Oleh Irna Maifatur Rohmah
Sore itu seorang guru BK akan membagikan sertifikat hasil tes TPA (tes potensi akademis) yang lalu. Randi yang duduk di bangku belakang asik bergurau dengan teman sebelahnya. Guru itu mulai membagikan sertifikat itu. Sertifikat dibagikan menurut banyaknya skor. Skor tertinggi dibagikan di awal. Guru itu memanggil satu persatu. “Randi.” Panggil guru itu. Randi dipanggil pertama kali. Randi bangkit dan menggambil sertifikatnya. “Randi, udah biasa dapet peringkat satu?” Tanya guru itu. “Iya, Bu.” Jawab Randi. “Pantes.” Sahut guru Bk itu. Lalu guru itu memanggil urutan selanjutnya.
Dari cerita di atas, Randi mendapat skor TPA tertinggi di kelasnya. Randi juga biasa mendapat peringkat satu di kelasnya. Guru BK yang jarang masuk kelas pun bisa menebak Randi sebagai juara kelas. TPA ternyata bisa mengukur kecerdasan anak. Lalu apa pengaruhnya?
Berikut ini pengaruh TPA dalam akademis:
- Iklan -
Pertama, TPA melatih untuk berlogika. Artinya, dalam pengerjaan TPA anak dituntut untuk memerankan logika dalam pengerjaannya. TPA menggali kemampuan untuk berpikir lebih. Soal bisa jadi panjang dan rumit, namun penyelesaiannya bisa dilihat dari pilihan jawabannya. Dalam TPA ada tipe soal yang mengandung bacaan banyak. Nah, di situ anak diajak berlogika. Bagaimana caranya menyelesaikan tanpa membaca keseluruhan isi teks.
Dalam akademis pun demikian. Anak harus bisa memahami dan menggunakan logika agar dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih cepat. Semakin cepat anak dapat menyelesaikan, maka dipastikan anak itu mengunakan logikanya. Tidak hanya menggunakan teori yang di dapatnya. Anak yang memiliki skor TPA tinggi anak semakin cepat menguasai materi akademis yang disampaikan guru.
Kedua, TPA menuntut untuk memahami kata dan kalimat. Permainan kata dalam TPA sangat unik. Dalam TPA terdapat penyimpulan kata yang dapat mengukur pola pemikiran anak. Dengan itu, pola pikir anak dapat terlihat dan bisa terukur seberapa besar potensi anak dalam akademisnya. Penyimpulan dan pemahaman kata dalam TPA cukup mumpuni untuk menilai kemampuan akademis anak.
Dalam akademis sendiri, anak harus rajin studi literasi baik kelompok maupun mandiri. Di sini akan terlihat seberapa cepat anak dapat memahami apa yang dibaca. Apalagi untuk literasi yang tergolong berat, tidak hanya sekali anak langsung paham, butuh dua atau tiga kali untuk memahami makna dari sebuah kalimat.
Ketiga, TPA mengukur fokus anak. Dalam pengerjaan TPA, waktu yang diberikan tidak banyak. Sekitar satu menit per soal. Fokus adalah kunci utama dalam penyelesaian TPA. Fokus yang baik akan mempercepat dan menambah skor yang di dapat. Fokus yang mempengaruhi dapat TPA.
Dalam akademis, fokus sangat penting. Fokus dapat dilatih dengan TPA. Fokus adalah kunci dalam belajar. Dengan fokus, pemahaman anak akan maksimal. Skor TPA yang tinggi pasti didapat dengan fokus yang tinggi. Fokus merupakan kunci untuk melakukan apapun.
Keempat, TPA melatih berpikir cepat. Waktu yang terbatas dalam TPA menuntut anak untuk berpikir cepat dengan penyelesaian yang tepat. Dengan berpikir cepat, anak akan kritis dan berkembang. Berpikir cepat adalah hal yang dibutuhkan dalam akademis.
Di akademis anak dituntut untuk berpikir. Berpikir merupakan hal yang wajib untuk siswa. Anak akan semakin meningkat dalam akademis dengan berpikir cepat. Berpikir yang cepat melatih anak dalam kedisiplinan. Nah, dengan TPA yang tinggi anak akan semakin baik dalam akademis sebanding dengan kecepatan berpikirnya.
TPA sangat berpengaruh dalam akademis anak. Kemampuan anak dapat diukur dari TPA itu sendiri. Sehingga tidak heran jika dalam penerimaan mahasiswa ataupun dalam instansi pendidikan lainnya TPA tidak pernah tertinggal untuk diujikan. Bahkan dalam dunia kerja pun tak tertinggal. Mengapa demikian? Karena TPA mengukur isi otak, artinya kemampuan seseorang akan terlihat dari hasil TPA itu.
-Irna Maifatur Rohmah, Alamat domisili : Pasir Wetan 3/2 Karanglewas, Banyumas , pendidikan : UIN Prof Dr KH Saifuddin Zuhri Purwokerto, Pondok Pesantren Nurul Iman Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas