• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan
LP Maarif NU Jateng
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • Silabus
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
  • Beranda
  • BeritaTerkini
  • Artikel
  • Sastra
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Jurnal
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Madrasah dan Sekolah Unggulan
  • Silabus
  • Kirim Tulisan!
No Result
View All Result
LP Maarif NU Jateng
ADVERTISEMENT
Home Artikel

Pancasila dan Khilafah, Mana Lebih Sunnah?

04/09/2019
in Artikel, Opini
Reading Time: 4 mins read
0 0
1
Pancasila dan Khilafah, Mana Lebih Sunnah?

Ilustrasi merdeka.com

0
SHARES
22
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke Whatsapp

Oleh Abdul Halim

Saat membuka beranda di FB banyak status yang menulis, “mana Ansor Banser yang sok-sokan Pancasialis, yang selalu mengatakan NKRI Harga Mati” . Kira-kira begitulah celotehan warganet menanggapi persoalan Papua yang sedang bergejolak yang ditujukan kepada Ansor-Banser secara khusus serta warga NU pada umumnya.

Pernyataan pernyataan seperti ini jika dianalisis memang sengaja dihembuskan untuk memprovokatori dan menggiring opini untuk menmbenci atau ‘menyinyiri’ Ansor-Banser yang sebenarnya sudah kadung banyak dicintai masyarakat yang waras dan cinta terhadap keutuhan NKRI.

Sebagai warga negara Indonesia yang telah menikmati kemerdekaan selama 74 tahun sudah seharusnya bangga terhadap bangsanya sendiri dan ideologinya sendiri – Pancasila dan NKRI – bukan malah nyinyir kepada anak bangsanya yang bangga dengan bangsanya sendiri.  Kalau bukan bangsanya sendiri yang bangga terhadap ideologi dan negaranya lantas siapa lagi? Kok malah dengan lantang mereka menyuarakan khilafah.

Bacajuga:

Body Shaming yang Bikin Salting

Body Shaming yang Bikin Salting

30/06/2022
3
Tradisi Menulis Para Ulama

Keragaman Tema dalam Guratan Dani Cipta A.

30/06/2022
1
Sastra dan Religuisitas

Sastra dan Religuisitas

30/06/2022
4
Pendeta, Santri dan Pesantren

Pembentukan Karakter Anak Lewat Praktik Ibadah

26/06/2022
6

Coba kita bandingkan  lebih sunnah mana antara sistem khilafah yang dipahami oleh pengusungnya di Indonesia  dengan Pancasila yang kita jadikan sebagai landasan dalam berbangsa dan bernegara.

Khilafah dalam Sejarah

Semasa hidupnya, Nabi tidak pernah menitipkan pesan dan menunjuk siapa kelak yang akan menjadi pengganti dan penerus atas kepemimpinannya sehingga setelah Rasulullah Wafat sedikit terjadi kegaduhan politik mengenai penggatinya. Kaum Ansor ngeyel dengan dengan kandidatnya yang berasal dari golonganya. Kaum muhajirin juga sama bersikukuh untuk mengusung golonganya hingga akhirnya terjadilah kesepakatan memilih Abubakar RA sebagai khalifaturrasul, tentunya dengan argumentasi dan perdebatan yang alot.

Setelah Abu Bakar menjadi Khalifah, di akhir kekhalifahanya Abu Bakar memikirkan penggantinya dengan berdiskusi dan meminta pertimbangan kepada para sahabat. Sehingga, jatuhlah pilihan kepada sayyidina Umar bin Khattab. Setelah kurang lebih 10 tahun Umar bin Khattab menjabat sebagai Khalifah, di akhir usianya ketika Umar sakit keras karena ditusuk oleh seorang budak bernama Abu Lu’lua yang kemudian sebelum wafat Umar telah membentuk sistem dewan formatur atau yang diebut Ahlul Halli Waal Aqdi. Anggotanya Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Tolhah bi Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin’Auf, dan saat bin Abi Waqqas untuk dipilih menjadi penggantinya dan kahirnya terpilihlah sayyidina Usman bin Affan di usia 70 tahun.

Setelah Usman menjadi khalifah, diakhir kekhalifahannya, na’as Ustman pun dibunuh oleh sekelompok pendemo masyarakatnya sendiri yang datang dari Mesir sehingga akhirnya khalifah digantikan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib secara aklamasi. Demikian pula dengan Syyidina Ali pun meninnggal dibunuh oleh umat Islam sendiri yang berasal dari kaum Khawarij yang tak puas dengan konsensus ‘tahkim’ di Daumatul Jandal. Kemudian estafet kekhalifahan beralih kepada kelurga bani Umayah berjantuk pada keluarga Bani Abbas dan seterusnya.

