Biodata Buku:
Judul: Peradaban Makam ; Kajian Inskripsi, Kuburan dan Makam
Penulis : Hamidulloh Ibda
Penerbit : CV.Asna Pustaka
- Iklan -
Cetakan : Kedua, Februari 2020
Tebal : xvi + 140 halaman
ISBN : 978-623-91983-5-0
Selama ini banyak muncul kelompok/golongan yang sering mengkafirkan, menolak sesuatu pemahaman yang berhubungan dengan metafisik, penolakan tersebut dilakukan karena belum bisa melogikakan dan menerima alasan yang tepat, meskipun kelompok orang yang takfiri dikasih pengetahuan tetap tidak mau menerima, namun isi dalam buku ini mencoba mengajak kita untuk berlogika mengenai pembahasan fisik, metafisik yang mengkaji inskripsi, kuburan dan Makam,
Siapa orang yang tidak akan mati? Tentu kita akan mati dan kembali kepada yang maha kuasa, yaitu sebaik-baiknya Dzat untuk kembali. Makam adalah tempat terakhir yang menjembatani antara kehidupan dunia dan akhirat. Kita semua akan bertemu dengan kematian, itu sudah pasti! dan Semua yang berkaitan dengan kematian tidak luput dari metafisik.
Secara umum isi dalam buku ini terdiri dari 5 bab yang terbagi dalam fakultas Klenik dan Ilmiah, Fakultas Inskripsi dan Makam, Fakultas Kuburan, Fakultas Makam dan terakhir peradaban Makam. Buku ini dapat dikatakan seperti kumpulan artikel yang menarik baik secara judul atau isinya, bahasa yang digunakan mudah dipahami bagi para pembaca dan cara mengintegrasikan kajiannya dengan ilmu pengetahuan sangat baik, meskipun tidak luput dari kekurangan.
Kajian awal dalam buku ini yaitu tentang klenik dan ilmiah. Sangat menari sekali, dan sembari saya bertanya-tanya sebelum membaca buku ini, apakah klenik itu ilmiah? Anggapan tentang klenik (metafisik) selalu dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat negatif. Para generasi millennial, pasca millennial sampai generasi alfa sepertinya semakin meninggalkan klenik, tidak percaya akan klenik bahkan mengkafirkannya. Padahal semua generasi sekarang ini setiap hari menggunakan tekhnologi kontemporer seperti pulsa, sinyal, wifi, internet dan lain sebagainya yang semua itu tidak tampak/metafisik. Kan antara klenik dan tekhnologi kontemporer sama-sama metafisik.
Sebagai contoh, tradisi Suwuk (tradisi pengobatan atau doa-doa tertentu untuk maksud tertentu juga) sering dianggap syirik. padahal antara Tradisi suwuk dan kedokteran posisinya sama yaitu sebagai perantara kesembuhan. Artinya jika mengutuk suwuk itu syirik karena perantara kiai/dukun dan berobat ke dokter dianggap ilmiah, maka ini hal lucu. Konyol sekali. Kiai, dukun dan dokter apa bedanya? Sebab, sehebat-hebatnya mereka hanyalah perantara. Hal-28
Pada bab selanjutnya, penulis buku Peradaban Makam mencoba menggambarkan bagaimana untuk bisa memulai mengkaji Inkripsi. Inskripsi berarti sesuatu yang ditulisakan, terutama kata-kata yang diukir diatas batu atau monument. Nah sebagai salah satu tulisan yang menemel di batu nisan atau kuburan, inskripsi sering dianggap “Mitos” namun sebenarnya sangat mendalam jika dibalut dengan peranti logos, sebab inskripsi merupakan peninggalan ulama-ulama kuno yang sangat luar biasa karena melampaui zaman.
Dalam memulai mengkaji buku ini penulis juga memperhatikan hal yang dilakukan untuk mengkaji sebuah isnkripsi. Baik observasi, tahap deskriptif dan pemaknaan. Ada riset yang menemukan bahwa salah satu inskripsi tertua ada di Leran, sebuah desa tidak jauh dari Surabaya, jawa Timur, angka tahunnya 475 Hijriah atau 1082 Masehi sudah sangat lama sekali, dan yang tertulis dalam inskripsi tersebut berupa tulisan arab, sungguh menakjubkan. Didalam buku ini disertai dengan foto-foto inskripsi sebagai dokumen penguat data.
Asimilasi budaya menjadi bagian dari keberagaman terkhusus bagi agama islam, adanya inskripsi, relief yang sejak dahulu ditemukan nisan kubur Fatimah Binti Maemun Hibatullah yang wafat ada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi atau isnkripsi-inskripsi yang lain menjadi bukti bahwa dahulu sudah mengenal tulisan, dan itu patut kita kaji dan dihargai, bukan malah dikutuk-kutuk sebagai kemunduran peradaban manusia yang katanya modern di era Revolsi Industri 4.0 danSociety 5.0 tapi semakin primitif. Hal-50
Berbicara makam, tidak akan asing lagi dengan namanya juru kunci, setiap makam yang terkenal pasti ada juru kunci, bukan hanya itu saja bahkan gunung, sungai, atau tempat-tempat tertentu. Dalam pakem jawa juru kunci sebagai jabatan atau pekerjaan (khususnya Islam) yang tidak memiliki gaji atau pembayaran apapun, namun disinalah juru kunci adalah orang yang mampu untuk mengomparasikan relasi hablumminallah, hablumminannas dan hablumminalalam.
Pada bab Fakultas Kuburan di dalamnya akan menemukan sub bab yang membahas Mbah Modin: Menteri Agama dan Kuburan, sangat menarik di mana menceritakan tokoh yang selalu ada dalam kehidupan bahkan dari awal manusia muncul di dunia sampai pulang dan dimakamkan ke liang lahat, itulah Modin, pemaknaan kata modin yang selama ini dalam kisaran sebagai muadzin, mengurus masjid ternyata dalam praktik lapangan sangat berbeda, sebab pekerjaan modin sangat melimpah dan berat, selama 2 jam mengurus, melayani dan memantabkan urusan warga. Tapi itulah, teradang perhatian terhadap modin kurang diperhatikan, mereka benar-benar orang yang tulus dan ikhlas.
Setelah kita dibawa ke dunia modin, penulis buku ini memaparkan Misteri Kuburan Ganda, fenomena ini diyakini sebagai fenomena yang natural, buka rekayasa dan pasti ada campur tangan Tuhan, dari hasil riset kuburan ganda merupakan bentuk rahasia Allah lewat karamah wali tersebut. Banyak sekali yang disebutkan dalam buku ini, seperti Makam Syekh Subakir, Syeikh Jumadil Kubro, Makam Sunan Bonang, Makam Sunan Geseng, Makam Syeikh Siti jenar dan masih banyak lagi makam yang memunyai fenomena ganda, jika sambil membaca buku ini akan menemukan data gambar yang dicantumkan, namun ada beberapa kekurangan dalam bab ini, untuk penjelasan fenomena makam ganda ini terlalu singkat, penjelasan makam-makam yang ganda menarik untuk dapat dikaji lagi, seperti yang sudah disebutkan penulis buku ini dalam tulisannya.
Nah dalam bab yang terakhir atau pada bab Peradaban Makam. Kita akan menemui pembahasan yang berbeda dan mengagetkan bagi para pembaca, yang tentunya ini adalah kecerdasan dari penulis buku ini, isinya menarik karena di dalamnya ada bukti peradaban makam yang harus dilestarikan oleh penerus bangsa sekarang.
Selayaknya manusia, buku ini juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain beberapa gambar pendukung atau data, ada yang tidak jelas gambarnya, sebaiknya dicetak berwarna. untuk pembahasan tentang “Peradaban Makam” terlalu singkat, hingga membuat pembaca penasaran untuk menggali lebih dalam lagi, dan alangkah baiknya jika kajian ini terus dilaksanakan. Namun, yang paling menarik dari kelebihan buku ini adalah gaya bahasa yang digunakan sangat mudah dan dapat dipahami.
–Diresensi Ahmad Farichin, Pegiat Literasi di Komunitas Pena Aswaja.