Oleh Aqil Husein Almanuri
Gadget, salah satu barang yang hingga saat ini bisa dibilang menjadi salah satu kebutuhan pokok. Sebab, saat ini, orang-orang seakan tidak bisa hidup dan tidak bisa lepas dari gadget, entah sebagai hiburan melepas penat atau bahkan diperlukan untuk belajar dan pekerjaan. Terlebih, pasca pandemi, sistem daring sudah mulai jadi kecenderungan.
Di kehidupan nyata, gadget bukan lagi sebagai alat komunikasi. Fungsinya sudah merambah pada banyak aspek. Sebagaimana dikatakan di awal, gadget menjadi media atau alat untuk kita bekerja, mempromosikan barang dagangan, membuat desain, menulis, dan lain-lain. Kecenderungan terhadap gadget sudah kian dirasakan. Tanpa gadget, saya tidak bisa membayangkan kehidupan manusia saat ini akan seperti apa.
Tidak hanya dalam kehidupan orang dewasa. Gadget saat ini sudah merambah pada dunia anak-anak. Fitur dan aplikasi yang ditawarkan (misal contoh; game) menjadi daya tarik bagi mereka. Ini berbeda dengan realitas ketika saya masih kecil, andorid (yang saat itu masih dikuasai oleh peradaban Samsung Duos) sepi dari jangkauan anak-anak. Android hanya digunakan oleh orang dewasa saat itu, sekalipun ada konsumen anak-anak, itu sangat jarang sekali.
- Iklan -
Naifnya, penggunaan gadget di dunia anak-anak juga tidak hanya sekadar untuk permainan belaka (bukan hanya game). Tak sedikit anak-anak di bawah umur yang sudah mempunyai akun media sosial seperti Facebook, Whatsapp, Instagram, Tik-tok, dan bahkan Twitter. Para bocil sudah mulai eksis di laman-laman media sosial tersebut. Tentu perkembangan seperti ini harus diwaspadai oleh para orang tua sebelum terlambat.
Maka, yang harus dilakukan pertama kali oleh para orang tua adalah menjaga mereka dari kebergantungan terhadap gadgetnya. Jangan sampai gadget mengambil alih perhatian mereka dari realitas kehidupan yang sesungguhnya. Apalagi di usia yang masih terlalu dini. Di satu sisi, gadget sebenarnya bagus untuk tumbuh kembang anak. Namun di sisi lain, ia sangat berbahaya jika tidak dikendalikan dengan baik. Di sinilah para orang tua harus mulai membangun kesadaran tersebut.
Untuk itu, orang tua berperan penting dalam relasi antara anak-anak dengan gadgetnya. Karena peran penting itulah, harus ada cara, langkah dan upaya terhadap problem demikian. Orang tua adalah personal yang paling bertanggung jawab dalam hal ini. cara-cara yang mesti dilakukan pun bisa beragam.
Namun yang perlu diingat, sebisa mungkin orang tua tidak bersikap arogan. Maksudnya, orang tua jangan lantas memaksa anak untuk berhenti total bermain gadget, apalagi sampai menghancurkan dan membanting gadget mereka di hadapannya langsung. Hal itu justru memicu masalah yang lebih krusial terhadap tumbuh kembang si anak. Ini yang sering saya temukan di beberapa video. Padahal, memberi contoh dan pendekatan yang baik jauh lebih bagus. Dan berikut beberapa langkah yang bisa digunakan orang tua dalam mengendalikan anak dari kebergantungan gadget.
Pertama, menentukan jadwal. Dengan penjadwalan yang ada, kehidupan kita akan lebih teratur dan terpola dengan baik. Begitupun juga penjadwalan kepada anak. Berikan jadwal yang moderat kepada anak, artinya; tidak terlalu mengekang dan tidak pula terlalu membiarkan. Anak juga perlu diberi batasan-batasan, termasuk dalam menggunakan dan bermain dengan gadgetnya. Dengan timing (waktu) yang diberikan itu, anak akan teratur.
Sebagai contoh, di waktu tertentu, anak-anak harus belajar. Jadi di waktu tersebut, tidak ada yang bisa mengganggunya, termasuk gadget. Gadget mungkin bisa digunakan sebagai media pembelajaran, hanya untuk media belajar, bukan bermain. Nah, di waktu tertentu lainnya, kita bisa memberikan gadget kepada anak untuk refreshing, tentunya juga tetap dalam pengawasan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi, ada waktu untuk gadget free time (waktu bebas gadget), ada waktu untuk bermain gadget dengan tetap melakukan pengawasan.
Kedua, membuat permainan edukasi yang kreatif. Orang tua juga harus perlu kreatif dalam membimbing anak dan memberikan pendekatan tehadap si anak. Orang tua tidak boleh melulu memberikan tekanan kepada anak untuk berhenti bermain gadget tanpa mendatangkan solusi.
Nah, dengan ini orang tua bisa memutar otak untuk membuat permainan-permainan lain yang lebih menarik dan tentunya kreatif. Permainan menarik tersebut yang nantinya akan mengalihkan perhatian si anak untuk meninggalkan gadgetnya. Sebagai kakak, saya sering mencoba hal demikian kepada adik saya. Kadang saya mengalihkan perhatiannya kepada gedget dengan membuat akuarium dari botol bekas, membuat mobil-mobilan dari kardus, atau pernah membuat kapal dari pelepah pisang. Alhamdulillah, adik saya tertarik untuk bermain.
Ketiga, mengontrol konten gadget. Selain dua cara di atas, kontrol terhadap konten atau isi yang ada di gadget si anak perlu juga dilakukan. Hal ini untuk menjauhkan anak dari konten-konten yang tidak saja merusak pola pikirnya, namun juga bisa merusak akhlaknya. Pastikan konten-konten yang ada di dalamnya adalah konten-konten yang ramah anak dan sesuai dengan dunia mereka.
Konten-konten media sosial dan platform Youtube saat ini bisa saja memberangus tumbuh kembang dan moral si anak. Ada banyak konten yang tidak sesuai dengan usia mereka, dan jika tidak dikontrol akan menyebabkan madharat yang berkelanjutan. Betapa banyak generasi yang rusak hanya karena konten dewasa, yang sama sekali tidak sesuai untuk mereka konsumsi.
Nah, itulah cara kreatif yang bisa dilakukan orang tua dalam menjaga anak dari kebergantungan gadget. Kewaspadaan orang tua tentu sangat penting dan cara-cara kreatif juga perlu agar gadget tidak selalu menguasai dunia mereka. Wallah a’lam.
-Menulis di beberapa media, seperti: Radar Madura, Radar Banyuwangi, Harian Bhirawa Surabaya, Koran Analisa Medan, Koran Momentum Lampung, Harakatuna, Iqra.id, Duniasantri, dll.