Oleh Drs. KH. Mohamad Muzamil
“Sesungguhnya Allah SWT memberikan hidayah kepada siapapun yang dikehendaki-Nya”.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dalam bentuk paling sempurna. Manusia diberikan panca indera sehingga dapat: mendengar, melihat, mencium, meraba, dan merasakan. Juga diberikan akal untuk berpikir terhadap apa-apa yang dialaminya maupun yang direncanakan dan dilakukannya. Namun semuanya itu masih terbatas pada hal-hal yang nampak. Hal-hal yang dibalik yang nampak atau yang gaib, manusia belum mengenalnya kecuali setelah diangkat Nabi dan Rasulullah yang diberikan Wahyu dari Allah Yang Maha Memberi Petunjuk, yang kemudian disampaikan kepada seluruh umat manusia mulai sejak dari Nabi Adam as sampai Nabi dan Rasulullah terakhir Muhammad Saw.
Atas dasar petunjuk wahyu atau hidayah tersebut, terdapat manusia yang mau menerima atau beriman dan menjalankannya (muslim dan muhsin), ada yang menerima namun belum menjalankan (mukmin), ada pula yang tidak mau menerima (kafir dzimmi), dan ada pula yang tidak mau menerima dan menentangnya (kafir harbi).
- Iklan -
Kehidupan umat manusia adalah proses selama dirinya masih hidup di alam fana’ ini, sehingga setiap orang yang masih hidup memiliki kesempatan yang sama untuk menerima petunjuk dari Allah SWT dimaksud dalam kitab suci. Karena itu bagaimana agar kita dapat menerima dan menjalankan hidayah?
Dengan panca indera yang dianugerahkan, hendaknya manusia bersyukur dengan cara menggunakannya untuk kebaikan, karena “sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat baik”, dan sebaliknya “Allah SWT tidak menyukai kerusakan”. “Allah SWT juga menyukai keadilan dan tidak menyukai kedzaliman”.
Bagi kita yang terlanjur pernah melakukan pengrusakan atau kedzaliman, masih ada kesempatan untuk memohon ampunan atau bertaubat kepada Allah SWT, karena “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mau mensucikan dirinya”.
Selama hayat masih dikandung badan, belum ada istilah terlambat, kecuali jika sudah menghadapi ajal tiba.
Bagi kita yang masih hidup diperintahkan untuk segera “berlari menuju pengampunan dari Allah SWT”. Jika sekiranya kita belum tahu, maka kita dapat bertanya kepada ulama atau datang kepada kiai terdekat di daerah kita.
Ketika sudah menghadapi ajal atau sakaratul maut, habis sudah kesempatan seperti dialami Fir’aun ketika tenggelam di laut atau sakaratul maut karena menentang perjuangan Nabi Musa as. Semoga Allah SWT melindungi kita dari hal yang demikian, amin.
Ketika Rasulullah Muhammad SAW masih berjuang berdakwah, beliau Saw selalu mendoakan kepada umatnya, “ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku karena mereka belum mengetahui”.
Sekarang tugas dakwah tersebut diteruskan oleh para alim atau ulama, yang diikuti para jama’ah kaum muslimin muslimat, mukminin dan mukminat. Para ulama juga senantiasa mengajak dan mendo’akan agar umat saat ini mau menerima dan menjalankan petunjuk-Nya.
Sepanjang sejarah manusia, terdapat empat golongan, seperti sudah dijelaskan para ulama. Pertama, yang bahagia di dunia dan bahagia pula di akhirat. Kedua, celaka hidupnya di dunia namun bahagia di akhirat. Ketiga, bahagia di dunia, namun celaka di akhirat. Dan keempat, celaka di dunia dan celaka pula di akhirat.
Semoga kita masuk pada golongan yang selamat di dunia dan selamat di akhirat berkat Rahmat dan ampunan Allah SWT serta syafa’at Nabi Muhammad SAW, amin.