Oleh Hamidulloh Ibda
Saya pernah ditanya oleh teman. “Dengan ratusan bahasa daerah yang kita miliki, apakah kita bisa menyeragamkan kesantunan berbahasa, Mas?” tanya dia agak serius. Pertanyaan ini memang serius. Saya tidak menjawab langsung, namun saya justru menjawab “angel, angel……..”
Jika kita lihat fakta sosial, jumlah bahasa daerah murni non-dialek dan subdialek, Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menyebut terdapat 718 bahasa daerah. Dari jumlah itu, dalam konteks ini bukan menyoal kesantunan berbahasa tiap bahasa dan daerahnya, namun bagaimana mengedukasi anak-anak, remaja, dan pemudanya untuk berbahasa santun.
Contohkan saja diri saya sendiri. Saya lahir di Pati, pernah tinggal di Blora, bermukim di Semarang, bekerja di Temanggung, dan kuliah di Yogyakarta. Saya awal-awal memang susah berdaptasi dengan dialek Temanggungan, karena terbiasa berbahasa “kasar” khas Pantura. Namun, lambat laun meski belum sempurna, saya bisa menyesuaikan kesantunan tersebut. Meski ukuran santun tersebut ada kesapakatan sosial yang sama.
- Iklan -
Maka kembali kepada rumus berbahasa, bahwa bahasa itu soal kebiasaan. Melalui rumus ini, sebenarnya kesantunan berbahasa juga sama, soal kebiasaan, dan pembudayaan. Lebih detail lagi harusnya memang pembelajaran, pembiasaan, dan keteladanan. Namun masalahnya, kerusakan bahasa di negara ini selalu lahir dan masih riil ada.
Kerusakan Bahasa
Kerusakan berbahasa pada pelajar menjadi isu penting dalam dunia pendidikan. Fenomena ini merujuk pada penurunan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, yang dialami oleh sebagian pelajar. Faktor-faktor seperti perubahan gaya hidup, penggunaan teknologi, dan lingkungan belajar yang kurang mendukung, dapat berkontribusi pada kerusakan berbahasa. Dalam artikel ini, kita akan mengulas beberapa penyebab dan dampak dari kerusakan berbahasa pada pelajar.
Penyebab utama kerusakan berbahasa adalah perubahan gaya hidup modern. Penggunaan teknologi, terutama gadget dan media sosial, telah menggeser perhatian pelajar dari interaksi fisik dan komunikasi langsung. Ini bisa mengakibatkan penurunan kemampuan berbicara dan mendengar, serta kecenderungan untuk menggunakan singkatan dan bahasa nonformal dalam komunikasi sehari-hari. Lingkungan belajar yang kurang mendukung juga dapat mempengaruhi kerusakan berbahasa. Kurangnya stimulasi bahasa di rumah atau di sekolah dapat menghambat perkembangan kosakata dan keterampilan berbahasa. Begitu juga dengan rendahnya minat membaca dan menulis, yang bisa memperburuk situasi ini. Tanpa adanya dorongan dan contoh yang baik, pelajar mungkin kesulitan mengembangkan kemampuan berbahasa mereka dengan baik.
Dampak dari kerusakan berbahasa pada pelajar cukup serius. Kemampuan berkomunikasi yang buruk dapat menghambat keberhasilan akademis dan sosial. Pelajar mungkin merasa sulit untuk menyampaikan ide dan gagasan dengan jelas, baik dalam ujian maupun dalam interaksi sehari-hari. Ini juga dapat memengaruhi percaya diri mereka dan mengurangi peluang untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas atau kegiatan ekstrakurikuler.
Upaya perbaikan terhadap kerusakan berbahasa perlu dilakukan dengan serius. Pertama-tama, pendidik dan orang tua harus berperan aktif dalam mendorong penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi sehari-hari. Stimulasi bahasa dapat diberikan melalui membaca buku, berdiskusi, dan menulis secara teratur. Selain itu, sekolah dapat mempertimbangkan untuk mengadakan program tambahan yang fokus pada peningkatan keterampilan berbahasa.
Kerusakan berbahasa pada pelajar merupakan masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian. Perubahan gaya hidup modern dan lingkungan belajar yang kurang mendukung dapat menyebabkan penurunan kemampuan berbahasa. Dampaknya terhadap kemampuan akademis dan sosial pelajar membuat upaya perbaikan menjadi penting. Dengan dukungan yang tepat dari pendidik, orang tua, dan lingkungan belajar, pelajar dapat mengatasi masalah ini dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang lebih baik.
Pendidikan Berbahasa Santun
Pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter dan kemampuan individu. Salah satu aspek penting dalam pendidikan adalah penggunaan bahasa yang santun. Bahasa santun tidak hanya mencerminkan sopan santun, tetapi juga mampu meningkatkan efektivitas komunikasi. Dalam era globalisasi ini, keterampilan berkomunikasi yang baik menjadi lebih penting dari sebelumnya. Pendidikan berbahasa santun melibatkan pembelajaran tentang penggunaan bahasa yang tepat dalam berbagai situasi komunikasi. Hal ini mencakup penggunaan kata-kata yang sopan, penghindaran dari kata-kata kasar atau merendahkan, serta kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dengan menghormati pandangan orang lain. Dalam lingkungan pendidikan, bahasa santun juga mencakup etika dalam berdiskusi, saling mendengarkan, dan menghargai perbedaan pendapat.
Pentingnya pendidikan berbahasa santun terletak pada dampaknya terhadap perkembangan individu secara holistik. Bahasa yang santun menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan nyaman, di mana setiap individu merasa dihargai. Ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Lebih jauh lagi, kemampuan berkomunikasi yang baik akan membantu siswa saat memasuki dunia kerja, di mana interaksi dengan rekan kerja dan atasan memerlukan keterampilan berbicara dan mendengarkan yang baik.
Pendidikan berbahasa santun juga berperan dalam membentuk sikap toleransi dan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan bahasa. Ketika siswa diajarkan untuk menghormati bahasa dan budaya orang lain, mereka menjadi lebih terbuka terhadap perbedaan dan membangun hubungan yang harmonis dengan individu dari latar belakang yang berbeda. Hal ini penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan damai. Namun, pendidikan berbahasa santun bukanlah tanggung jawab sekolah semata. Peran keluarga juga sangat penting dalam membentuk kebiasaan berbicara yang sopan dan mengajarkan nilai-nilai etika dalam berkomunikasi. Sosial media juga memiliki peran dalam mempengaruhi pola komunikasi, sehingga diperlukan pemahaman tentang etika berbahasa dalam lingkungan digital.
Pendidikan berbahasa santun pada intinya aspek penting dalam pendidikan yang membantu membangun komunikasi efektif, menghargai perbedaan, dan membentuk karakter yang baik. Pendidikan semacam ini membekali individu dengan keterampilan berbicara dan mendengarkan yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan mengintegrasikan pendidikan berbahasa santun, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih bermartabat, inklusif, dan harmonis.
– Dosen Mata Kuliah Pembelajaran Sastra Anak Program Studi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung