Judul: Ihwal Sesat Pikir dan Cacat Logika
Penulis: Fahrudin Faiz
Penerbit: MJS Press
Tahun terbit: September 2020
Jumlah halaman: 224
“Barang siapa yang ingin belajar berpikir runtut, jernih, dan dapat dipahami, logika adalah kunci”. Sepenggal kalimat yang menjadi tamparan keras bagi para pembaca yang bercita-cita ingin menekuni bidang filsafat, ataupun yang sedang ogah mempelajari filsafat. Sebab dalam kondisi apapun, mau tidak mau perihal logika, harus kita pelajari secara serius untuk meluruskan cara pikir yang selama ini menjadi acuan.
Hingga akhirnya muncul berbagai spekulasi bahwa filsafat adalah ilmu yang sangat menyeramkan, penuh dengan ruang hitam. Padahal kita hanya perlu belajar logika untuk menjadi jembatan dari segala bidang kelimuan yang akan membuat kita berpikir secara jernih.
Siapa bilang bahwa buku filsafat akan mengantarkan kejenuhan kepada pembaca. Apalagi ada sebagian orang yang berkata bahwa membaca buku filsafat butuh waktu berhari-hari untuk menghatamkan, bahkan butuh waktu lama untuk memahaminya serta harus dibaca berulang-ulang. Sebagian besar akan merasakan demikian, akan tetapi hal tersebut tidak akan terjadi pada pembaca buku tulisan karya Fahrudin Faiz.
- Iklan -
Membaca buku ini akan dibawa pada pemahaman keseharian yang selama ini dijalani, tanpa disangka ternyata banyak sebagian dari kita menemukan kesalahan-kesalahan pikir yang pada akhirnya berpengaruh terhadap keseharian yang kita jalani. Secara esensial, buku ini bisa menjadi teman bagi para pemula yang akan belajar filsafat, serta menjadi pintu bagi pembaca yang ingin sekali belaja filsafat.
Bagi para pecinta filsafat, buku ini bisa menjadi dictum belajar yang begitu relevan, sebab akan menambah komposisi pengetahuan dalm berpikir serta menjadi panduan penting yang akan menunjang terhadap pola pikir kritis yang sedang dipelajari.
Apa yang bisa dipelajari dari buku ini? Secara umum, pembahasan dalam buku dibagi menjadi 2 garis besar, yaitu:
Bias-Bias dalam Berpikir
Kenyataannya, tanpa kita sadari banyak hal yang terjadi disekitar kita menjadi sebuah bias dalam berpikir. Bias berpikir sebernarnya sering kita temui dari berbagai macam hal, diantaranya: pernah seringkali kita dengar banyak anggapan yang berkata “yang penting sudah berusaha, yang penting sudah kerja”. Tanpa kita sadari anggapan ini sebenarnya bias, kenapa bias? Sebab kebanyakan dari kita, kalimat ini diucapkan tidak disertai dengan usaha maksimal atas apa yang dilakukannya. Bias semacam ini disebut “bias action”.
Masih banyak bias berpikir yang lain yang terjadi di lingkungan sekitar, mulai dari association bias, availability bias, information bias, self selection bias, self serving bias, social proof, survivorship bias. Banyak sekali contoh yang dipaparkan oleh penulis perihal bias dalam berpikir. Contoh yang paling sering kita jumpai perihal model iklan yang terpampag di berbagai media sosial. Sering kita jumpai tentang iklan produk kecantikan yang menampilkan perempuan cantik.
Padahal yang terjadi, bukan produk kecantikanlah yang membuat mereka cantik. Akan tetapi, karena mereka cantik, maka mereka jadi model iklan kecantikan. Itu terkadang banyak disalahpahami oleh banyak perempuan ketika melihat produk kecantikan yang berlalu lalang di media sosial.
Secara sederhana, penulis memknai berbagai macam bias ini sangat penting untuk diketahui oleh pembaca karena memang benar adany a ada di sekitar kita. Salah satu contoh konkretnya begini: kadang kita memperoleh keberuntungan ketika memakai baju pink, sebab ada yang istimewa dari wanran tersebut. Pada dasarnya, klaim semacam itu tanpa terbukti kebenarannya dan tidak bisa dicari dalil kebenarannya.
Kesalahan Berpikir
Kesalahan berpikir sering terjadi pada kita saat kita memaknai sesuatu. maka tidak heran ketika selanjutnya, ilmu logika memang sangat penting untuk dipelajari dan menjadi dasar untuk berpikir sistematIs dan benar. Secara sederhana, kesalahan berpikir ini terkadang tanpa kita sadari kita lakukan. Ada beberapa yang terjadi karena sengaja. Faktor yang melatar belakangipun begitu beragam.
Kesalahan berpikir ini ada banyak macamnya. Mulai dari kesalahan yang disebabkan oleh dilema, kesalahan karena salah fokus, kesalahan karena berbelok ke orangnya, kesalahan karena induksi, generalisasi, kurang bukti, ambiguitas, komposisi dan divisi, non-sequitur (tidak nyambung), dll.
“karena kamu tidak suka, berarti kamu cinta. Karena kamu tidak membunuhnya, maka kamu adalah pendukungnya, kamu harus percaya sama aku, kalau tidak, hidupmu pasti berantakan.” Bisa kita bayangkan bahwa contoh semacam ini benar-benar kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan mungkin kita jadi pelaku dari orang yang berbuat demikian. Apalagi ketika kita tidak menyadari apa yang kita ucapkan ternyata menjadi salah satu bentuk kesalahan berpikir.
Contoh diatas merupakan bagia dari contoh kesalahan berpikir dengan berbagai latar belakang yang ada. Bagaimana cara menanggapi kesalahan berpikir semacam itu? Jika dilihat dari berbagai hal yang melatar belakangi terjadinya kesalahan yag berpikir demikian, maka satu-satunya cara memang kita harus mengetahui bagaimana kesalahan berpikir itu terjad sehingga dimungkinkan bagi kita untuk menghindari terjadinya kesalahan tersebut.
Melalui dua garis besar yang disampaikan oleh penulis. Nampaknya pembaca akan melihat bagaimana cara penuis berusaha untuk memberikan pemahaman kepada pembaca agar tidak sesat dalam berpikir, serta bisa menjadi insan yang bisa merdeka dalam berpikir dengan berbagai pengetahuan yang harus dimiliki, khususnya pengetahuan tentang logika.
*Muallifah, asal Sampang. Sedang menyelsaikan studi di UGM. Bisa dihubungi melalui twitter @IMuallifa