Melihat konsep sistem kekhilafahan dari masa Khulafaurrasyidin, Bani Usmaniyah, Abbasiyah dan bahkan Turki Usmaniyah yang paling demokratis adalah pada saat kekhalifahan Khulafaurrasyidin karena masih melibatkan masyarakat secara umum dalam memilih pemimpin meskipun dengan cara tidak langsung/ perwakilan “inderect democration” melalui orang-orang yang dipandang mumpuni dan berkapasitas.

Berbeda dengan periode kekhalifahan berikutnya yakni yang lebih cenderung bersifat monarchieridetis atau kekhilafahan yang diwariskan secara turun temurun baik pada masa kekhalifahan Bani Umayah, bani Abbasiyah, Turki Usmani dan seterusnya tampuk kekuasaan diturunkan secara turun temurun kepada Putra-putra mahkotanya. Dari sistem monarchieridetis pada pemilihan khilafah dinasti para bani-bani itu tentunya terkadang Khalifah yang dipilih tidak sesuai dengan kehendak rakyat bahkan tidak sedikit dari mereka yang menidas rakyat.

Piagam Madinah dan Pancasila

Saat hijrah, setelah Rasulullah tiba di Madinah, Rasulullah memahami betul kondisi masyarakat Madinah yang terdiri dari berbagai macam perbedaan, baik suku, ras, budaya maupun Agama atau kepercayaan. Di madinah terdapat kaum Yahudi yang telah hidup di Madinah selama ribuan tahun, demikian pula dengan kaum Nasrani serta kaum pribumi Aus dan Khazraj penyembah berhala yang mereka sama-sama hidup dalam sebuah daerah yang dulu disebut Yastrib, yakni Madinah.  

Kondisi ini sangat berbeda dengan apa yang ada di Makkah yang cenderung tidak banyak perbedaan sehingga secara psikologis lebih sulit menanamkan agama baru yakni Islam karena cenderung protectiveterhadap ajaran nenek moyangnya.

Melihat kondisi Madinah yang demikian, Rasulullah tidak serta merta memaksakan ajaranya kepada masyarakat Madinah akan tetapi bagaimana menciptakan kehidupan bersama yang harmonis maka kemudian Rasullah membuat Piagam Madinah yang isinya tentang aturan-aturan dalam kehidupan bermasyarakat agar tercipta kehidupan yang sejahtera meskipun dengan perbedaan suku dan Agama/ kepercayaan. Apa yang dilakukan Rasulullah adalah langkah cerdas sebagai sosok bangsawan yang memiliki level tinggi (High Class) demi kehidupan bersama dalam berbagai perbedaan.

Apa yang dilakukan Rasulullah nampaknya diikuti oleh pendiri bangsa Indonesia. Indonesia adalah bangsa yang memiliki berabagai keragaman suku, ras, budaya dan agama sehingga perlu adanya konsensus bersama dalam menyatukan semua komponen bangsa. Untuk itu maka para pendiri bangsa merumuskan kesepakatan-kesepakatan untuk dijadikan landasan dalam berbangsa dan bernegara yang kemudian kita kenal dengan Pancasila.

Pancasila yang dirumuskan adalah sebuah landasan berbangsa dan bernegara di atas semua golongan dan Agama yang bisa diterima oleh semua masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke sebagaimana Piagam Madinah yang dirumuskan oleh Rasulullah yang bisa diterima dan berlaku untuk semua kelompok. Melihat illat-illat atau kesamaan kondisi yang demikian tentu Pancasila lebih Sunnah daripada Khilafah.  Apalagi Khilafah yang diusung oleh HTI cenderung pada sistem khilafah pasca Khulafaurrasyidin yang bersifat monarchieridetis. Masihkah kita percaya dengan dagangan khilafah mereka?

–Penulis adalah Pengurus LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah.

Tags: Abdul HalimApakah Pancasila Lebih Sunnah Dari Khilafah?LP Ma'arif NU jateng
ShareSendTweet
Previous Post

Narsisme Guru Selfie (1)

Next Post

Pesantren Salaf, NU dan Filsafat

Related Posts

Body Shaming yang Bikin Salting
Artikel

Body Shaming yang Bikin Salting

30/06/2022
3
Tradisi Menulis Para Ulama
Artikel

Keragaman Tema dalam Guratan Dani Cipta A.

30/06/2022
1
Sastra dan Religuisitas
Artikel

Sastra dan Religuisitas

30/06/2022
4
Next Post
Pesantren Salaf, NU dan Filsafat

Pesantren Salaf, NU dan Filsafat

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKUTI KAMI

  • 1.5k Followers
  • 1.7k Subscribers
Plugin Install : Widget Tab Post needs JNews - View Counter to be installed
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

Hasil Survei: Hanya 11 Persen Masyarakat Jateng Setuju PJJ Dipermanenkan

26/07/2020
Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

Panduan Memahami Akidah Aswaja dan Tauhid Wahabi

20/03/2020
Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

Pendapat Bapak Kedokteran Dunia yang Belum Dipahami

28/10/2019
Urgensi Statistika dalam Pendidikan

Urgensi Statistika dalam Pendidikan

24/07/2020
Urgensi Berpuasa dari Media Sosial

Membebaskan Pikiran dari Terorisme Digital

40
Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

Muslim Wajib Peduli Alam dan Lingkungan

33
Penyakit Kronis Penulis Pemula

Membangkitkan Media Sosial PTKIS

31
Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

Kebijakan Berbasis Maqasid Syariah Era Pandemi

29
Puisi-Puisi Yanuar Abdillah Setiadi

Golongan yang Memperoleh Syafaat di Hari Akhir

30/06/2022
Body Shaming yang Bikin Salting

Body Shaming yang Bikin Salting

30/06/2022
LP Ma’arif NU Banyumas Gelar Bimbingan Teknis Kurikulum Merdeka

LP Ma’arif NU Banyumas Gelar Bimbingan Teknis Kurikulum Merdeka

29/06/2022
Tradisi Menulis Para Ulama

Keragaman Tema dalam Guratan Dani Cipta A.

30/06/2022

Tulisan Terbaru

Puisi-Puisi Yanuar Abdillah Setiadi

Golongan yang Memperoleh Syafaat di Hari Akhir

30/06/2022
1
Body Shaming yang Bikin Salting

Body Shaming yang Bikin Salting

30/06/2022
3
LP Ma’arif NU Banyumas Gelar Bimbingan Teknis Kurikulum Merdeka

LP Ma’arif NU Banyumas Gelar Bimbingan Teknis Kurikulum Merdeka

29/06/2022
5
Tradisi Menulis Para Ulama

Keragaman Tema dalam Guratan Dani Cipta A.

30/06/2022
1
LP Maarif NU Jateng

Maarifnujateng.or.id merupakan media siber resmi milik Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah. Platform ini merupakan media penerbitan multisegmen yang memfasilitasi dan memotivasi pendidik, peserta didik LP Ma’arif NU serta masyarakat umum untuk memahami, menjiwai dan mencintai Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah serta mengembangkan kemampuan literasi.

Instagram

  • Pengumuman daftar pemenang 10 terbaik Lomba Best Practice Madrasah/Sekolah Unggulan LP Ma
  • #harlahansor #harlahansor88
  • #harlahfatayatnu #harlahfatayatnu72
  • #maarifnujateng #maarifnu #maarif #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng
  • Marhaban ya Ramadhan..
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #pergunupusat #harlahpergunu #harlahpergunu70
  • Selamat 70th Harlah PERGUNU, Guru Mulia Membangun Peradaban Bangsa.

#pergunu #pergunujateng #harlahpergunu70 #harlahpergunu
  • #pwnujateng #pwnu #pwnujawatengah #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu
  • #pwnujateng #pwnujawatengah #pwnu #nujateng #lpmaarif #lpmaarifnu #lpmaarifnujateng #maarifnujateng #maarifnu

Alamat Redaksi

Jalan dr. Cipto No. 180 Karangtempel, Kota Semarang, Jawa Tengah 50124

Email:
asnapustaka@gmail.com
HP: 0821-3761-3404

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Cara Kirim Tulisan

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

No Result
View All Result
  • Berita
  • Artikel
    • Opini
    • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Pustaka
  • Keislaman
    • Hikmah
    • Fikih
    • Tokoh
  • Program
    • LSP P2
    • Ma’arif Career
  • Lomba
    • Lomba Sekolah dan Madrasah Unggulan
  • Silabus
  • Kirim Tulisan!

© 2020 Maarifnujateng.or.id - Hak cipta terpelihara Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Go to mobile version