Oleh: Dimas Khaerul Usan
Sering kita temukan banyak paham yang mengaku bahwa dirinya adalah Ahlussunnah Waljamaah, baik itu lewat media elektronik, media cetak, lebih-lebih media sosial dan online. Hal ini bisa membingungkan kita, bahkan bisa menimbulkan terjadinya perpecahan di antara umat Islam hanya perbedaan Mazhab aliran. Dab lebih parah lagi jika aswaja dituduh dalam menebarkan teror lewat bom hingga mengkafirkan sesama muslim. Sangat disayangkan!
Bagaimana sikap kita agar tidak menyimpang dalam pemahaman yang dangkal dan keliru terhadap prinsip ajaran Aswaja? Sikap kita adalah tetap mempertahankan apa saja yang diajarkan oleh organisasi Nahdlatul Ulama (NU), karena NU sangat memegang erat prinsip-prinsip ajaran yang berhaluan Aswaja, seperti tawasuth-iktidal (moderat-keadilan), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang) dan amar ma’ruf nahi al-munkar. Prinsip-prinsip yang mendasar itulah yang semestinya kita tanamkan sejak dini dalam kehidupan yang medern saat ini, dimana tradisi lokal yang baik ditutupi dengan tradisi asing yang tidak patut kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Seperti sikap terorisme, radikalisme agama dan westernisasi dengan gaya hidup masa kini yang tidak mengindahkan norma-norma agama, karena sikap tersebut bukanlah karakteristik ajaran Ahlussunnah Waljamaah.
Gerakan-Gerakan Menyimpang
- Iklan -
Peristiwa kekerasan demi kekerasan sering kita saksiskan dan rasakan bersama. Hal tersebut tentunya akan melukai hati umat seluruh dunia, terutama umat Islam dan dunia Arab. Pemahaman Islam secara dangkal dan sempit bisa menjadi penyebab terjadinya sikap ekstrim dan melampaui batas, padahal Al-Qur’an sendiri tidak mengajarkan sedikitpun sikap yang diluar batas kewajaran manusia.
Dalam hal ni, untuk mengidentifikasi paham atau gerakan yang menyimpang dan melampaui batas akan tergambar pada tiga sikap yang menjadi ciri khas antara lain:
Yang pertama, Ghuluw yakni bentuk ekpresi manusia yang berlebihan dalam menaggapi persoalan hingga tercermin dalam sikap-sikap batas normal dan kemanusiaan.
Yang kedua, Tatharruf yakni sikap berlebihan karena mendorong emosional yang berdampak pada empati berlebihan dan acuh keterlaluan dari masyarakat.
Yang ketiga, Irhab ini yang terlalu mengundang kekhawatiran karena bisa jadi membenarkaan kekerasan atas nama agama atau paham tertentu. Sikap ini terlah ditegur dalam firman Allah Swt. Berikut ini: Artinya: “Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar”. (QS. An-Nisa: 171)
Paham paham yang sudah dikenal lama ajaran-ajarannya yang bertentangan dengan ajaran Ahlussunnah Waljamaah seperti Khawarij, Syiah, Murjiah, Muktazilah, Jabariah, Qadariah, dan lain sebagainya. Dalam perjalannya paham-paham tersebut mengalami perubahan nama dan perkembangan, sehingga cukup meresahkan di Nusantara ini. Nama/topeng yang mereka gunakan selalu berganti disegala penjuru dunia, Akidah dan ajaran-ajarannya pun bertentangan dengan ajaran Ahlussunnah Waljamaah. Khususnya di Indonesia tercatat ada 200 lebih aliran sesat yang silih berganti namun disini hanya akan disebut beberapa aliran diantarannya sebagai berikut:
Paham Wahabi
Pada awal abad 18 kemunculan paham Wahabi di Arab Saudi menimbulkan kekhawatiran dan keprihatinan di semenanjung Arab yang berdampak luas hingga negara lain. Paham yang didirikan oleh Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali ini sering disebut dengan Wahabiyyah atau yang dikenal dengan salafi-wahabi.
Dalam memuluskan dakwahnya, paham wahabi ini merangkul penguasa pada saat itu dipegang oleh Muhammad bin Saud. Seperti gayung bersambut, pengusa itupun mencari ulama yang sekiranya bisa menanamkan paham yang radikal dan ekstrim demi melanggengkan kekuasaannya. Kemudian berkembanglah paham terebut di Hijaz hingga sekarang.
