Oleh M. Dalhar
Madrasah merupakan ruang pembelajaran banyak hal. Tidak selalu yang terkait dengan kurikulum, tetapi juga nilai-nilai lain dapat diajarkan di ruang kelas. Salah satu hal penting yang perlu disampaikan adalah menjaga kebersihan dengan bijak mengelola sampah.
Perihal kebersihan banyak sekolah menjadi hal yang kurang mendapatkan perhatian. Seakan, kebersihan hanya menjadi tugas dari pak bun atau petugas kebersihan. Bermacam tulisan yang berisi imbauan, bahkan maqolah tentang menjaga kebersiahan belum sepenuhnya dilaksanakan. Kebersihan terkesan masih setengah hati dalam pelaksanaannya di sekolah.
Diketahui besama bahwa sekolah atau madrasah merupakan salah satu penghasil sampah rutin setiap harinya. Kenyataan tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang membungkus makanan saat istirahat dan dibawa ke kelas. Hasilnya, setiap hari tumpukan sampah dihasilkan di kelas. Baik itu organik maupun non-organik bercampur jadi satu dalam satu wadah. Terkadang pula ada yang tercecer di pojok ruang, di pot bunga, atau di atap sekolah.
- Iklan -
Belum lagi dalam pengelolaan akhir, seringkali sekolah madrasah di pedesaan hanya menumpuk sampah di lubang tanah yang sudah dipersiapkan. Ketersediaan lahan yang relatif luas dijadikan dalih untuk tidak mengelola sampah dengan baik. Permasalahannya bukan pada banyaknya lahan yang dimiliki, tetapi luasnya pemikiran dan kesadaran untuk mengelola sampah yang harus dimiliki. Dibakar atau dibuatkan lubang tanah untuk membuang sampah sebenarnya bukan cara yang tepat.
Kesadaran Bersama
Penulis pernah mencoba untuk meminta siswa untuk mengelola sampah, akan tetapi belum membuahkan hasil. Diperlukan kerja sama dengan para guru yang lain agar gerakan menjaga kebersihan benar-benar dapat dilakukan di sekolah.
Kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Ini adalah pemahaman yang paling awal dalam menjaga kebersihan dan lingkungan. Sampah – baik organik maupun non-organik – harus dibuang pada tempat yang sudah disediakan. Artinya, tidak ada lagi sampah yang dibuang sembarang tempat. Jika perlu diberikan sanksi bagi yang melanggar. Kesadaran ini yang sepertinya luput dalam pendidikan kita. Secara terstruktur masih belum banyak lembaga pendidikan yang mengajarkan dan memantau untuk membuang sampah pada tempatnya. Kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya merupakan sebuah langkah awal yang positif.
Setelah adanya kesadaran dari siswa untuk membuang sampah pada tempat yang seharusnya, berikutnya dapat ditingkatkan untuk mulai pengurangan sampah. Sampah yang dibuang adalah benar-benar sampah. Seringkali di sekolah para siswa membeli beberapa makanan dengan plastik pembungkus. Biasanya plastik ini dengan mudahnya turut dibuang padahal masih dapat dipakai kembali. Sebenarnya siswa dapat menggunakan tas kecil atau menyimpan plastik untuk dapat digunakan kembali. Tujuannya agar tidak semakin menumpuk banyak sampah, terutama plastik.
Pada tahap akhir, bagi petugas kebersihan sekolah hendaknya juga memisahkan sampah yang sudah terpisah dari ruang kelas. Tujuannya agar program kebersihan sekolah dapat tercapai dari hulu sampai hilir. Hasilnya, tumpukan sampah tidak akan lagi terjadi karena sudah dikelola dengan baik, antara organik dan non-organik.
Pemahaman ini dapat disampaikan oleh OSIS, IPNU/IPPNU, atau guru saat dikelas maupun di luar kelas. Jika perlu diberikan penilaian untuk memacu kedisiplinan siswa. Diharapkan dengan begitu para siswa sudah terbiasa untuk menjaga kebersihan, terutama pengelolaan sampah. Kebiasaan baik tersebut tidak menutup kemungkinan akan dibawa siswa sampai rumah dan lingkungannya.
-Penulis Warga Banjaragung, Bangsri, Jepara