Oleh Ahmad Hamid
Berawal dari pernyataan Juru bicara (Jubir) Pemerintah khusus penanganan Covid-19, Achmad Yurianto dalam siaran langsung di BNPB, Jumat (27/3/2020). Beliau mengatakan bahwa orang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar dan orang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya
Dari pernyataan ini menimbulkan polemik di masyarakat. Sebut saja salah satu politisi dari partai Gerinda, Fadli Zon. Beliau mengatkan bahwa Pak Yuri kelelahan jadi omonganya dibolak-balik, harusnya yang benar bukan orang miskin yang menularkan penyakit tetapi sebaliknya orang kayalah yang menularkan penyakit.
Memang kita ketahui bersama bahwa Covid-19 adalah “kelahiran” China, bisa sampai ke Indonesia tidak lepas dari peran orang “kaya”, dengan kata lain covid-19 atau yang sering kita kenal dengan virus corona ditularkan oleh orang “kaya”. Kita ingat kembali pasien nomor satu yang positif Covid-19, dia adalah seorang WNI berusia 31 tahun yang tertular virus corona (COVID-19) setelah kontak langsung dengan warga negara Jepang dalam acara di klub dansa Paloma & Amigos di kawasan Jakarta.
- Iklan -
Klub dansa Paloma & Amigos? Kira-kira kalau orang biasa “miskin”, bisa tidak masuk ke situ? Nah disinilah benang kusut yang harus kita urai bersama.
Menanggapi simpang-siur kabar di Masyarakat, dan sudah terlanjur menjadi kabar viral di media sosial. Achmad Yurianto buka suara, menurut beliau tidak ada maksud merendahkan orang “miskin” beliau hanya menginginkan kerja sama antar elemen masyarakat untuk melawan wabah pandemi ini.
Yuri menegaskan, tidak ada niatan untuk menghina orang miskin, beliau justru menekan orang-orang kaya. Beliau memberikan contoh di kota-kota besar sudah ada himbauan untuk Social distancing. Namun kita lihat, para asisten rumah tangga (ART) masih bolak-balik ke luar rumah dengan dalih, disuruh majikannya untuk membeli ini dan itu untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Jadi resiko ART untuk tertular covid-19 lebih besar, nah kalau sudah tertular, majikannya juga bisa repot. Apa tidak sebaiknya ART libur, di rumah saja tetapi mereka tetap digaji sesuai dengan bulan-bulan biasa. Begitulah penjelasan Jubir pemerintah Achmad Yurianto.
Menurut saya dari keduanya tidak ada yang salah, antara jubir pemerintah dan masyarakat, hanya dari sudut pandang mana mereka melihat.
Betul, yang dikatakan oleh Jubir pemerintah, kita harus saling gotong-royong, bahu-membahu untuk melawan wabah virus ini. Namun yang perlu digarisbawahi bahwa semua penyakit tidak mengenal kelas sosial dan usia, termasuk yang disebabkan oleh Covid -19, dia tidak pandang bulu, siapa yang akan dijadikan inangnya. Jadi Semua bisa terjangkit dengan cara penularan yang berbeda-beda.
Untuk ucapan si “kaya” dan si “miskin”, sekali lagi mohon kata-katanya bisa diganti dengan kelas menengah atas atau kelas menegah ke bawah. Meskipun sebenarnya sama tetapi konotasinya terdengar lebih enak. Kita jaga saudara-saudara kita, yang kurang beruntung. Kalau disuruh memilih saya rasa tidak ada yang mau jika harus memilih untuk hidup menjadi orang miskin.
Meskipun pilihanya menjadi miskin yang sabar dan orang kaya yang bersyukur. Pasti naluri manusia akan memilih menjadi orang kaya yang bersyukur.