Muncul kekhawatiran di kalangan para kiai jika kalau hanya paham wahabi yang boleh bekembang di Hijaz, dan tidak memberi ruang bagi Mazhab lainnya. Oleh karena itu dibentuklah komite Hijaz oleh para kiai untuk dapat mengatasinya dengan car bertemu dengan Raja Abdulaziz Al Saud. Dari sanalah menjadi embrio sejarah penting bagi lahirnya Nahdlatul Ulama.
Tak berhenti di situ, paham salafi-wahabi juga masuk ke nusantara, salah satu cara melaui orang-orang Indonesia yang belajar di Arab Saudi, mereka menyebarkan propaganda dengan cara pendekatan pada masyarakat awam lewat ajaran-ajarannya. Setelah masyarakat terpedaya mereka pun dengan perlahan mengganti amalan-amalan rutin Aswaja dan lebih berbahaya dampaknya, yaitu yaitu dengan menanamkan benih-benih permusuhan dan rasa sentimen pada para ulama yang berpaham Aswaja dan golongan yang tidak sepaham dengan mereka.
Adapun karakteristik-karakteristik yang melekat pada paham Wahabi sebagi berikut:
Mengedepankan dalil Naqli daripada dalil Aqli, Mengingkari Ijmak dan menolak Qiyas, Tidak memperbolehkan taklid kepada Ulama Mujtahidin dan mengkufurkan kepada siapapun yang Taklid kepada mereka, Memvonis kafir kepada orang yang bersumpah dengan nama selain Allah, Menghukumi kafir kepada yang bernadzar untuk selain Allah, Melarang tawasul kepada Allah melalui perantara, Mengkufurkan kepada umat Islam yang tidak sepaham dengannya, Menuduh pengikut aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah bukan sebagai paham Ahlussunnah Waljamaah, Menganggap Ahlussunnah Waljamaah sebagai pelaku Bid’ah
Paham Ahmadiyah
Paham Ahmadiyah ini didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad,ia dilahirkan didesa Qodliyan Punjab Pakistan pada tahun 1836 M. Dia tidak hanya mengaku sebagai Isa Al Masih/Imam Mahdi yang ditunggu akan datang pada akhir zaman sebagai juru selamat, tetapi setelah ia berumur 54 tahun ia memproklamirkan diri sebagai Nabi paling terakhir sesudah Nabi Muhammad Saw dan benar-benar mendapatkan Wahyu dari Allah Swt.
Paham Ahmadiyah ini mulai masuk ke Indonesia setelah Perang Dunia I sekitar tahun1924. Ajaran fatal mereka adalah menganggap Nabi Muhammad bukanlah Nabi yang terakhir. Faktanya, meskipun paham ini sudah dianggap sesat, tapi paham tersebut sudah melebarkan sayap pahamnya doseluruh pelosok Indonesia bahkan sudah ada di perkotaan markas-markasnya.
Adapun karakteristik-karakteristik yang melekat pada Paham Ahmadiyah sebagai berikut:
Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi terakhir, Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa yang dijanjikan, Syariat Islam belum sempurna, tetapi disempurnakan oleh Syariat Mirza Ghulam Ahmad, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi setelah Nabi Muhammad Saw., Memiliki Kitab Suci Tadzkirah yang sama sucinya dengan Al-Qur’an, Memilki tempat suci yaitu Qadiyah dan Rabwah di India
Paham Al-Qiyadah Al-Islamiyah
Al-Qiyadah Al-Islamiyah adalah aliran yang didirikan dan dipimpin oleh Ahmad Mushaddeq alias Abdusalam yang juga menyebut dirinya sebagai Nabi atau Mesias. Paham ini sempat booming pada akhir tahun 2006 yang kemudian mengakibatkan keluarnya stempel sesat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Oktober 2007, setelah dilakukan sebuah penelitian selama 3 bulan karena menyimpang dari ajaran Islam.
Karakteristik-karakteristik yang melekat pada paham Al-Qiyadah Al-Islamiyah, yaitu tidak wajib shalat 5 waktu, tidak wajub puasa Ramadhan, Syahadat mereka berbeda, yang bukan kelompok mereka dianggap kafir. Maka sebagai warga Nahdliyin, kita harus mewaspadai dan menentang jika menemukan ciri-ciri seperti yang dimiliki Paham Wahabi, Ahmadiyah, dan Al Qiyadah Al Islamiyah.di atas.
-Penulis adalah mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah Dan Keguruaan INISNU Temanggung