Oleh Muallifa
Komunikasi memiliki peran penting terhadap perkembangan diri seseorang. Bertemu dengan orang bukanlah perihal yang mudah, sebab tidak semua orang mampu melewati fase pertemuan pertama dengan baik. Attitude serta sikap yang baik harus menjadi kesan pertama alam sebuah pertemuan untuk memberikan kesan pertama kepada lawan bicara bahwa pertemuan selanjutnya dibutuhkan sebab pertemuan sebelumnya.
Seseorang bisa jadi sangat terkesan dengan pertemuan pertama, ini penting untuk kita pahami bahwa mengenal seseorang dengan cara sendiri lebih baik jika dibandingkan mendnegarkan informasi tentang sesuatu dari orang lain. Melihat sesuatu secara obyektif dari berbagai perspektif. Tidak adil rasanya apabila kita menilai seseorang dari satu perspektif semata.
Mindset yang tertanam oleh kita terkadang kita terlalu sibuk untuk menilai seseorang hanya karena satu kesalahan yang dilakukan, satu kekurangan yang dimiliki, dengan melalaikan kebaikan serta kelebihan seseorang. Padahal setiap dalam diri kita memiliki kompetensi yang berbeda satu sama lain.
- Iklan -
Kita tidak bisa menyamaratakan orang baik hanya dengan satu penilaian, menyamaratakan satu kelebihan dengan penilaian yang sama kepada semua orang. Tidak adil jika ini diterapkan dalam kehidupan sosial. Alhasil kita menjadi manusia yang tidak adil sejak dalam bathin dalam melakukan penilaian, tidak memerdekakan diri untuk memberikan penilaian terhadap seseorang. Kalau kita belum selesai dengan diri sendiri, bagaimana bisa melangkah untuk mengurus kehidupan orang lain?.
Selain itu, kita hidup yang diciptakan oleh Tuhan menjadi pemimpin di muka bumi sebagai makhluk Tuhan. Perbedaan yang dimiliki seseorang seharusnya kita terima dengan cara yang baik dalam memperlakukan seseorang. Kalau diantara kita berbeda dalam hal keyakinan, berbeda karena dia bukanlah manusia, misalnya hanya seekor kucing, lalu mengapa kita tidak melihat sesuatu sebagai makhluk Tuhan. Bukankah kita sama-sama makhluk Tuhan untuk saling mengasihi dan menyayangi. Terkecuali dengan makhluk Tuhan yang diperbolehkan untuk kita bunuh sebab bisa menyakiti akhluk lainnya apabila dibiarkan hidup.
Kebaikan tertinggi dalam hidup justru bagaimana seseorang bisa menjunjung tinggi kemanusiaan, karena kita hidup di dunia harus bisa berinteraksi dengan orang lain. Salah kepada Tuhan, kita harus minta maaf kepada-Nya. Berbeda halnya ketika kita memiliki masalah kepada manusia, urusan kita dengan manusia. Maka dari itu, self empowering, self development dalam mengelola diri ketika berinteraksi dengan orang lain bisa kita pelajari sebagai refleksi dari seluruh gerak kita dalam kehidupan sehari-hari selama melakukan interaksi dengan orang lain.
Semakin berinteraksi dengan orang lain, maka kita akan beranggapan bahwa setiap orang itu adalah guru, setiap pertemuan adalah pembelajaran. Kita akan belajar banyak hal dari seseorang, mulai dari kehidupan, sepak terjang kehidupan yang selama ini diraih, meskipun orang tersebut bukanlah seorang famous. Tapi kita belajar menghargai keberadaan seseorang tanpa ketenaran yang dimilikinya. Ketika kita mengutamakan eksistensi seseorang, kita terlena dengan berbagai suguhan berbagai gambar, tontonan yang memiliki banyak penonton justru secara esensial memiliki value yang rendah.
Bagaimana cara kita memperlakukan orang lain, memberikan kesan pertama yang baik dalam perlakuan kita, jangan sampai penilaian atas perlakuan yang kita lakukan kepada orang lain selalu anggap kita baik, sehingga kita tidak bisa mendengar kritikan, masukan serta saran dari orang lain hanya karena kita sudah merasa paling benar menjadi manusia.
Kebiasaan ini membuat kita belajar untuk memiliki mental sehat. Memiliki mental sehat perlu belajar sejak dini agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik dalam mengelola diri, intropeksi dalam setiap perjalanan hidup yang dilalui dalam kehidupan.
Mental sehat akan senantiasa membuat seseorang berbaik sangka kepada orang lain. Hal ini juga diserukan oleh Allah agar kita menjauhi diri untuk berburuk sangka kepada orang lain. Melalui surat Al-Hujurat ayat 12, Allah menyerukan untuk menjauhi perkara berburuk sangka.
“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa, dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima Taubat lagi Maha penyayang”.
Sikap ini dimulai harus dimulai dari diri sendiri untuk mengajak orang lain menyebarkan konten positif yang sama sesuai dengan ajaran islam dan tidak bertolak belakang dengan negara Indonesia. Sehingga tidak mudah meruntuhkan negara Indonesia.
Mental sehat senantiasa membuat seseorang akan tertuntun untuk melakukan hal kebaikan kepada diri sendiri serta kepada orang lain.
-Penulis adalah mahasiswi IAIN Madura, penulis buku “Mahasiswa Baper No! Produktif Yes!”