Memang menjadi pejabat atau public vigur tidak mudah dalam hal ini, salah ucap sedikit saja dianggap blunder dan semua kebaikannya akan musnah tertutup dengan kesalahan tersebut. Apalagi di tengah masyarakat yang sedang perang global melawan makhluk yang tidak kelihatan jika dipandang dengan mata telanjang.
ditambah akhir-akhir ini masyarakat dihimbau untuk stay home, works from home, membuat banyak waktu bersosial media atau berselancar di dunia maya. Hal ini yang membuat kesempatan untuk oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, menyebar dan memotong-motong video kemudian diunggah dan menarik para netizen untuk ber-spekulasi dengan video tersebut sehingga muncul yang namanya praduga yang mengarah ke berita hoax yang bisa memecah-belah masyarakat. Tentunya keadaan ini sangat merugikan untuk kita semua, khususnya rakyat Indonesia pada saat ini, ketika sedang berperang melawan pandemi wabah virus covid-19.
Korbannya Rakyat Kecil
Kalau mau dikorak-korek, mau penyakit ditularkan oleh orang miskin ke orang kaya, atau orang kaya ke orang miskin. Keduanya yang menjadi korban adalah orang miskin, kenapa?
Kita renungkan, rakyat kecil yang pekerjaanya serabutan atau merantau ke kota metropolitan berharap bisa mengirimi anak dan istri sesuap nasi setiap bulannya, sekarang untuk sementara tinggal cerita. Di Jakarta tidak bekerja, mau mudik ke kampung halaman dilarang. Sementara kita tahu, biaya hidup di Jakarta tidak murah mulai dari makan, sewa kamar dan lain-lain. Bagaimana nasib dirinya serta anak-anak yang ada di kampung?
Curhatan seorang teman yang di perantauan, pemerintah daerah hanya melarang untuk tidak mudik tetapi hanya melarang dan tidak dibarengi dengan solusi. Memang pelaranganya itu masuk akal, namun sekali lagi bagaimana nasib anak-anak di kampung ketika bapaknya yang di kota orang tidak bekerja, ditambah lagi rasa was-was terkena virus covid-19. Keadaan inilah yang membuat orang-orang di perantaun menjadi “stres” dan rentan terkena virus.
Kalau jadi orang berkecukupan serba enak, tidak bekerja saja tetap di gaji, la kalau orang kecil, boro-boro tidak kerja digaji, bekerja saja kadang tidak mendapat gaji.
Pemerintah diharapkan untuk bisa membantu rakyat kecil memenuhi kebetuhan sehari-hari, seandainya melarang rakyat kecil untuk bekerja di luar rumah. Indonesia adalah negara kaya, saya rasa sangat mampu kalau hanya untuk mencukupi makan satu atau dua bulan ke depan untuk masyarakat yang berada di garis ketidakberuntungan. Menyediakan miliaran rupiah untuk korupsi saja bisa, harusnya untuk hal ini jauh lebih bisa.
Intinya untuk pemerintah kalau melarang harus disertai dengan solusi, dan untuk rakyat yang dilarang sekiranya larangan tersebut memberatkan bisa beraspirasi, tetapi ingat harus dengan cara yang sopan dan melalui prosedur atau payung hukum yang sudah ditentukan. Setelah itu, untuk kebaikan bersama mari kita jalankan keputusan itu dengan penuh rasa tanggung jawab, insyaallah dengan demikian saya yakin Indonesia akan segera terbebas dari wabah virus corona.
Terkakhir kita mendoakan, mudah-mudahan para tenaga medis, pemerintah, yang menjadi garda depan melawan virus covid-19 diberi kesabaran dan kesehatan agar dalam melaksankan tugas bisa berjalan dengan lancar. Kami disini mengikuti dan tawaduk dengan perintah para pimpinan.
Sebentar lagi masuk bulan Ramadhan, dengan datangnya bulan suci ini mudah-mudahan indonesia akan terbebas dari virus qif-19 dan kita semua, umat Islam bisa melaksankan puasa dengan khusuk dan rasa suka cita, selanjutnya bisa berlebaran, berkumpul dengan sanak saudara tanpa ada masker dan hand sanitaser di mana-mana. Amin.
-Penulis adalah guru di Yayasan Al Madina Unsiq Wonosobo, dan Relawan Literasi Ma’arif