullah adalah langkah cerdas sebagai sosok bangsawan yang memiliki level tinggi (High Class) demi kehidupan bersama dalam berbagai perbedaan.

Apa yang dilakukan Rasulullah nampaknya diikuti oleh pendiri bangsa Indonesia. Indonesia adalah bangsa yang memiliki berabagai keragaman suku, ras, budaya dan agama sehingga perlu adanya konsensus bersama dalam menyatukan semua komponen bangsa. Untuk itu maka para pendiri bangsa merumuskan kesepakatan-kesepakatan untuk dijadikan landasan dalam berbangsa dan bernegara yang kemudian kita kenal dengan Pancasila.

Pancasila yang dirumuskan adalah sebuah landasan berbangsa dan bernegara di atas semua golongan dan Agama yang bisa diterima oleh semua masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke sebagaimana Piagam Madinah yang dirumuskan oleh Rasulullah yang bisa diterima dan berlaku untuk semua kelompok. Melihat illat-illat atau kesamaan kondisi yang demikian tentu Pancasila lebih Sunnah daripada Khilafah.  Apalagi Khilafah yang diusung oleh HTI cenderung pada sistem khilafah pasca Khulafaurrasyidin yang bersifat monarchieridetis. Masihkah kita percaya dengan dagangan khilafah mereka?

–Penulis adalah Pengurus LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah.

Tags: Abdul HalimApakah Pancasila Lebih Sunnah Dari Khilafah?LP Ma'arif NU jateng
ShareSendTweet

Related Posts

Penyakit Kronis Penulis Pemula
Artikel

Penyakit Kronis Penulis Pemula

20/01/2021
12
Kaidah Selingkung
Artikel

Peneliti Pengembang Vs Peneliti Pendidik

19/01/2021
13
Artikel

“Hipotesa” Priska Putri Asmiranti

19/01/2021
6

IKUTI KAMI

  • 1.9k Fans
  • 1.1k Followers
  • 1.7k Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

26/07/2020
Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

28/10/2019
Lomba Video Profil LP Ma’arif PWNU Jateng Diundur Sampai Desember 2020

Lomba Video Profil LP Ma’arif PWNU Jateng Diundur Sampai Desember 2020

24/07/2020
Bolehkah Qurban Dulu, Bayar Belakangan?

Bolehkah Qurban Dulu, Bayar Belakangan?

14/07/2020
Menjadi Penulis itu Butuh Proses Panjang

Menjadi Penulis itu Butuh Proses Panjang

6
Lomba Video Profil LP Ma’arif PWNU Jateng Diundur Sampai Desember 2020

Lomba Video Profil LP Ma’arif PWNU Jateng Diundur Sampai Desember 2020

4
Pengurus LP Ma’arif PWNU Jateng Evaluasi Program

Respon Wacana Mendikbud, LP Ma’arif Jateng Lakukan Survei

4

Hadapi Revolusi Industri 4.0, LP Ma’arif NU Jateng Kuatkan SIMNU

3
Usaha Kreatif, Langkah Konkret IPNU-IPPNU Wujudkan Organisasi Mandiri

Usaha Kreatif, Langkah Konkret IPNU-IPPNU Wujudkan Organisasi Mandiri

24/01/2021
Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

24/01/2021
LP Ma’arif Jateng Evaluasi Hasil Pendampingan Piloting Akreditasi Madrasah/Sekolah

LP Ma’arif Jateng Evaluasi Hasil Pendampingan Piloting Akreditasi Madrasah/Sekolah

23/01/2021
Fahmi Idris Menelan Ludah, Tenggorokannya Terasa Getir

Fahmi Idris Menelan Ludah, Tenggorokannya Terasa Getir

23/01/2021

Tulisan Terbaru

Usaha Kreatif, Langkah Konkret IPNU-IPPNU Wujudkan Organisasi Mandiri

Usaha Kreatif, Langkah Konkret IPNU-IPPNU Wujudkan Organisasi Mandiri

24/01/2021
6
Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

24/01/2021
10
LP Ma’arif Jateng Evaluasi Hasil Pendampingan Piloting Akreditasi Madrasah/Sekolah

LP Ma’arif Jateng Evaluasi Hasil Pendampingan Piloting Akreditasi Madrasah/Sekolah

23/01/2021
9
Fahmi Idris Menelan Ludah, Tenggorokannya Terasa Getir

Fahmi Idris Menelan Ludah, Tenggorokannya Terasa Getir

23/01/2021
14
LP Maarif NU Jateng

Maarifnujateng.or.id merupakan media siber resmi milik Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah. Platform ini merupakan media penerbitan multisegmen yang memfasilitasi dan memotivasi pendidik, peserta didik LP Ma’arif NU serta masyarakat umum untuk memahami, menjiwai dan mencintai Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah serta mengembangkan kemampuan literasi.

Instagram

  • Yuk, kirim tulisanmu di web maarifnujateng.or.id 😊

#maarifnujateng #maarifnu #maarif #menulis #menulispuisi #menuliscerpen #menuliskata #menulisesai #infomenulis #menuliskreatif #indonesiamenulis #senimenulis #menulisgratis #menulis_yuk #senimenulis #ayomenulis #menulisonline #komunitasmenulis
  • Selamat dan Sukses... 😊

#maarifnujateng 
#maarifnu 
#lombavideo 
#lombavideokreatif
#lombavideoprofil 
#lombavideosekolah 
#lombavideomadrasah
  • Selamat dan Sukses... 😊

#sekolahunggulan #sekolahunggul  #madrasahunggul 
#madrasahunggulan 
#madrasahunggulberkualitas 
#maarifnujateng 
#maarifnu
  • Berikut ini adalah daftar pemenang Lomba Video Profil Sekolah/Madrasah LP Ma
  • Selamat Hari Guru Nasional (HGN) Kementerian Agama 2020
  • Selamat Hari Guru Nasional 2020
  • Selamat dan Sukses
Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2020

#kompetisisainsmadrasah2020 #kompetisisainsmadrasah #lpmjateng #lpmaarifnu #maarifnujateng #maarifnu

Alamat Redaksi

Jalan dr. Cipto No. 180 Karangtempel, Kota Semarang, Jawa Tengah 50124

Email:
asnapustaka@gmail.com
HP: 0821-3761-3404

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

No Result
View All Result
  • Berita
  • Artikel
    • Opini
    • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Pustaka
  • Hikmah
  • Tokoh
  • Fikih
  • Informasi
    • Lomba
    • Pengumuman
    • Info Beasiswa
  • Download
    • Majalah MOPDIK 2020
    • Banner Selamat Tahun Ajaran Baru
  • Cara Kirim Tulisan!

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Go to mobile version