Oleh Ahmad Hamid
Sempat viral di media sosial, seorang anak yang punya niat ingin memenjarakan ibu kandungnya sendiri. Ibu yang selama kurang lebih sembilan bulan mengandung, melahirkan, bertaruh nyawa demi lahirnya seorang anak, kemudian menyusui tanpa menginginkan balasan sepeserpun. Kalaupun seorang anak ingin membalas jasa seorang ibu, gunung emas sekalipun tidak akan mampu untuk ditukar, dengan perjuangan seorang wanita yang kita sebut dengan nama ibu.
Beredar di Youtube dan Facebook. Ada seorang pria mendatangi Polres Lombok Tengah, yang ditemani oleh wanita yang usianya sudah mulai senja. Beliau bukan lain adalah ibu kandungnya si pria. Dalam video yang beredar sang pria diterima langsung oleh Kasat Reskrim Polres Lombok Tengah AKP Priyo Suhartono.
Polisi Muslim, Bukan Muslim Tapi Polisi
- Iklan -
Aneh bin ajaib, hanya karena warisan dari mendiang suami atau ayah pria tersebut. Pria tadi rela ingin memenjarakan ibu kandungnya. Sebagai seorang polisi muslim, bukan muslim tapi polisi. Bergetar hatinya. Saya merasa Pak Priyo cocoknya jadi dai bukan sekedar polisi. Justru di Polres, pria tersebut diceramahi. Dan uniknya sedikit demi sedikit pria tersebut luluh dengan perkataan dari Pak Priyo.
Alahkan indahnya jika setiap lembaga penegak keadilan semua seperti pak Priyo. Bikin adem negara kita, yang akhir-akhir ini sudah panas karena banyak hal.
Bekali-kali, AKP Priyo Suhartono mengutip hadits, yang intinya tentang doa dan dosa jika sampai durhaka kepada ibu. Dan setiap ucapannya dikaitkan dengan anak dan istrinya dari pria tersebut, yang sekarang berada di rumah. “Bos, kamu ini adalah imam, untuk anak dan istrimu, kalau kelakuanmu seperti ini bagaimana tanggung jawabmu, terhadap anak dan istrimu. Apa tidak malu? Kamu ini imam, kalau hanya masalah sepada motor dengan harga 15 juta tadi, kamu mau memenjarakan ibu kandungmu. Maka harga dirimu tidak lebih dari sepeda motor tersebut. Ingat Bos, karma masih berlaku. kalau kamu seperti ini, nanti kamu juga akan diperlakukan seperti itu oleh anak-anakmu. Karena karma masih berlaku”.
Implementasi Kisah-Kisah Zaman Nabi
Itulah implementasi dalam kehidupan sehari-hari, tidak pandang bulu, apapun pekerjaanya dakwah amar ma’ruf nahi mungkar tetap yang utama. Kisah polisi dengan pria tadi adalah hikmah dari kisah-kisah sahabat nabi tentang anak yang durhaka kepada orang tua, sebut saja Al Qomah .
Al Qomah adalah seorang pemuda yang hidup di zaman Rasullulah, Al Qomah untuk hal ibadah, puasa, sedekah, kejujuran ketika berdagang, serta tidak pernah absen di masjid Rasullulah, tidak diragukan lagi. Kasih sayang terhadap ibunya juga patut diacungi jempol. Hingga suatu hari setelah menikah dia mementingkan istrinya dibanding dengan ibunya. Lalu ibunyapun cemburu atau sakit hati. Hal demikian itu, Al Qomah langsung mendapat teguran dari Allah Swt, berupa sakaratul maut yang teramat sulit.
Al Qomah adalah orang pilihan, ibadahnya tidak diragukan lagi tetapi karena kesalahan kecil yang menyebabkan sakit hati orang tua terutama ibu, maka Allahpun murka dan Al Qomah juga langsung dihukum di dunia. Kisah tentang mustajabnya doa ibu juga banyak diantaranya adalah Uwais al Qorni. Yang merelakan segalanya demi ibunya. Karena hal itulah doa Uwais al Qorni tidak akan tertolak.
Satu lagi kisah dalam kehidupan nyata, kisah tersebut datang dari Rektor Universitas dr.Soetomo, Surabaya. Beliau bernama Dr. Bacrul Aminq, S.H., M.H. dalam sambutan ketika mewisuda mahasiswanya beliau bercerta bahwa kesuksesan yang selama ini ia dapat tidak lepas dari doa orang tua terutama ibu.
Pak Rektor bercerita pada tahun 1999, ketika beliau di Wisuda dan di situ disaksiakn oleh ibu kandungnya. Setelah selesai acaranya pak Bahrul menemui ibunya. Ibunya berkata sambil berlinang air mata” ketika nama kamu dipanggil, ibu berdoa semoga di kelak kemudian hari, gantian kamu yang akan mewisuda mahasiswa”. Dan setelah perjalanan panjang dari tahun 1999 sampai dengan 2013. Doa tersebut baru tercapai. Pak Bacrul dilantink menjadi Rektor di Universitas dr. Soetomo. Meskipun Ibundanya telah wafat, saya yakin Ibundanya pasti bangga.
Teori Tak Sejalan dengan Kenyataan
Meskipun sudah banyak kisah-kisah manis dan pahit dengan sosok ibu. Tapi kenyataan yang benar-benar terjadi saat ini, masih jauh dari harapan. Ada kata-kata “ Kalau orang tua kaya, anak jadi raja, tetapi ketika anak kaya, orang tua menjadi babunya” sangatlah dosa, tetapi begitulah adanya. Tanpa ada rasa bersalah semua berjalan terus seperti itu. Anak menganggap bahwa kesuksesan yang didapat hasil dari jerih payah sendiri tanpa ikut campur orang tua.
Satu ibu jelas bisa mengasuh dan membesarkan empat, lima bahkan sepuluh anak dengan sekuat tenaga, sehingga seorang anak tumbuh menjadi orang. Tetapi empat, lima, anak tadi, belum tentu bisa mengasuh satu ibu di waktu senja dan sakit-sakitan. Ibu harus keluar, masuk rumah sakit. Bukan masalah biayanya tetapi masalah perhatian dan kasih sayang anak. “Kamu saja yang jaga ibu di rumah sakit, saya sedang sibuk, banyak pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggal”. Kata-kata itu, begitu terus yang muncul, sampai akhirnya sang ibu wafat belum sempat jaga, yang jaga justru bukan siapa-siapanya, hanya seorang pembantu misal. Padahal kadang yang dirindukan ketika disaat-saat terakhir dari seorang ibu adalah anak-anak dan cucu kumpul berdoa dan membaca Al Qur’an, sehingga pergi dengan keadaan tenang.
Pada saat itulah baru keluar kata menyesal dari anak, dan itupun tidak lama, sebentar saja sudah lupa. Bahkan lupa segalanya. Lupa wajah ibu, lupa sehabis salat mendoakan orang tua, lupa kalau malam Jum’at ahli kubur pulang ke rumah. Yang dipikir hanya satu, dunia, dunia dan dunia. Dia benar lupa siapa yang menjadikan dia ada di dunia.
Semoga kita tidak termasuk yang demikian!
Punya warisan sedikit ada niat dipenjarakan, disisa hidup disia-siakan, ketika sudah wafat mudah dilupakan, seringan itukah hubungan seorang anak dengan ibu? Padahal ibu yang bertaruh nyawa ketika melahirkan!
Dus, Mudah-mudahan uraian yang singkat, minimal sanggup memperbaiki hubungan kita dengan orang tua, terutama ibu. Karena kunci sukses dan celaka hanya ada dua .
Pertama jika orang tuamu masih hidup, jangan sekali-kali engkau menyakiti. Dan yang kedua jika orang tuamu sudah wafat maka doakan, setiap selesai salat, jangan lupa kirim surat Al Fatikhah untuk keduanya.
Dan kunci celaka, pertama menyakiti hati ibu atau orang tua tanpa ada niat untuk minta maaf. Dan kedua lupa, dengan orang tua yang sudah mendahului kita.
Ibaratnya kita boleh kehilangan apa saja, tapi jagan sampai kehilangan rasa hormat kepada kedua orang tua. Karena seuatu yang hilang masih bisa diganti. Tetapi tidak dengan seorang ibu. Di dunia ini hanya ada satu. Jangan sampai menyesal di kelak kemudian hari. Mulailah adari sekarang, tidak ada istilah terlambat jika ada niat.
Insyaallah hidup kita akan dipermudah, dan akan tambah berkah. Initnya, syukur bisa membahagiakan kedua orang tua, contoh dengan materi mugkin, tetapi jika belum bisa, minimal jangan sampai menyakiti, apalagi hanya karena warisan tega menjebloskan ke penjara, na’udzubillah..!
–Penulis adalah Guru SD Al Madina Wonosobo, Relawan Literasi Ma’arif.