Oleh Zaini Af’ali
Sudah lima bulan lamanya kehidupan rakyat Indonesia mengalami kendala di berbagai sektor akibat penyebaran SARS-CoV-2 atau yang lebih dikenal dengan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Virus jenis baru turunan dari SARS ini tak ubahnya seperti malaikat maut, sama-sama tak kasat mata namun dengan masif mampu mengakibatkan ribuan nyawa rakyat Indonesia meninggal dunia. Dampak yang diakibatkan oleh Covid-19 dapat merontokkan sendi-sendi ekonomi sekaliber negara adidaya Amerika Serikat (AS) dan negara maju lainnya di Eropa. Ada pula beberapa perusahaan multinasional yang menyesuaikan kembali personalia organisasi agar tidak ikut terseret dalam gelombang resesi ekonomi yang berkepanjangan.
Apa yang dirasakan masyarakat internasional sejatinya juga dialami oleh segenap rakyat Indonesia. Ketika Covid-19 mulai menggejala di tanah air pada bulan Maret, perlahan-lahan dampaknya kita rasakan hingga detik ini. Partikel Covid-19 yang ukurannya sangat kecil mampu menumbangkan banyak lapangan pekerjaan. Para pekerja dan penyedia jasa di bidang seni, wisata, event organizer (EO), catering, hingga pedagang asongan terpaksa berpikir lebih dalam supaya ada pemasukan selama masa pandemi. Bahkan angka pekerja dari perusahaan-perusahaan lokal hingga nasional yang dirumahkan sementara atau di PHK (pemutusan hubungan kerja) mencapai lebih dari dua juta jiwa (CNN Indonesia: 2020).
Sama halnya dengan dunia pendidikan Indonesia yang tak bisa menghindar dari wabah Covid-19. Sejak awal Maret yang lalu sekolah, madrasah, pesantren, kampus di penjuru tanah air mau tidak mau harus menghentikan aktivitas dan kegiatan belajar mengajar di instansi masing-masing.
- Iklan -
Peserta didik dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi menerima kenyataan bahwa situasi dan kondisi membuat mereka harus belajar jarak jauh dari tempat tinggal mereka. Pembelajaran jarak jauh menjadi langkah terbaik yang diambil seluruh lembaga pendidikan guna mendukung program pemerintah untuk meminimalisir penyebaran virus dan menurunkan kurva pasien terinfeksi Covid-19.
Pembelajaran jarak jauh dengan media daring (dalam jaringan) adalah pilihan yang paling diminati oleh peserta didik khususnya di tingkat sekolah menengah dan universitas. Hari ini anak didik tinggal duduk di depan media elektronik yang mereka miliki seperti laptop, netbook, personal computer (PC), atau smartphone, dan materi pembelajaran akan disampaikan oleh guru pengampunya melalui aplikasi seperti Google meeting, Zoom, grup Whatsapp, dan lain sebagainya. Selain itu, didukung pula dengan jaringan internet yang stabil, maka kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan tanpa harus tatap muka di dalam ruang kelas.
Namun perlu disadari bahwa perubahan pola hidup akibat Covid-19 ini tidak bisa dipaksa dengan waktu yang cepat. Penulis menyadari bahwa peserta didik di jenjang pendidikan TK dan SD/MI adalah segmen yang harus diberi penekanan intens terkait tata kehidupan baru atau lebih dikenal New Normal Life. Menurut hasil penelitian yang dipublikasi Kompas.com menyatakan jika merubah kebiasaan lama memerlukan waktu hingga dua bulan lamanya. Membentuk pola hidup baru yang lebih bersih dan sehat tidak seperti membalik telapak tangan. Membiasakan untuk melindungi diri dan orang lain dari paparan virus mesti dibiasakan dan dirutinkan setiap hari. Apabila pola hidup bersih dan sehat selalu diulang-ulang, maka otak kita akan menyimpannya sebagai memori kebiasaan (habitual action).
Gaya hidup yang bersih dan sehat wajib diimplementasikan oleh segenap insan pendidikan di bawah naungan Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU). Gaya hidup tersebut adalah pengejawantahan dari semangat New Normal Life agar nafas pendidikan terus lestari di masa pandemi. Sekolah Ma’arif NU setidaknya harus bisa menjadi pionir bagi masyarakat Indonesia pada umunya dan umat Islam pada khususnya akan pentingnya pencegahan mafsadat (kerusakan). Sekolah Ma’arif NU dapat mengerahkan sumber daya manusianya di masing-masing instansi pendidikan untuk bergerak bersama memutus mata rantai Covid-19.
Tak lama lagi kalendar pendidikan akan memasuki tahun ajaran baru 2020/2021. Lembaga pendidikan NU seperti pesantren dan sekolah atau madrasah perlu kiranya diproyeksikan sebagai tempat teraman bagi anak didiknya. Ketika para santri dan murid kembali masuk ke lingkungan pesantren atau sekolah, maka sejak itu pula mereka merasa aman dan nyaman dari kemungkinan paparan Covid-19.
Di dalam pesantren atau sekolah juga dipersiapkan segala macam piranti guna mendukung New Normal Life seperti tempat cuci tangan yang memadai, sabun cair, masker kain, hingga pelindung wajah (face shield). Kemudian anjuran physical distancing diterapkan secara sungguh-sungguh dengan mengurangi jumlah peserta didik dalam satu kelas, memberi jarak pada bangku-bangku mereka, tidak menyentuh wajah dan berjabat tangan dengan orang lain, di mana hulunya adalah kerja sama dan kekompakan seluruh warga LP Ma’arif NU.
Semua persiapan New Normal Life dalam lingkungan pendidikan NU akan menjadi sia-sia bila tidak dibarengi dengan peningkatan kekuatan dan daya tahan tubuh manusianya. Di masa pandemi ini, Sekolah Ma’arif NU dapat mengambil kebijakan dengan memberikan makanan tambahan yang bergizi untuk meningkatkan imunitas peserta didiknya. Gaya hidup bersih dan sehat disertai olahraga yang rutin dapat melindungi anak didik kita yang sedang menuntut ilmu di LP Ma’arif NU.
Tak lupa sebagai hamba Allah yang beriman, warga LP Ma’arif NU di mana pun berada mari tetap produktif dan rajin beribadah di tengah wabah, serta memohon kepada-Nya agar masa-masa sulit ini segera berakhir.
-Penulis adalah Guru Kelas pada MI Miftahul Athfal Gondosuli