Oleh:Thesya Ramadhani Dilma
Tokoh Pan Balang Tamak identik dengan perilakunya dalam masyarakat Bali. Perilaku tokoh Pan Balang tamak yang menarik disini adalah dua kepribadiannya yang berbeda. Kepribadian tokoh Pan Balang Tamak yang mempunyai sisi negatif pada sastra lisan dan kepribadiannya yang bersisi positif pada sastra tulis dan artefak seperti dalam teks GBT. Pada Sastra lisan akan diceritakan oleh masyarakat bagaimana nakalnya seorang tokoh Pan Balang Tamak. Ia memiliki sikap yang suka berbohong, kadang mencuri, kadang ingin menang sendiri, dan kadang juga licik dan pemalas. Sikap tokoh Pan Balang Tamak ini seringkali dibenci masyarakat Bali. Karena masyarakat tentu saja tidak ingin bergaul dengan seseorang yang seperti itu. Sehingga dari mulut ke mulut, dari cerita satu ke cerita berikutnya, hanya sikap buruk dari tokoh Pan Balang Tamak saja yang terukir pada sastra lisan masyarakat Bali.
Selanjutnya, sikap kedua dari tokoh Pan Balang Tamak adalah seperti seorang dewa. Hal ini diakibatkan karena masyarakat Bali yang identik dengan cerita dewa-dewinya. Pan Balang Tamak diceritakan lahir dari air suci dewa batara brahma yang jatuh ke tengkulak atau tempurung kelapa. Ia adalah anak yang suci serta tutur katanya juga baik. Diceritakan, dalam situasi apapun seperti perdebatan, tokoh Pan Balang Tamak akan selalu menang. Pan Balang Tamak memiliki sikap yang cerdik tapi bukan berarti berbohong seperti yang dikatakan pada sastra lisan, tokoh Pan Balang Tamak begitu pandai mengatur situasi sehingga ia bisa selalu menang. Sebagaimana sikap dewa yang selalu bisa mengatasi situasi dan kondisi walaupun itu di luar dugaannya. Sehingga, tokoh Pan Balang Tamak dianggap sebagai tokoh penting seperti seorang dewa walaupun sikapnya dan kehidupan Pan Balang Tamak layaknya manusia biasa. Jadi, kehidupan tokoh Pan Balang Tamak seperti dua dimensi yang berbeda. Padahal sebenarnya ia hidup diwaktu yang sama namun punya dua versi cerita yang berbeda dan itu sangat menarik.
- Iklan -
Di luar negeri, Bali terkenal dengan keragaman budayanya. Keragaman ini tidak lepas dari peran bahasa Bali. Keragaman budaya masyarakat Bali meliputi sistem pencaharian, sistem sosial, sistem peralatan, sistem religi, sistem keilmuan, sistem bahasa, dan sistem kesenian. Sehingga dengan keragaman tersebut, Bali mempunyai potensi besar untuk pengembangan wisata budaya yang berbasis budaya Bali. Bali mempunyai banyak ikon wisata seperti, wisata kuliner, wisata pantai, dan wisata pada alam pegunungannya. Keunikan Bali yang unik dari daerah lain di Indonesia menjadikannya sebagai salah-satu tujuan wisata terbesar di dunia.
Bali gemerlap dengan kunjungan jutaan wisatawan domestik maupun internasional di setiap tahunnya. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (BPSPB), tahun 2019 jumlah kedatangan wisatawan asing ke Bali mencapai 6.275.210 wisatawan. Kebudayaan Bali adalah aset pariwisata serta magnet bagi para wisatawan. Pariwisata Bali mulai berkembang pesat sejak tahun 1970-an. Bali memantapkan posisinya sebagai destination populer di dunia. Citra pariwisata Bali bukan diberikan oleh penduduk asli stempat (penduduk lokal) melainkan oleh mereka yang datang dari luar. Konstruksi tentang Pulau Bali yang merupakan pulau yang indah, pulau surga, pulau seribu pura, dan sebagainya membawa pengaruh terhadap perkembangan pariwisata.
Selain pariwisata Bali yang begitu indah, hal yang tak kalah menonjol dari Bali adalah kebudayaannya. Selain memiliki keindahan akan alam pegunungan, keindahan pedesaan dengan pola perkampungan yang khas, flora dan fauna yang beragam, pantai yang indah dan memukau, wisata bahari, dan hutan mangrove nya. Sosial budaya Bali, seperti religiusitas, adat-istiadat, kesenian, tradisi, norma, dan masyarakatnya yang sangat ramah menambah keindahan pada Bali. Sehingga citra Bali semakin dikenal luas sampai ke dunia internasional.
Masyarakat Bali sangat menjaga adat istiadat yang telah diwariskan leluhurnya. Bali memiliki tingkat sosialisasi yang tinggi. Bali memiliki nilai kearifan lokal yang menjadi panutan untuk masyarkatnya. Masyarakat Bali memiliki dua tradisi yang sangat menarik, yaitu (1) Tri Hita Karana, terdiri dari tiga aspek yang menekankan pada hubungan manusia dalam kehidupan di dunia. Pertama, unsur parhyangan adalah nilai keseimbangan dan keserasian antara manusia dengan Tuhan, diimplementasikan dengan menjaga kawasan sui, memeberi ruang dan hak beribadah sesuai agama masing-masing. Kedua, unsur pawongan adalah nilai keseimbangan dan keserasian antar manusia yang dilakukan melalui pengaturan kependudukan dnegan tetap mempertahankan kewenangan Desa Adat dalam pengaturan masyarakat, menanamkan nilai-nilai moderasi beragama, toleransi, sehingga masyarakat hidup selarasa dan harmonis. Ketiga, unsur palemahan adalah nilai keseimbangan dan keserasian hubungan manusia dengan alam lingkungan dengan cara mempertahankan arsitektur Bali pada setiap bangunannya, mempertahankan konsep hulu teben sebagai hierarki tata ruang di Bali, mempertahankan lingkungan hidup untuk mendukung keharmonisan hidup pada masyarakat bali. (2) Menyama Braya, adalah tradisi menjaga hubungan baik antar umat beragama tanpa adanya perbedaan sebagai penghalang untuk menciptakana sebuah masyarakat yang rukun, harmonis, dan saling menghormati.
Masyarkat Bali yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu, namun ia tidak membedakan masyarakat manapun. Masyarakat Bali mampu memberikan kenyamanan bagi para pengunjungnya sehingga wisatawan betah dan ingin berlama-lama disana. Ada beberapa kebiasaan masyarakat bali, yaitu pertama, murah senyum, Seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, masyarakat yang berada di Bali tidak akan sungkan melemparkan senyumnya pada siapapun termasuk kepada wisatawan. Senyuman adalah salah-satu keramah-tamahan yang dimiliki masyarakatnya. Kedua, tamu adalah raja, karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bali membuat masyarakatnya dengan mudah menguasai bahasa asing. Kemampuan beradaptasi masyarakat Bali yang begitu bagus membuat turis betah berlama-lama di Bali. Ketiga, menjunjung tinggi adat dan budaya, banyaknya wisatawan dengan berbagai kebudayaan datang ke Bali tidak membuat masyarakat Bali melupakan budaya daerah asalnya. Bali tetap melestarkan apa yang menjadi budayanya seperti, ngaben yang merupakan budaya kematian masyarakat Bali. Keempat, selalu mempunyai kamar kosong untuk penginapan tamu, jika ke Bali kita tidak perlu takut jika kehabisan kamar hotel atau penginapan. Dengan mencoba meminta izin pada salah-satu rumah warga yang berada di sekitar kawasan wisata, mereka akan dnegan sennag hati mengizinkan kita menginap baik satu atau dua hari dengan tetap menjaga sopan santun. Kelima, Mudah akrab, masyarakat Bali akan cepat dan mudah bergaul dengan wisatawan. Hal ini karena Bali yang merupakan sektor wisata membuatnya harus bergaul dengan para turis.
Keenam, selalu siap menjadi guide, masyarakat Bali akan dengan senang hati mengantarkan wisatawan ke tempat-tempat wisata yang ada di Bali. Ini juga merupakan keuntungan bagi turis karena tidak susah-susah mencari tour guide. Ketujuh, Punya banyak ritual unik, masyarakat Bali yang sangat terikat dengan norma keagamaan dan sosial membuat wisatawan terkagum-kagum melihat berbagai ritualnya seperti, ritual mesaiban dan ngejot. Kedelapan, Selalu menjaga alam, masyarakat Bali menganggap alam bukan hanya warisan leluhur tetapi juga sebuah tempat yang harus dijaga kelestariannya. Hal ini membuat alam di Bali sangat asri dan indah. Kesembilan, punya nilai seni tinggi, masyarakat Bali mempunyai nilai seni yang tinggi terutama pada, musik, tarian, dan patung yang menjadi pusat konsentrasi eksplorasi kreativitas seni masyarakat Bali. Bali yang tidak pernah sepi akan pengunjung, membuat Bali sangat dikagumi dan dirindukan banyak wisatawan. Masyarakat Bali yang mempunyai tutur kata lembut dan ramah membuatnya begitu diminati sebagai tempat wisata maupun bersantai dari kehidupan. Masyakarat Bali sangat menjunjung tinggi nilai tolong-menolong. Jika saja kita ada yang tersesat di Bali, maka dengan senangg hati masyarakatnya akan membantu dan menuntun kita untuk menemukan alamat yng benar. Bahkan, tidak tanggung-tanggung mereka bukan hanya menunjukkan arah tetapi ikut mengantarkan ke tempat tujuan kita. Keramahan masyarakat Bali inilah yang menjadi kerinduan tersendiri bagi turis asing. Hal ini disebabkan karena di negaranya sendiri, hal ini tidak akan pernah ia temukan.
(Bersumber dari buku I Wayan Wastawa: Identitas Tokoh Pan Balang Tamak Dalam Teks dan Konteks Masyarakat Bali)
-Penulis Mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas