Oleh : Kurnia Laili Khamida
Menghadapi tantangan megatrends menuju Indonesia emas 2045, banyak upaya serta kebijakan yang dilakukan pemerintah. Meliputi revolusi mental, pencegahan stunting, pembangunan sumber daya manusia dengan fokus khusus pada generasi usia dini, layanan kepegawaian yang cukup progresif di beberapa tempat, dan lain-lain. Hal tersebut memberikan peluang besar bagi kualitas generasi muda yang akan menyongsong Indonesia emas 2045 nantinya. Mereka dibekali beberapa upaya tersebut dengan harapan dapat menyelesaikan problematika negara kedepannya. Terlebih pada delapan tahun mendatang, dimana akan hadir peluang bonus demografi yang perlu kita manfaatkan dengan sebaik mungkin sehingga indonesia berhasil menikmati keberhasilan bonus demografi dan menjadi negara maju menyongsong posisi kedudukan ekonomi dunia sesuai dengan harapan dan kalkulasinya.
Namun hal diatas tidaklah cukup, mengingat adanya fenomena degradasi moral yang menjadi ancaman besar dalam perjalanan perbaikan tersebut. Menimbang keadaan saat ini, kerap muncul beberapa kasus mengenai pembunuhan, pelecehan, pembulian, perjudian serta contoh degradasi moral lain yang dikhawatirkan akan merusak kesetabilan kualitas generasi emas nantinya. Pada era digital, semua manusia dapat dengan bebas mengakses berita dengan cepat. Namun, beberapa berita tersebut belum tentu tepat bagi para pemirsanya. Sebab, beberapa berita dengan asumsi negatif mampu menyeret pikiran negatif dan berkembang menjadi karakter yang negatif pula. Saat ini kebebasan pers memang sudah di atur serta di linierkan dengan kode etik jurnalistik yang menyertai. Namun kesiapan masyarakat dalam menerima kebebasan pers tersebut dinilai kurang. Sebab, tak semua masyarakat dapat menyaring informasi yang cepat masuk dalam media. Terlebih beberapa media juga dianggap kurang mampu bertanggung jawab dengan apa yang dia beritakan.
Beberapa masyarakat lebih tertarik untuk menikmati suguhan informasi dengan impac negatif. Hal ini di manfaatkan sebagai peluang pemasaran dan target penonton oleh beberapa media. Menimbang keinginan masyarakat, maka muncullah konten media yang sesuai dengan keingginan pasar yang negatif. Hal ini berimpac pada moral yang tumbuh pada generasi muda yang tercetak dari apa yang biasa mereka tonton. Pendidikan karakter perlu lebih ditekankan kembali demi keseimbangan antara kualitas pendidikan serta kualitas karakter.
- Iklan -
Sayangnya, kita tak dapat menutup mata prihal kemajuan ilmu teknologi yang mengantar kita dan generasi Indonesia pada impac-impac yang terjadi. Mengingat salah satu visi Indonesia 2045 yaitu membangun manusia dan penguasaan teknologi. Kita perlu membuka diri dan menyelam pada kemajuan iptek, sehingga terpaksa harus menerima segala konsekuensi serta negatif impac yang akan hadir selanjutnya. Pemerintah telah memikirkan hal ini dan menangulanginya dengan cara pemblokiran beberapa situs porno. Namun tak ayal, masih selalu ada saja cela-cela IPTEK yang membawa situs itu kembali hadir. Upaya pengulangan perlu ditingkatkan kembali, dan ini menjadi tanggung jawab bersama. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dinilai menjadi sebuah kebutuhan bersama.
Degradasi moral yang terjadi saat ini dikhawatirkan membuka problematika baru prihal ketimpangan sosial. Walaupun sebenarnya pemerintah juga sudah menyiapkan gebrakan besar menghadapi ketimpangan sosial yang terjadi seperti ; mendidik calon tengah kerja dengan program job matching oleh keminfo, serta meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Namum realitanya, sarana prasarana dalam proses penunjang pendidikan tersebut tidaklah semulus data. Pendidikan yang berkualitas tak lepas dari tenaga pendidik yang unggul. Pemerintah perlu meninjau kembali hasil lapangan berfokus tentang hal ini. Hari ini masih banyak guru swasta yang nyaris tak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hari ini juga, banyak beasiswa yang alur pencairannya masih terkendala. Banyak mahasiswa yang bahkan tak bisa melunasi UKTnya, dan terpaksa mengajukan cuti atau bahkan putus kuliah.
Hal ini membuka pemahaman bahwasannya, degradasi moral bukan hanya terjadi pada lingkup generasi Z. Realitanya degradasi moral yang timbul di ranah pemerintahan juga mengakibatkan ketimpangan sosial yang menghambat kebijakan dan upaya pemerintahan. Beberapa kasus korupsi dan penggelapan data, mempengaruhi kemajuan layanan masyarakat dan pembangunan infrastrukrtur. Pentingnya peningkatan infrastruktur tersebut juga memiliki relasi dan dampak pada kemajuan bonus demografi. Menginggat salah satu syarat keberhasilan bonus demografi ialah peningkatan sarana prasarana infrastruktur dan lapangan kerja.
Hal ini menjadi essensi yang perlu ditinjau kembali. Sebab, peningkatan usia produktif yang tidak diimbangi oleh peluang lapangan kerja akan melahirkan pengangguran-pengangguran yang kembali menjadi beban negara. Lebih dari itu, tindak korupsi juga menimbulkan beberapa ketimpangan politik dan demokrasi. Sebab tindak korupsi mampu menawan pemerintah dan memberi kausalitas penguatnya plutokrasi (sistem politik yang mayoritas kekuasaan dimiliki oleh pemilik modal).
Diharapkan penegasan peraturan oleh pemerintah mengenai masalah-masalah di atas. Walau realitanya pemerintahpun tak bisa berjalan sendiri tanpa adanya support dan kesadaran masyarakat. Sehingga di tegaskan kembali bahwa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat menjadi essensi kelancaran agenda bonus demografi 2030 mendatang. Sebab, seyogyanya bukan saja pemerintah harus melaksanakan upaya kesuksesan bonus demografi. Semua oknum masyarakat dapat ikut serta dalam pergerakan serta pelaksanaannya. Dimulai dari kesadaran diri, dan kontrol keluarga serta lingkungan terdekat. Kontrol tersebut meminimalkan kehadiran degradasi moral. Peningkatan pemahaman keagamaan juga diperlukan, mengingat sila pertama ideologi pancasila adalah ketuhanan yang Maha Esa. Kita perlu mencetak generasi emas yang bukan saja memiliki kemajuan di bidang iptek. Namun, tetap berpegang pada syara’ yang berkesinambungan dengan idiologi bangsa.
-Mahasiswa Fakultas Syariah Hukum dan Ekonomi Islam Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung