Oleh Ahmad Hamid
Melihat di banyak media tentang gadis cantik berjilbab, namanya Nada Fedulla. Namun kecantikannya sedikit ternodai karena isak tangisnya. Ketika diwawancara oleh wartawan BBC Quentin Sommerville yang diunggah di Twitter @BBCIndonesia, pada Rabu, 05 Februari 2020.
Nada begitu mengetuk pintu hati, sebagai seorang manusia yang punya akal dan perasaan. Namun, sekali lagi kalau mendengar istilah ISIS sangat merinding. Ungkapan-ungkapan yang diucapkan begitu mendalam tentang gagalnya cita-citanya untuk menjadi seorang dokter. Parahnya lagi, dia tidak tahu apa-apa tentang ISIS karena dia hanya diajak ayahnya ke Suriah.
- Iklan -
WNI Merasa Tertipu ISIS
Awalnya dia mengikuti saran ayahnya untuk kuliah di Suriah dengan megambil jurusan kedokteran. Namun seiring berjalannya waktu boro-boro sekolah, tidur nyeyak saja tidak bisa karena berisiknya suara peluru , bom yang sewaktu-waktu meledak yang tidak tentu kemana arah dan korbannya.
Keinginannya sangat kuat untuk pulang ke tanah kelahirannya, tanah yang gemah ripah loh jinawi, negara yang aman, negara yang ramah, dialah negara Indonesia. Betapa kangennya dia dengan suasana di Indonesia. Tetapi sekali lagi penyesalan pasti di belakang, hebatnya Nanda memaafkan ayahnya yang telah “menyesatkan” keluarganya. Dia mengatakan bahwa ayahnya adalah manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan.
Dia benar-benar membutuhkan bantuan, terutama pemerintah. Untuk mengurus kepulangan sekitar 660 WNI eks ISIS. Namun, kepulangannya tidak semudah membalikkan telapak tangan, setelah melalui beberapa pertimbangan pemerintah Indonesia enggan memulangkan WNI eks ISIS. Bukan tanpa sebab kepentingan nasional adalah yang utama.
Kita tahu ISIS adalah nama kelompok yang dianggap teroris terbesar yang sekarang di kenal dunia. Meskipun dinyatakan sudah tamat pada bulan Maret 2019. Namun ajarannya (ideologinya) masih bergentayangan.
Kabar tentang tangisan buaya juga sempat beredar. Ada yang menganggap itulah “strategi” ISIS untuk menggalang dukungan dunia. Karena sekarang mereka sudah terkalahkan.
Pro Kontra Kepulangan WNI Eks ISIS
Langkah pemerintah Indonesia sudah benar, dengan tidak memulangkan WNI eks ISIS. Mereka berangkat sendiri dan “menyelingkuhi” kewarganegaraannya dengan membakar Paspor mereka. Bahkan videonya juga disebar luaskan dengan mengatakan pemerintah Indonesia adalah pemerintahan yang thagut pemerintah yang pro kafir. Sehingga mereka berikrar untuk keluar sebagai warga negara Indonesia. Sebagai seorang yang gantle semua ucapan harus dipertanggungjawabkan. Termasuk sekarang, jangan sampai menelah ludahnya sendiri.
Pro dan kontra tentang kepulangan WNI eks ISIS juga belum 100% tuntas. Ada pandangan kalau orang tua atau dewasa tidak dipulangkan tetapi bagaimana dengan anak-anak yang belum tahu apa-apa.
Kalau yang ini penulis sepakat, dipulangkan untuk yang anak-anak, meskipun kita tahu ISIS juga sudah melatih anak-anak memegang senjata dari kecil. Tetapi setelah pulang nanti bisa mengikuti program deradikalisasi. Insyaallah dengan diikutsertakan dan diberi bekal tentang kebangsaan, wirausaha dan keagamaan anak-anak ini masih bisa tumbuh menjadi anak normal seperti yang lainya. Dosa besar jika mengadili anak-anak karena dosa orang tuanya.
Bahayanya Jika WNI Eks ISIS Pulang Ke Indonesia
Lalu apa saja embrio yang ditakutkan jika eks ISIS dipulangkan. Setidaknya ada tiga hal yang perlu diwaspadai pandangan pengikut ISIS yang nanti bisa “diselewengkan” yaitu tentang Khilafah Islamiyah, jihad dan pengkafiran.
