Oleh Hamidulloh Ibda
Pengalaman penolakan artikel dalam jurnal Scopus dapat menjadi hal yang mengecewakan bagi peneliti. Meskipun demikian, penolakan ini bukanlah akhir dari segalanya. Langkah yang diambil setelah penolakan tersebut bisa menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas artikel dan kesempatan untuk diterbitkan di jurnal tersebut atau jurnal lainnya.
Mengapa Paper Kita Ditolak?
Secara umum, pengalaman saya menyebut ada dua model penolakan dari sisi konten: ada alasan, dan tidak ada alasan. Berikutnya ditolak cepat, dan ditolak lama. Namun jika kita mengalami penolakan tanpa alasan, maka harus kita kaji. Penolakan artikel ilmiah oleh jurnal yang terindeks di Scopus tanpa alasan yang jelas bisa menjadi pengalaman yang frustasi bagi penulis artikel tersebut. Meskipun keputusan tersebut mungkin sulit diterima, ada beberapa alasan umum mengapa sebuah jurnal mungkin menolak suatu artikel. Pertama, bisa jadi karena kesesuaian dengan cakupan jurnal. Jurnal memiliki cakupan atau fokus tertentu dalam bidang ilmu tertentu. Jika artikel tidak cocok dengan fokus atau ruang lingkup jurnal tersebut, bisa jadi menjadi alasan untuk penolakan.
- Iklan -
Kedua, naskah kita tidak sesuai dengan standar jurnal. Jurnal memiliki standar tertentu terkait format, struktur, dan kualitas penulisan. Jika artikel tidak memenuhi standar ini, bisa menjadi alasan penolakan. Ketiga, bisa jadi karena over-submission atau ketatnya persaingan. Jurnal yang terkenal atau terindeks di Scopus mungkin menerima banyak sekali artikel. Persaingan bisa sangat ketat, dan hanya artikel dengan kualitas tinggi atau yang sangat sesuai dengan kebutuhan jurnal yang akan diterima.
Keempat, ketidakjelasan atau ketidaksamaan dalam kontribusi ilmiah. Terkadang, penolakan bisa terjadi karena kurangnya kontribusi baru atau signifikan terhadap bidang ilmu pengetahuan yang dipelajari. Artikel mungkin dianggap tidak cukup inovatif atau tidak memberikan sumbangan baru yang cukup besar. Kelima, kualitas atau metode penelitian. Artikel bisa ditolak jika kualitas penelitian dianggap rendah, metode yang digunakan tidak memadai, atau jika data yang disajikan tidak cukup kuat atau relevan.
Sejumlah Langkah
Jurnal yang terindeks di Scopus biasanya memiliki standar yang ketat untuk menerima artikel. Beberapa alasan umum penolakan artikel meliputi kelemahan metodologi, kurangnya kontribusi baru dalam bidang tersebut, penulisan yang tidak jelas atau tidak sesuai format jurnal, atau kurangnya relevansi dengan fokus jurnal tersebut.
Pertama, teliti dan pahami mengapa naskah ditolak. Penting untuk memahami alasan di balik penolakan tersebut. Sebagian besar jurnal akan memberikan umpan balik yang berguna mengenai kelemahan atau kekurangan dalam artikel. Tinjau dengan seksama dan gunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas artikel.
Kedua, mencari masukan dari rekan sejawat atau ahli. Berpikirlah untuk meminta masukan dari rekan sejawat atau ahli dalam bidang yang sama. Pandangan dari orang lain bisa memberikan perspektif baru terhadap artikel Anda.
Ketiga, mengoreksi dan memperbaiki artikel. Setelah memahami kritik yang diberikan, lakukan revisi yang diperlukan. Perbaiki segala kekurangan yang disoroti oleh para reviewer atau editor jurnal. Pastikan penyajian data, metodologi, dan kesimpulan telah sesuai standar yang diharapkan oleh jurnal tersebut.
Keempat, bekerja dengan profesional. Tetaplah profesional dalam setiap interaksi dengan editor atau reviewer. Tanggapi kritik dengan baik dan jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang kurang jelas.
