Oleh Drs. KH. Mohamad Muzamil
Hidup adalah anugerah Allah Yang Maha Hidup. Tidak seorang anak pun yang mampu memilih ibu dan bapaknya. Semua ditentukan oleh Allah SWT.
Tak seorang pun yang kuat badannya mampu kembali seperti masa kanak-kanak atau remaja. Jika yang masih kuat saja tidak mampu kembali pada masa sebelumnya, apalagi yang sudah tua, semakin tidak mungkin lagi menjadi lebih muda.
Perjalanan hidup seseorang dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa adalah kehendak Allah Ta’ala. Hal ini merupakan tanda bukti atau ayat Kemahakuasaan Allah yang menciptakan langit, bumi dan seisinya ini di satu sisi, dan menunjukkan lemahnya umat manusia di sisi yang lain. Karena itu, manusia lah yang membutuhkan Allah, dan Allah tidak membutuhkan suatu apa pun. Allah adalah berbeda dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya.
- Iklan -
Jaman telah berkembang demikian cepatnya, tidak ada seorang pun, atau sekelompok bangsa pun yang mampu mengendalikannya. Peradaban manusia memang berkembang maju demikian pesatnya dengan supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi canggih.
Dengan iptek, semua bidang direkayasa: ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dunia. Bahkan rekayasa genetika juga berkembang maju dan seterusnya, namun kekuatan yang dibangun umat manusia tersebut sekarang semua merasa takut dengan virus Corona atau covid-19.
Makhluk kecil yang tak kelihatan mata tersebut mampu menggetarkan dan menaklukkan dunia, sehingga dunia bukan dikalahkan oleh persenjataan mutakhir yang dibuat oleh negara-negara adidaya, melainkan ditaklukkan oleh makhluk sangat kecil tersebut.
Demikian lah jika Allah telah berkehendak, tidak ada kekuatan mana pun yang mampu menghadangnya. Bahkan juga diriwayatkan, “para kekasih Allah juga tidak ada yang berani memohon atau berdo’a agar wabah tersebut dihentikan”.
Jika wabah sudah datang, maka wabah itu tidak pandang bulu, semua yang dikehendaki terkena wabah, tidak akan bisa menghindarinya. Tidak memandang apakah dia orang sholih atau orang yang suka ma’shiyat. Semua bisa terkena dampaknya.
Banyaknya ma’shiyat yang terjadi di muka bumi ini, yang dilakukan oleh orang-orang kuat dan orang-orang lemah, telah membuat orang-orang sholih enggan mengingatnya secara tulus. Sebab era sekarang ini bukan karena banyaknya orang yang berbuat ma’shiyat, namun karena disebabkan diamnya orang-orang yang sholih, sehingga kemaksiatan terlihat merajalela di mana-mana, dan dilakukan secara terang-terangan.
Indikasi ke arah demikian nampak jelas. Pertama, banyaknya umat yang lari dari ulama dan fuqoha’. Kedua, Al-Qur’an tinggal tulisannya pada mushaf yang banyak dicetak dan diedarkan, namun sebagian maknanya telah mulai diangkat oleh Allah SWT melalui wafatnya para al-alim al-alamah. Ketiga, banyaknya ahli pidato atau khitoba’, namun langkanya fuqoha’.
Yang lebih menakutkan dari semua itu adalah mewabahnya penyakit wahan, yakni penyakit jiwa yang berlebihan mencintai dunia dan takut mati. Semoga bukan wahan yang terjadi. Semoga Allah SWT masih berkenan melimpahkan hidayah, Taufiq, dan inayah-Nya kepada kita semuanya berkat perjuangan manusia pilihan-Nya, kekasih-Nya, yaitu al-hadi al-musthofa, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia, amin. Wallahu a’lam bishowab.
-Penulis adalah Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah.