Oleh Sam Edy Yuswanto*
Anak adalah tanggung jawab setiap orangtua. Di antara bentuk tanggung jawab yang harus ditunaikan ialah mendidiknya dengan baik. Tentu semua orang memahami bahwa yang namanya mendidik anak bukan perkara yang mudah. Diperlukan sikap sabar luar biasa dan beragam metode agar anak mengerti dan memahami dengan apa yang diajarkan oleh orangtuanya.
Tak hanya mengajarkan dengan ucapan atau nasihat-nasihat bijak saja, tetapi yang tak kalah penting ialah berupaya untuk memberikan contoh atau keteladanan yang baik pada anak. Contoh yang baik sepertinya lebih efektif daripada sekadar nasihat-nasihat (yang sebenarnya bagus) tanpa disertai keteladanan.
Ada tiga komponen penting pada kalimat “keteladanan orang tua dalam keluarga”. Pertama; keteladanan yaitu bagaimana kita memberi contoh yang benar dalam berbicara, benar dalambersikap, benar dalam berpikir dan benar dalam berupaya. Kedua; orang tua, yaitu sebagai pemegang amanah dari Allah atas anak yang telah dianugerahkan untuk dipelihara, dididik dan dipenuhi haknya sebagai seorang anak. Ketiga; keluarga sebagai organisasi terkecil dalam kehidupan seseorang dan memiliki peran penting dalam kebiasaan, pendidikan dan pembentukan karakter seseorang (Lia, aceh.kemenag.go.id).
- Iklan -
Seorang anak tentu akan sulit memiliki kebiasaan yang baik bila di lingkungan keluarganya tak diajari (dengan keteladanan) oleh orangtuanya. Kita tentu sepakat dengan ungkapan bijak yang mengatakan bahwa “anak adalah cerminan orangtuanya”. Ya, memang benar adanya, perilaku anak memang biasanya meniru perilaku yang biasa dilakukan oleh orangtuanya. Benar juga pepatah yang mengatakan bahwa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”.
Menjadi Tempat Curhat Buat Anak
Saya yakin, setiap orang memiliki tempat curhat atau mencurahkan isi hati. Hal ini tentu sangat manusiawi karena manusia adalah makhluk sosial yang tak kuasa hidup sendirian. Artinya, kehadiran manusia lain sangat kita butuhkan. Curhat adalah salah satu kebutuhan yang ‘niscaya’ dalam kehidupan ini. Tentu tak semua orang bisa diajak sebagai tempat curhat. Kita harus memilih orang yang tepat sebagai tempat curhat, yang tak hanya sekadar mendengarkan tapi juga memberikan masukan atau kritik dan saran yang membangun.
Nah, seorang anak pun demikian. Dalam pertumbuhannya, kelak dia akan mencari tempat curhat yang nyaman. Bila orangtuanya tak memiliki perhatian atau kepedulian padanya, tentu anak akan mencari tempat curhat yang membuatnya merasa nyaman, merasa didengarkan isi hatinya, merasa dihargai. Orangtua yang kaku dan keras dalam memperlakukan anaknya, biasanya membuat anak menjadi enggan untuk berterus terang tentang segala persoalan yang dihadapinya. Anak akan merasa takut untuk curhat pada orangtuanya, alih-alih didengarkan atau dimengerti, anak akan diceramahi bahkan dimarahi atau disalah-salahkan.
Alangkah bahagianya bila seorang anak memiliki kedekatan atau keakraban dengan kedua orangtunya, bahkan dengan saudara-saudara lainnya. Kedekatan dan keakraban di sini tentu sangat penting agar setiap hal yang tengah dialami oleh anak, suka maupun duka, orangtua dapat mendampinginya, menghadapi dan melewati setiap persoalan bersama-sama. Sebaliknya, adalah sebuah ironi bila ada sebuah keluarga yang antara anak-anak dan orangtua sibuk dengan urusan masing-masing, tak ada kedekatan dan ikatan batin yang kuat. Hal inilah yang menyebabkan anak memilih mencari orang lain yang bisa menjadi tempat atau sandaran dalam berbagai hal.
Wida Az Zahida dalam buku Ayah, Bunda, Dampingi Aku Menuju Remaja (Indiva, 2018) menyadari, menjadi teman bagi anak kita bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Kita harus menjaga ego dan belajar mengerti sudut pandang remaja. Kita berusaha menjadi teman yang sederajat tanpa kehilangan wibawa sebagai orang tua. Meski demikian, menjadi tempat utama anak remaja kita mencurahkan isi hati, keluh-kesah, dan pikiran menjadi jalan yang memiliki berbagai keuntungan. Kita dapat memperoleh informasi tentang apa saja yang anak kita alami, gambaran tentang teman-teman mereka, keinginan-keinginan, dan cara pandang mereka. Dengan menjadi teman curhat mereka, kita dapat lebih mudah memberi nasihat dan masukan untuk mereka.
Mudah-mudahan, tulisan singkat dan sederhana ini dapat menjadi sarana merenung bagi para orangtua, tentang pentingnya kedekatan orangtua dengan anak-anaknya. Kedekatan yang sifatnya tak hanya lahirian saja, tapi juga batiniah; berusaha memahami kebutuhan batin sang anak. Wallahu a’lam bish-shawaab.
***
*Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.