Oleh: Al-Mahfud
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan virus corona (Covid-19) sebagai pandemi global. Di Indonesia, ratusan orang dinyatakan positif Covid-19. Hingga Senin (30/03/2020), jumlah total kasus Covid-19 di Indonesia sudah sebanyak 1.414 orang. Dari jumlah tersebut, sudah ada 122 kasus yang meninggal, sedangkan ada 75 pasien yang dinyatakan sembuh (Kompas.com, 30/03/2020).
Menghadapi situasi tersebut, pemerintah Indonesia saat ini menghimbau masyarakat untuk melakukan Physical Distancing atau menjaga jarak fisik guna menekan penyebaran Covid-19. Di antaranya dengan menghindari keramaian dan kerumunan, sebisa mungkin menghindari kontak fisik dengan orang lain. Sekolah-sekolah diliburkan dan orang-orang dihimbau untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah.
Bangun Solidaritas, Cegah Hoaks
- Iklan -
Melawan virus corona adalah kerja bersama. Seluruh elemen masyarakat harus kompak, bahu membahu membangun solidaritas dalam menghadapi pandemi ini. Solidaritas ini penting, agar kita tetap saling terhubung dan bisa saling memberi kekuatan serta kepedulian di tengah musibah yang mengancam.
Jika upaya memutus rantai penyebaran virus mengharuskan kita meminimalisasi perjumpaan dengan orang lain, maka kita bisa membangun solidaritas melalui dunia maya atau media sosial. Lewat unggahan status, komentar, dan share di media sosial, kita semua bisa bergerak bersama dan saling mengingatkan, saling bantu, dan saling membagikan informasi-informasi penting dalam rangka melawan wabah virus ini.
Satu hal penting yang mesti disadari di media sosial di tengah pandemi ini adalah jangan sampai kita menyebarkan kepanikan dan ketakutan. Apalagi menyebarkan konten-konten hoaks soal Corona di media sosial. Tak sedikit sudah beredar hoaks di dunia maya soal virus Corona yang menyebarkan kepanikan dan ketakutan di tengah masyarakat. Sampai Kamis (12/3/2020), Kominfo dikabarkan sudah menemukan 196 hoaks dan disinformasi seputar Corona beredar di Indonesia (detik.com, 12/03/2020). Yang kita butuhkan saat ini adalah tetap tenang, saling menguatkan, sembari terus waspada.
Optimisme
Selain tidak memperkeruh keadaan dengan hoax soal Corona, hal penting lainnya yang harus selalu kita lakukan di media sosial saat ini adalah tetap menyuarakan optimisme. Kita harus optimis bahwa Indonesia bisa melewati ujian atau cobaan ini. Kita harus optimis bahwa pandemi ini bisa kita hentikan. Jangan sampai kita menyuarakan nada-nada sumbang yang justru membuat masyarakat tak tenang. Jangan sampai kita mudah saling menyalahkan, sebab yang kita butuhkan saat ini adalah solidaritas, saling mendukung dan menguatkan.
Di media sosial, optimisme harus terus kita bangun lewat narasi-narasi positif. Seperti memberikan dukungan kepada pihak-pihak yang terus bekerja keras menangani penyebaran virus ini. Terutama, kita mesti terus memberikan doa, bantuan, dan dukungan penuh kepada para dokter, perawat, dan seluruh tenaga medis yang saat ini berada di garda terdepan dalam menangani pasien yang terkena Covid-19. Ini sungguh tugas yang menuntut keberanian dan dedikasi yang tinggi, sehingga harus terus kita dukung dan kita bantu semampu kita.
Sedangkan, kepada orang-orang yang positif terpapar Covid-19, kita harus mendoakan dan memberikan dukungan moral. Mereka yang sedang dirawat atau sedang dikarantina, harus kita beri dukungan moral dan emosional. Media juga harus menjaga privasi dan etika agar tak mengeluarkan pemberitaan tidak akurat atau tendensius yang justru menyudutkan para pasien tersebut.
Pasien 01 dan 02 yang sudah dinyatakan sembuh dan bisa pulang dari rumah sakit mengungkapkan bahwa ia sempat merasa tertekan dengan pemberitaan negatif mengenai dirinya, sejak identitasnya keluar sebagai orang pertama yang positif Covid-19 di Indonesia. “Saya mau menghimbau masyarakat dan media untuk mendukung pasien di rumah sakit. Dukung secara moral karena penyebaran informasi yang tidak akurat yang dilakukan berbagai pihak tidak bertanggung jawab sangat mengganggu psikis kami dari dalam,” kata Pasien 01 dalam konferensi pers di RSPI Jakarta (Kompas.com, 16/03/2020).
Masyarakat mesti sadar, karantina bukanlah aib, melainkan bagian dari prosedur kesehatan yang harus dijalani demi kebaikan bersama. Jangan sampai, karena stigma negatif di masyarakat membuat orang yang merasakan gejala terkena covid-19 ini menjadi malu dan enggan diperiksa. Tentu, hal tersebut malah akan bisa berakibat fatal. Kita harus memiliki kesadaran untuk bergerak cepat melakukan pemeriksaan jika merasakan gejala-gejala yang mengarah pada inveksi Covid-19 ini.
Social Distancing
Di samping menyuarakan optimisme serta membangun solidaritas dengan saling mengingatkan dan memberi dukungan moral pada para pasien, tentu kita mesti menjaga diri kita masing-masing. Caranya, dengan mengikuti himbauan dari pemerintah atau otoritas kesehatan dengan melakukan Physical Distancing serta melakukan berbagai langkah pencegahan. Seperti sering mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan, dan gaya hidup sehat. Dengan melakukan itu semua, artinya kita telah berperan serta dalam gerakan bersama agar wabah penyakit ini tidak menyebar semakin luas.
Adapun Physical Distancing harus dijalankan bukan hanya demi menjaga diri sendiri dari Covid-19. Berusaha tidak keluar kecuali untuk urusan yang benar-benar penting, mesti dilakukan sebagai upaya menjaga orang-orang di sekitar kita dari penularan virus yang mungkin ada di badan kita. Kita tahu, sebagian orang bisa tetap terlihat sehat dan tak menunjukkan gejala gangguan kesehatan meski terkena covid-19 sebab memiliki sistem imun tubuh yang kuat. Namun, ia tetap bisa menjadi pembawa virus yang bisa menular bagi orang lain. Di sinilah pentingnya menjaga diri agar sebisa mungkin tetap berada di rumah dan menjauhi kerumunan massa.
Physical Distancing membuat masyarakat berjauhan secara fisik. Namun, gerakan ini memiliki substansi atau dijiwai semangat solidaritas dan kebersamaan untuk saling menjaga satu sama lain. Dengan gerakan #DiRumahAja, tubuh kita memang saling terpisah namun jiwa kita bersatu untuk saling menjaga dan menguatkan solidaritas dalam menghadapi penyebaran virus ini.
-Al-Mahfud, penulis, dari Pati Jateng. Menulis artikel, esai, dan ulasan buku di berbagai media.