Semarang, Maarifnujateng.or.id – Rapat Kerja Dinas (Rakerdin) LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah yang kedelapan terlaksana di Kota Semarang yang bertempat di Auditorium Kampus III UIN Walisongo Semarang, Senin (2/3/2020).
Hadir Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah Dr. Mahsun Mahfudz, Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah R. Andi Irawan, Ketua LP Ma’arif NU Grobogan, Ketua LP Ma’arif NU Kota Semarang, Ketua LP Ma’arif NU Kabupaten Semarang, dan Ketua LP Ma’arif NU Demak.
Dalam laporannya, Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah R. Andi Irawan mengatakan bahwa Rakerdin atau Rapat Kerja Dinas adalah agenda tahunan yang digelar LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah.
“Rakerdin menjadi media silaturahim, antara pengurus wilayah, cabang, dan kepala madrasah/sekolah. Kemudian sebagai media sosialisasi program-program yang telah disepakati dalam Rapat Kerja Wilayah yang dihadiri LP Ma’arif PCNU se Jawa Tengah,” lanjut dia.
- Iklan -
Rakerdin, kata dia, menjadi ajang sharing gagasan, ide dari panjenengan untuk dikembangkan dan diimplementasikan. “Total peserta yang hadir dalam Rakerdin kali ini, dihadiri sementara 781 kepala madrasah/sekolah dari LP Ma’arif NU Grobogan 47 satuan pendidikan, LP Ma’arif NU Kota Semarang ada 72, LP Ma’arif NU Kabupaten Semarang ada 139, dan LP Ma’arif NU Demak ada 121 dengan total 379 peserta,” lanjut lulusan Pascasarjana UIN Walisongo Semarang itu.
Pihaknya berharap, di era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, Kepala Madrasah/Sekolah Ma’arif jangan sampai tidak dapat menyesuaikan zaman. Maka, menurut Andi, Ma’arif harus hadir untuk menguatkan Aswaja Annahdliyah sebagai ideologi yang moderat.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan UIN Walisongo Semarang Dr. H. Abdul Kholiq, M.Ag dalam sambutannya mengucapkan selamat Harlah NU ke 94. “Terima kasin LP Ma`arif NU Jateng yang hari ini menyelenggarakan kegiatan yang luar biasa ini di UIN Walisongo, ini untuk menjaga bahwa NU dan UIN bersaudara,” tegas dia.
Pihaknya juga menceritakan, bahwa yang melahirkan UIN Walisongo adalah tokoh-tokoh NU dan sebagain besar mahasiswa UIN adalah alumni peserta didik LP Ma`arif. Dan begitu juga guru-guru LP Ma`arif Jateng alumni UIN Walisongo. “Secara pribadi, saya juga menjadi salah satu pembina Yayasan Satuan pendidikan LP Ma`arif. Saya juga pernah menajdi pengurus LP Ma`arif dan bukan sesuatu yang asing dan itu bagian dari keluarga,” lanjutnya.
Pihaknya juga menyinggung kampanye pendidikan inklusi dalam rangkaian kegiatan Rakerdin tersebut. “Kampanye ini memberikan keadilan dan kemerdekaan belajar bersama, dalam praktik pendidikan masih banyak yang pelu kita perbaiki dan praktik pendidikan yang memerdekakan. Kampanye inklusi ini merupakan ruang perjumpaan dan upgrade kapasitas sehingga inlusif menjadi gerakan berjaam memiliki visi yang sama yaitu pendidikan sebagai rahmat yang sama,” paparnya.
Menurutnya, NU memang mengarusutamakan pendidikan inklusif, NU menunjukkan kapasitasnya mengelola lembaga pendidikan. “Data terakir ada 17 madrasah inklusi yang dikembangkan,” bebernya.
Menurutnya, perbedaan ras, agama harus disikapi karena dalam individu akan selalu ada perbedaan sehingga ini harus diwujudkan dalam pendidikan inklusif yang mengajarkan kebersamaan. “Selamat untuk berapat dinas. Semoga menghasilkan kebijakan yang bermutu untuk LP Ma`arif NU,” lanjut dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng Dr. KH. Mahsun Mahfudz dalam sambutannya merespon sambutan dari Ketua LP Ma’arif PWNU Jateng. “Seperti kita dengar penjelasan dari ketua LP Ma`arif Jateng, tentang salah satu program literasi (baca: Gerakan Literasi Ma’arif). Bahwa NU mempunyai kewajiban mengembangkan literasi pada zaman sekarang, karena memang sudah dilakukan sejak zaman Rasululloh. Hari ini kita bisa dikatakan masuk masa Golden Age yang sebenarnya sudah ditata oleh Rasululloh dan harus kita kembangkan. Islam mampu mengambil alih kejayaan para filosof-filosof kuno seperti ilmu filsafat seperti al Ghozali, al Farabi, meskpun kemudian ada kemunduran-kemunduran yang ditandai dengan runtuhnya Turki Usmani. Ini merupakan titik kemunduran negara Islam,” jelasnya di depan peserta.
Sampai Indonesia, lanjutnya, Syekh Hasyim Asy`ari sangat memiliki perhatian kuat dengan pendidikan bahwa ilmu dan amal tidak bisa dipisahkan. “Hari ini kita masuk ke zaman 4.0 bahkan di Jepang sudah masuk ke 5.0 yang salah satu ciri adalah digitalisasi ilmu pengetahuan. Bahkan tidak hanya tekhnologi informasi bahkan menjadi robotik. Ini mengakitbatkan generasi muda IT mencari cara untuk kebutuhan mereka untuk mencari informasi. Sehingga LP Ma`arif bisa mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dan teknologi,” lanjut dia.
Pihaknya berharap, dengan 8 program LP Ma`arif ini, apalagi Gerakan Literasi Ma’arif, maka tidak ada lagi kepala madrasah dan sekolah Ma’arif ketinggalan zaman.
Usai pembukaan, dilanjutkan pemberian sertifikat SIMNU, kampanye inklusi, dan Rakerdin. (Admin/Ibda).