Oleh: Dini Salamah
Saat ini kehadiran revolusi industri 4.0 yang berbasis digitalisasi dan otomatisasi menuntut perubahan di segala bidang. Dalam rangka menyambut revolusi 4.0 ini, Pemerintah Indonesia pun melakukan berbagai pembaharuan terutama dibidang pendidikan. Sebagai bentuk nyata respon pemerintah terhadap revolusi 4.0 yaitu dengan mengembangkan sistem pembelajaran secara tidak langsung/ daring (dalam jaringan) melalui media internet untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di era 4.0 sangatlah penting. Khususnya bagi guru yang berperan penting sebagai tenaga pendidik. Maka dari itu, Guru dituntut untuk trampil dan menguasai IPTEK. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (PUSTEKKOM), yang di sampaikan oleh Gatot Suhartowo bahwa baru 40 persen total guru di seluruh Indonesia yang melek Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sedangkan 60 persen dari guru di Inonesia masih gagap akan penguasaan TIK(jejakrekam.com, diakses pada 29/06/2022).
Hal ini menjadi problematika yang cukup serius. Bagaimana peserta didik bisa menguasai ilmu TIK, jika para guru yang mendidik mereka saja masih tabu akan hal tersebut? Mengatasi problem ini, pemerintah melakukan berbagai trobosan baru. Melalui peraturan menteri pendidikan No 35, 36, 37 tahun 2018 oleh Muhadjir Effendy (Mendikbud saat itu), diperkenalkan mata pelajaran baru yang bernama Informatika. Dengan dikeluarkannya mata pelajaran baru ini diharapkan peserta didik maupun guru mampu melek dan menguasai ilmu khususnya dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.
- Iklan -
Selanjutnya, mata pelajaran informatika yang dikembangkan ini ialah metode pembelajaran berbasis STEM. Apa itu STEM? STEM adalah singkatan dari Science, Technology, Engineering and Mathematics. Beberapa kalangan ada yang menambahkan disiplin seni (Art) ke dalamnya sehingga berubah menjadi STEAM. STEM adalah sebuah sistem pembelajaran yang diperkenalkan oleh lembaga yang bernama National Science Foundation di Amerika pada tahun 1990-an. Dengan tujuan utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Science, Technology, Engineering and Mathematics adalah empat aspek yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Lalu bagaimana pengertian dari masing-masing aspek tersebut?
Pertama, Science (sains) ialah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fenomena alam yang menjadi dasar dari teknologi. Kedua, Technology (teknologi) ialah ilmu yang berkaitan dengan inovasi-inovasi untuk menghasilkan alat/benda dalam rangka memenuhi kebutuhan dan memudahkan pekerjaan manusia. Ketiga, Engineering (teknik) ialah ilmu yang berkaitan dengan keterampilan untuk mengaplikasikan pengetahuan mengeni desain suatu prosedur yang berguna untuk mengatasi masalah. Yang terakhir, Mathematics (matematika) ialah ilmu berkaitan dengan pola, angka, jumlah dan ruang yang berguna dalam sains, teknik dan teknologi.
Pembelajaran berbasis STEM ini sangatlah penting. Dengan STEM siswa mampu berpikir kritis, mandiri, kreatif, kolaboratif, serta Computational Thinking. Selain itu, pembelajaran STEM juga penting dalam rangka menyiapkan para generasi muda untuk bekerja terutama di bidang STEM. Selain untuk memenuhi kebutuhan kerja dibidang STEM, STEM juga diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang melek teknologi, mampu bersaing, trampil, serta unggul dalam berbagai bidang.
Seiring berjalannya waktu, STEM juga mulai diterapkan pada pembelajaran anak usia dini. Dengan menambahkan disiplin seni (Art) ke dalamnya sehingga menjadi STEAM. Penerapan pembelajaran STEAM pada anak usia dini bertujuan agar memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi yang meliputi keterampilan menalar, mempredikasi, serta berfikir kritis sejak usia dini. Pembelajaran STEAM AUD berbeda dengan anak sekolah dasar. Pasalnya perkembangan fisik motorik AUD belum sesempurna anak usia sekolah dasar.
Maka dari itu, model pembelajaran STEAM pada AUD mengarah pada kegiatan hand on. Sedangkan media yang digunakan bernama Loose Part. Loose Part ialah bahan/material lepas yang penggunaannya dapat beragam-ragam, meliputi bahan yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang ulang, dipisahkan dan disatukan kembali dengan berbagai cara (paudpedia.kemdikbud.go.id, diakses pada 30/06/2022). Loose Part bisa menggunakan benda benda padat seperti daun, kayu, batu dan lain sebagainya yang mudah ditemukan di sekitar kita.
Penggunakaan media Loose Part ini sangat mendukung anak dalam berkreasi serta berinovasi secara bebas khususnya dibidang art. Pondasi berpikir STEAM perlu dipupuk sejak anak usia dini. Dengan melihat AUD sebagai peneliti cilik yang memiliki rasa ingin tahu cukup tinggi, maka pembelajaran berbasis STEAM terbukti sangat efektif dalam mengembangkan berbagai potensi serta kreativitas yang dimiliki anak.
Pendekatan interdisiplin pembelajaran antara Science, Technology, Engineering and Mathematics ini menjadi salah satu solusi untuk memajukan pendidikan di Indonesia serta menjadi sebuah langkah baru dalam mempersiapkam generasi-generasi muda yang mampu bersaing di era global.
-Mahasiswa Prodi PIAUD, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung