Oleh Drs. KH. Mohamad Muzamil
Ada yang meriwayatkan bahwa Mbah Kyai Dalhar, Mbah Kyai Chudlori, Mbah Kyai Siraj Payaman, trio Magelang ketika itu, sedang berada di dalam suatu majelis dzikir, salah seorang Kyai tersebut mengatakan, “kita termasuk orang yang bodoh, maka kita memerlukan thoriqoh”, yang kemudian diiyakan oleh dua orang Mbah Kyai lainnya.
Jika tiga ulama agung tersebut mengaku bodoh, bagaimana lantas dengan diri kita, yang tidak ada “sekuku hitamnya”. Maa syaa Alloh!
Ketiga Mbah Kyai tersebut dikenal masyarakat sekitar sebagai waliyullah, termasuk kekasih Alloh Ta’ala.
- Iklan -
Demikian pula Mbah Kyai Abdul Hamid Kajoran Magelang, juga disebut masyarakat sekitar sebagai waliyullah, kekasih Alloh Ta’ala, yang senantiasa berkhidmat kepada para Masyayikh seperti Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari, Mbah KH Abdul Wahab Hasbullah, tidak mengakui dirinya termasuk al-alim al-alamah, namun mengakui jika dirinya termasuk “wong ashor, wong ino, wong bodho, lan wong apes”. Hal ini juga menunjukkan bahwa almarhum almaghfurlah adalah termasuk orang yang abid atau selalu menghambakan diri kepada Alloh semata, bersikap zuhud, wira’i, dan al alim al-alamah, mengetahui dan mengamalkan ilmunya.
Ada juga kisah bahwa suatu waktu KH Abdurrahman Wahid sedang bersama KH Hamim Jazuli. Gus Dur sedang menyampaikan kritik pada seorang aparatur pemerintah bahwa kebijakanya kurang bijak. Gus Mik pun menimpali dengan “Alhamdulillah” hingga tiga kali, kemudian Gus Dur bertanya, mengapa Panjenengan mengatakan “Alhamdulillah” hingga tiga kali, Gus Mik pun menjawab, “yang salah adalah kita”, Gus Dur pun membenarkan Gus Mik.
Betapa Kyai-Kyai NU lebih banyak melakukan muhasabah diri ketimbang menyalahkan orang lain, barangkali dengan sikap demikian do’a mereka dikabulkan oleh Alloh Ta’ala.
Dijelaskan oleh para ulama bahwa thoriqoh adalah jalan mendekatkan diri kepada Alloh Ta’ala dengan menjalankan syari’ah dan akhlaq yang mulia. Thoriqoh ini diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah Muhammad Saw, keluarganya dan para Sahabatnya, yang kemudian diikuti oleh para ulama dan para santri, dengan jalinan sanad yang kuat dan bersambung terus menerus hingga hari akhir.
Tentu sangat beruntung bagi orang-orang yang mengikuti kebaikan-kebaikannya hingga akhir hayatnya. Mereka tidak punya maksud lain di dunia ini kecuali ingin menuju dan mencari ridho Alloh Ta’ala.
Dalam thoriqoh tidak hanya mengamalkan wirid dan dzikir, melainkan juga mencari ilmu yang bermanfaat, memberikan kasih sayang kepada masyarakat, baik di dunia maupun di akhirat. “Mereka adalah orang-orang yang selalu beriman, bertaqwa dan menyebarluaskan kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat”.
Tidak mudah memang mengikuti jalan hidup mereka kecuali dengan perlindungan dan pertolongan Alloh Ta’ala, serta syafa’at Nabi Muhammad Saw.
Dengan menata niat yang baik dan ikhlas karena Alloh semata, insya Alloh pada saatnya akan dapat mengikuti mereka. Menata niat yang baik juga bukan perkara mudah.
KH Muhammad Munif Zuhri dari Girikusumo Mranggen Demak pernah menyampaikan, “kalau momong bayi itu mudah, dengan digendong dan dikasih air susu ibu, maka bayi akan tidur pulas. Yang sulit adalah “momong hati”.
Rais Aam Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Al-Mu’tabaroh Al-nahdhiyah (Jatman) KH Habib Luthfi bin Hasyim bin Yahya menyampaikan, pentingnya bersilaturahmi dengan para ulama dan Habaib terdekat di sekitar kita jika sekiranya kita belum bisa mendekatkan diri kepada Alloh SWT.
Di lingkungan NU ada banyak Thoriqoh Al-Mu’tabaroh yang dapat diikuti untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT. Banyak juga majelis ilmu, majelis dzikir dan sholawat, yang memiliki sanad yang bersambung hingga Rasulullah Saw. Dengan sukarela bergabung dengan majelis-majelis tersebut, insya Alloh dapat terkabul hajat dan do’a kita, amin ya Robbal alamin.
Wallohu a’lam.