Oleh Sam Edy Yuswanto*
Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa pendidikan anak merupakan tanggung jawab yang harus ditunaikan secara bersama-sama oleh kedua orangtua, ayah maupun ibu. Selama kedua orangtua masih hidup, mereka memiliki tanggung jawab yang sama, yakni mendidik anak. Bukan sekadar mendidik, tapi juga memberikan pendidikan terbaik.
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah: kira-kira pendidikan terbaik itu yang seperti apa? Menurut pemahaman saya, pendidikan terbaik adalah pendidikan yang selalu berlandaskan dengan koridor agama. Jadi, orangtua yang hanya sekadar menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah umum, belumlah dianggap cukup. Karena pendidikan agama tidak boleh kita kesampingkan, justru pendidikan agama adalah hal yang sangat urgen bagi masa depan anak-anak kelak. Idealnya, antara pendidikan umum dan agama, harus diupayakan dengan berimbang oleh orangtua terhadap anak-anaknya.
Pendidikan agama bisa dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitar kita. Dan itu harus dimulai ketika anak masih kecil. Mengajak anak agar berperilaku mulia, seperti mengajarkan membaca doa terlebih dahulu sebelum makan dan minum, mengajari tata cara beribadah yang benar, mengajak anak agar shalat berjamaah di masjid, itu semua termasuk upaya yang sangat positif yang dapat dilakukan oleh setiap orangtua dalam rangka memberikan pendidikan terbaik kepada putra-putrinya.
- Iklan -
Hal yang juga tak kalah penting diperhatikan oleh para orangtua saat mendidik anak adalah: berusaha melakukan pendekatan yang akrab dan dengan teknik atau cara-cara yang baik. Terlebih bila ada anak yang sejak kecil sudah tampak berbeda dengan anak-anak kebanyakan. Misalnya sangat bandel dan sulit diatur. Ini tentu menjadi PR bersama, bagaimana mencari cara yang tepat agar anak bisa menuruti arahan dari orangtuanya.
Jangan sampai orangtua menggunakan cara kekerasan dalam mendidik anak. Karena hal tersebut akan melukai fisik dan kejiwaan anak. Bahkan bisa menumbuhkan bibit-bibit dendam hingga anak beranjak dewasa. Tak bisa dibayangkan ketika ada anak merasa dendam dan enggan mendengar nasihat orangtua hanya gara-gara orangtua keliru dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya.
Metode atau cara yang baik tentu saja sangat diperlukan dalam memberikan pendidikan kepada anak. Cara-cara yang baik misalnya, dengan bahasa yang enak dan tidak terkesan memerintah, disertai dengan keteladanan dari orangtua itu sendiri. Jangan sampai orangtua mengajarkan kebaikan-kebaikan kepada anak tetapi orangtuanya sendiri malah tidak mempraktikkannya. Hal ini tentu akan berakibat buruk bagi kejiwaan si anak.
“Ayah dan ibu saja tidak pernah pergi ke masjid, masa menyuruh aku agar selalu shalat berjamaah di masjid,” mungkin ini yang terbetik di benak si anak ketika dia selalu disuruh pergi ke masjid, sementara orangtuanya malah duduk santai di rumah sambil, misalnya menonton televisi atau bermain ponsel.
Pendidikan, sebagaimana diungkap Eriza Hasel (2016: 80) pada dasarnya bermakna mengubah sesuatu hal yang tidak benar menjadi benar dengan cara yang benar. Prosesnya bisa bertahap, tidak bisa spontanitas. Bertahap melalui pembiasaan-pembiasaan dalam keseharian anak, sehingga kelak menjadi kebiasaannya. Kebiasaan yang baik ini apabila terus istiqamah dilakukan dengan bimbingan orang tua dan lingkungan yang baik, maka insya Allah anak akan memiliki sifat yang baik.
Ya, memang benar. Tidak ada yang spontanitas atau instan ketika kita mendambakan pendidikan terbaik untuk anak-anak kita. Segala sesuatu tentu ada prosesnya. Tetap bersabar dan jangan putus asa ketika sesekali waktu anak-anak kita bandel dan sulit diatur. Seiring berjalannya waktu, anak akan memahami bahwa apa yang dilakukan oleh orangtuanya adalah untuk kebaikan dirinya.
Selain berikhtiar mendidik anak, baik secara langsung saat di rumah, saat di sekolah, atau ketika memasukkan anak ke pesantren, orangtua juga perlu melengkapinya dengan tirakat batin. Misalnya rajin mendoakan kebaikan pada anak dan berusaha mencari rezeki dengan cara-cara yang halal. Ketika orangtua selalu berusaha menafkahi anak-anaknya dengan rezeki halal, insya Allah keberkahan (salah satunya keberkahan dalam mendidik anak) pun akan diraihnya.
Selain peran orangtua dan juga para guru di sekolah, pendidikan terbaik juga sangat erat kaitannya dengan lingkungan sekitar kita. Ketika lingkungan sekitar kita memiliki aura positif, maka akan ikut mendukung anak-anak untuk berperilaku positif. Namun, sebaliknya, bila lingkungan di sekitar kita ‘tidak sehat’ maka bisa memberikan pengaruh yang buruk bagi tumbuh-kembang anak.
Namun menrut saya, semua sangat tergantung dari bagaimana cara orangtua menyikapinya. Artinya, meskipun lingkungan di sekitar kita sangatlah positif, tapi bila kita tidak bisa mengarahkan anak-anak kita kepada kebaikan dan pentingnya memiliki perilaku mulia, maka jangan harap anak akan memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, meskipun lingkungan sekitar kita kurang, bahkan tidak sehat, akan tetapi anak dapat tumbuh normal dan berperilaku baik ketika orangtuanya bisa memberikan arahan yang baik dan tepat kepada anak-anaknya. Wallahu a’lam bish-shawaab.
*Penulis lepas, mukim di Kebumen.