Kelima, pilih jurnal lain atau re-submit. Jika artikel tersebut memenuhi kriteria jurnal lain yang sesuai, pertimbangkan untuk mengirimkannya ke jurnal lain yang relevan. Atau, jika jurnal yang sama menerima re-submission, perbaiki artikel Anda sesuai saran dan kirim kembali. Saya pribadi jarang re-submit. Yang paling sering adalah submit di jurnal lain, karena masih banyak ratusan jurnal siap menerima naskah kita.
Keenam, pelajari jurnal dan petunjuk penulisannya. Memahami standar dan format yang diharapkan oleh jurnal adalah hal penting. Pastikan artikel Anda sesuai dengan panduan penulisan jurnal tersebut sebelum mengirim ulang.
Ketujuh, jangan mau berhenti belajar. Ditolaknya naskah kita, dipastikan ada catatan dan alasan. Kita harus belajar dari catatan-catatan yang biasanya “buanyak” tersebut sebagai bahan pembelajaran.
Kedelapan, bersabar dan tetap termotivasi. Proses penulisan ilmiah sering kali membutuhkan waktu dan dedikasi yang besar. Tetaplah termotivasi dan bersabar dalam menghadapi penolakan. Teruslah belajar dan meningkatkan kualitas artikel Anda.
Penolakan artikel dalam jurnal Scopus bisa menjadi pelajaran berharga dalam perjalanan penelitian. Dengan sikap terbuka untuk belajar dari pengalaman tersebut, Anda dapat meningkatkan kualitas dan peluang artikel Anda diterima di jurnal yang diinginkan.
Langkah Cepat
Jika artikel ditolak tanpa alasan yang jelas, anda dapat melakukan beberapa Langkah cepat. Pertama, meminta umpan balik. Beberapa jurnal bersedia memberikan umpan balik lebih lanjut jika diminta. Anda dapat menghubungi editor jurnal dan meminta alasan atau umpan balik yang lebih rinci terkait penolakan artikel Anda. Kedua, revisi dan submit ke jurnal lain. Berdasarkan umpan balik yang diterima atau evaluasi ulang terhadap artikel, Anda dapat memperbaiki artikel dan mengirimkannya ke jurnal lain yang sesuai.
Ketiga, perhatikan pedoman jurnal. Pastikan artikel Anda memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam pedoman penulis jurnal yang bersangkutan. Kadang-kadang, penolakan bisa terjadi karena tidak mematuhi panduan yang ditetapkan.
Selalu penting untuk tidak menyerah setelah penolakan. Menjadi seorang penulis akademis membutuhkan ketekunan dan kemampuan untuk menghadapi penolakan sebagai bagian dari proses. Teruslah berupaya meningkatkan kualitas artikel Anda dan mencari jurnal yang sesuai untuk publikasi. Begitu!
-Hamidulloh Ibda, adalah dosen, penulis, reviewer pada Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi (Pegem Akademi Yayıncılık Turki, terindeks Scopus Q4) (2023-sekarang), reviewer Cogent Education (Taylor & Francis, Britania Raya, terindeks Scopus Q2) (2023-sekarang), reviewer Journal of Ethnic and Cultural Studies (Florida Gulf Coast University Amerika Serikat, terindeks Scopus Q1) (2023-sekarang), reviewer Journal of Learning for Development (JL4D) terindeks Scopus Q3 yang dikelola Commonwealth of Learning Canada (2023-sekarang), reviewer International Journal of Information and Education Technology (IJIET) Singapura terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer Millah: Journal of Religious Studies Indonesia terindeks Scopus (2023-sekarang), reviewer International Journal of Learning, Teaching and Educational Research (IJLTER) Mauritius terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer International Review of Research in Open and Distance Learning (IRRODL) Canada terindeks Scopus Q1 (2023-sekarang), reviewer Journal of Education and Learning (EduLearn), Indonesia, terindeks Scopus (2023-present), reviewer International Journal of Cognitive Research in Science, Engineering and Education (IJCRSEE), Serbia, terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer International Journal of Serious Games (IJSG), Italia, terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang. Ibda juga menjadi reviewer di International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din (2023-sekarang), reviewer IJSL: International Journal of Social Learning (2023-sekarang), Editorial Board Members in Global Synthesis in Education (GSE) (2023-sekarang), dan reviewer Qeios Journal, serta reviewer 20 jurnal nasional.