Pertama doktrin tentang berdirinya negara Islam “Khilafah” yang digaungkan oleh ISIS. Memang beberapa abad yang lalu telah berdiri Khilafah Islamiyah, Khilafah Islamiyah pertama kali muncul adalah pada zaman setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, pada tahun 632 M atau bertepatan dengan tahun 11 H. Kekhilafahan dalam sejarah perkembangan Islam terdiri dari empat khilafah yang kemudian kita kenal sebagai Khulafa’ur Rasidin. Terdiri atas Abu Bakar Ash Shidiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib.
Sistem khilafah Islamiyah berjaya sampai jatuhnya Turki Ustmani, Jatuhnya Turki Ustmani pada tanggal 03 Maret 1924 juga menandai berakhirnya Khilafah Islmaniyah di muka bumi. Pimpinan terakhir Khilafah Islamiyah yaitu Sultan Abdul Hamid II.
Kerinduan sebagian umat Islam tentang jayanya masa-masa itu. Sehingga menginginkan kembali berdirinya khilafah. Mereka menganggap bahwa ideologi Pancasila tidak sesuai dengan ideologi Khilafah dan perlu diganti. Mereka tidak menyadari bahwa pancasila dijadikan ideologi bangsa juga tidak lepas dari peran para ulama. Nilai-nilai Pancasila diambil dari kearifan lokal yang tidak bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an.
Sementara Indonesia tidak menjadikan Khilafah Islamiyah sebagai sistem politik karena kita tahu bahwa Indonesia sudah dalam balutan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Indonesia hanya mengadopsi konsep kepemimpinan saja yang sesuai dengan nilai-nilai Khilafah Islammiyah bukan ideologinya. Tetapi, ISIS menganggap pemerintah yang berideologi dengan selain Khilafah Islamiyah dianggap “sesat”.
Yang kedua yaitu tentang jihad. ISIS berpandangan jihad dengan arti yang sempit, hanya diidentikkan dengan kekerasan, perang dan bunuh-membunah. Semetara keyakinan orang Islam “normal”, Jihad itu mempunyai arti yang sangat luas, bisa dakwah, mencari ilmu dan lain-lain. Intinya menyebarkan Islam yang rahmatallil’alamin adalah termasuk jihad.
Kalau berbicara tentang jihad, berperang (jihad) mempertahankan agama Allah dari orang-orang kafir “tulen” di zaman Rasul juga ada aturannya yaitu, tidak boleh merusak fasilitas umum, membunuh anak-anak dan perempuan lemah. Bahkan ada larangan merusak tumbuhan. Apakah jihad sekarang yang dilakukan ISIS bisa menghindari hal-hal itu?.
Ketiga adalah tentang pengkafiran. ISIS menganggap bahwa golongan di luar kelompoknya adalah kafir. Dan orang kafir halal darahnya. Makanya dimana ada ISIS selalu ada pertumpahan darah. Pengahancuran tempat-tempat ibadah adalah hal biasa termasuk Masjid yang dianggap tidak pro ISIS. Bahkan salah satu pimpinan ISIS berniat untuk menghancurkan Ka’bah karena dianggap salah satu penyebab kemusyrikan terbesar di dunia.
Kembali ke WNI korban “janji manis” ISIS, hikmah untuk kita semua jangan mudah terbuai dengan janji-janji manis, hidup mudah, fasilitas mewah, honor tinggi dan pendidikan tinggi gratis. Apalagi zaman sekarang yang sebagian orang bilang “ora ngedan ora mangan” kadang balutannya Islam tetapi kenyataannya hanya kedok untuk menghancurkan sesama saudara. Intinya lebih baik hujan batu tetapi di negeri sendiri dari pada hujan emas tetapi di negeri tetangga. Masih banyak jalan untuk jihad selain bergabung dengan kelompok- kelompok ekstrem. Jangan korbankan anak-anak kita, keluarga kita hanya untuk ego, hanya untuk dicap sebagai pahlawan yang jihad di jalan Allah dengan memegang senjata dan di ekspose di sosial media. Hidup dan surga tidak didapat se “bercanda” itu.