Oleh Irna Maifatur Rohmah
Murid merupakan orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai bekal dalam hidupnya agar hidup bahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh. Murid di sini menjadi individu dengan identitas yang masih perlu dikembangkan agar tercapai hal harapan. Karenanya, perlu bimbingan dari individu atau lembaga yang memiliki pengalaman lebih guna meningkatkan atau mengembangkan potensi yang dimiliki murid.
Dalam hal ini, murid memerlukan guru untuk mentransfer ilmu. Selain itu guru juga menjadi role model yang dimiliki murid dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi bagi murid yang intens bertemu dengan guru. Guru hendaknya dalam kesehariannya mencerminkan keilmuan yang dimiliki dalam tindak tanduk. Dengan itu, murid akan semakin yakin dan mantap terhadap guru tersebut. Namun, tidak hanya guru yang memposisikan dirinya dalam mentransfer ilmu. Murid juga sudah sepantasnya mencari spot terbaik untuk mewadahi ilmu yang diberikan oleh guru.
Sebagai murid, santri, belajar kepada guru harus bisa memposisikan agar apa yang diperoleh maksimal. Proses belajar yang dilakukan oleh siswa terhadap guru seperti mengisi gelas dengan air dari kran. Memposisikan gelas sedemikian rupa sehingga air tidak banyak yang tumpah. Pun santri sebagai pembelajar.
- Iklan -
Pertama, agar air dapat ditampung maka kosongkan terlebih dahulu gelas yang akan diisi. Pindahkan isi gelas tersebut ke tempat lain yang lebih besar (penampungan), jangan dibuangnya begitu saja. Sama seperti kita, ketika hendak belajar, kosongkan sebagian otak kita, beri ruang untuk ilmu baru mengisi. Namun jangan sampai dilupakan ilmu yang sudah didapat sebelumnya. Hilangkan rasa sombong dan rasa sudah bisa terhadap ilmu yang diberikan. Luaskan hati agar rasa itu hilang dan ilmu dengan mudahnya masuk.
Kedua, posisikan gelas menghadap ke atas, tidak menghadap bawah agar air mudah masuk melalui mulut gelas. Jika posisi gelas terbalik (menghadap bawah) tidak mungkin air itu bisa masuk dengan baik. Dalam hal ini murid harus memposisikan dirinya sebagai murid yang membutuhkan petunjuk guru dan rendah hati jika memang ada hal yang sudah dikuasai sebelumnya. Bagaimanapun murid harus menjaga akhlak terhadap guru.
Ketiga, pilih gelas dengan mulut gelas yang lebar. Agar air tidak banyak yang keluar gelas. Sama seperti kita, buka hati selebar mungkin agar ilmu yang masuk maksimal. Terimalah dengan tangan terbuka pada ilmu dan tidak menolak ilmu tersebut. Bagaimanapun keadaannya, sebagai murid kita harus membuka pikiran seluas mungkin sehingga bisa menerima perbedaan dan tidak terbenturkan dengan perbedaan yang mungkin terjadi.
Keempat, jangan pilih gelas yang berlubang atau bocor agar tidak hanya lewat airnya. Sama seperti kita, jangan ikuti niat dengan niat yang kurang baik. Itu akan menghambat masuknya ilmu. Jaga niat, hati dan tujuan supaya lurus karena Allah. Selalu perbarui niat kita ketika benih-benih kesombongan dan didomplengi motif lain.
Kelima, posisikan gelas tepat di bawah kran tempat keluarnya air. Jangan di atas kran. Posisikan kita di bawah guru, hormati guru bagaimana pun kondisinya. Jangan sombong pada guru karena sepandai-pandainya kita kalah jauh pengalamannya dari guru kita. Walaupun secara akal murid mungkin lebih pandai namun tetap saja murid kalah dalam hal pengalaman dan kalah dalam durasi atau jam terbangnya di suatu bidang keilmuan.
Kurang lebihnya seperti itulah beberapa posisi kita dalam mencari ilmu. Laiknya mengambil air di kran, murid harus menjaga posisi yang paling utama agar ilmu yang didapat maksimal. Selain itu yang terpenting adalah niat dan menjaga niat murid dalam mencari ilmu yaitu agar mendapat ridha dari Allah SWT.
-Irna Maifatur Rohmah, Pendidikan UIN Prof Dr KH Saifuddin Zuhri Purwokerto, Pondok Pesantren Nurul Iman Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas