Oleh Sam Edy Yuswanto*
Mungkin sebagian orangtua tidak menyadari kalau ada salah satu anaknya yang mengidap fobia. Atau mungkin menyadari tapi dibiarkan saja karena menganggap hal itu tak berbahaya. Atau sebenarnya orangtua merasa khawatir saat melihat perilaku aneh anaknya tapi berpura-pura menutup mata karena tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Sebenarnya, apa yang dinamakan dengan fobia? Apakah termasuk hal yang membahayakan bila dibiarkan tanpa penanganan?
Fobia, bila merujuk laman Hellosehat.com adalah ketakutan yang terus-menerus, berlebihan, tidak realistis terhadap suatu objek, orang, hewan, aktivitas, atau situasi. Kondisi ini adalah salah satu jenis gangguan kecemasan. Tidak seperti rasa cemas biasa yang bersifat sementara, seperti saat harus berbicara di depan umum atau menghadapi ujian, fobia adalah kondisi permanen, yang menyebabkan reaksi fisik dan stres psikologis. Penyakit mental ini dapat mempengaruhi kemampuan bekerja atau berinteraksi dalam lingkungan sosial yang normal. Pasalnya, orang yang mengalami kondisi ini akan mencoba menghindari hal yang memicu rasa takut atau menahannya dengan kecemasan yang besar.
Bila melihat definisi fobia tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fobia yang dialami oleh seorang anak, bila dibiarkan saja atau tidak segera mendapatkan penanganan dari ahlinya (misalnya berkonsultasi ke dokter, psikolog, atau psikiater), tentu akan menimbulkan dampak negatif yang kian bertambah parah. Misalnya, kecemasan yang kian bertambah besar dari hari ke hari bisa menyebabkan anak memilih mengurung diri dalam rumah atau berteriak histeris saat diajak beraktivitas di luar rumah.
- Iklan -
Oleh karena itu, bila Anda memiliki anak yang cenderung mengalami kecemasan berlebihan terhadap sesuatu, alangkah lebih baiknya segera mengonsultasikannya kepada dokter, psikolog, atau psikiater. Tujuannya tentu agar anak segera mendapatkan penanganan atau terapi yang tepat. Jangan sampai sebagai orangtua membiarkan hal tersebut hingga berlarut-larut tanpa mencoba meminta bantuan orang lain, atau berusaha menanganinya sendiri dengan cara-cara keras yang justru kian memperparah kondisi kejiwaan anak.
Mungkin orangtua atau para guru kurang atau bahkan tidak menyadari, bahwa selama ini ada sebagian anak yang mengalami fobia sekolah. Misalnya, ketika ada anak yang merasa enggan atau tak mau berangkat ke sekolah dalam jangka waktu yang lama. Saat mendengar kata sekolah, raut si anak tampak begitu cemas, seolah ada sesuatu hal yang mengerikan bila sampai ia berada di lingkungan sekolah. Mungkin, anak tersebut mengalami fobia karena pernah mengalami kejadian yang tak mengenakkan ketika berada di sekolah. Misalnya, pernah dibentak oleh gurunya, atau berkelahi dengan temannya. Sehingga pada akhirnya ia merasa cemas dan takut kalau sampai mengalami kejadian serupa ketika berangkat ke sekolah. Di sinilah peran guru dan orangtua sangat dibutuhkan dan berusaha mencari tahu akar persoalan yang menyebabkan anak menderita fobia, sekaligus mencari jalan keluarnya bersama-sama.
Deni Mahardika dalam buku Menerapkan Hypnostudying menguraikan, untuk mengatasi gangguan fobia sekolah, Anda harus mengetahui penyebabnya terlebih dahulu. Sejatinya, ada banyak penyebab terjadinya fobia sekolah, di antaranya, hubungan kurang baik dengan orangtua, persoalan dalam keluarga, masalah dengan lingkungan sekolah dan teman-teman kelas, separation anxiety, dan masih banyak lagi. Untuk mengatasi fobia sekolah pada peserta didik dengan beragam penyebab tersebut, maka teknik mujarab yang ampuh ialah menerapkan hypnostudying. Anda melakukan hipnotis kepada peserta didik yang mengalami fobia sekolah dengan memberikan sugesti-sugesti positif untuk menghilangkan gangguan tersebut.
Deni Mahardika menjelaskan, dalam menerapkan hypnostudying terhadap peserta didik dengan fobia sekolah ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua maupun guru (winnchuleta.wordpress.com). Salah satu cara tersebut ialah tetap menekankan pentingnya sekolah. Hal ini merupakan langkah pertama yang harus ditekankan. Orangtua harus berusaha meyakinkan anak bahwa sekolah itu penting demi masa depannya. Jika setelah diberi keyakinan ternyata fobia tak menghilang, orangtua tetap membimbing dan mengharuskannya bersekolah tiap hari. Cara ini menurut para ahli pendidikan dan psikolog adalah terapi terbaik untuk anak yang mengalami fobia sekolah. Berkonsultasi mengenai masalah kesehatan anak kepada dokter menjadi cara berikutnya. Ketika anak mengeluhkan sesuatu pada tubuhnya, orangtua dapat membawanya ke dokter yang buka praktik di pagi hari agar setelah itu anak tetap dapat masuk sekolah seperti biasa.
Mengatasi anak yang mengalami fobia sekolah memang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang luar biasa. Terlalu keras bersikap pada anak juga tidak baik, karena dapat menyebabkan anak semakin sulit dikendalikan. Bersikap terlalu lentur terhadap anak juga tidak baik, karena bisa menyebabkan kepribadian anak kurang terarah, misalnya anak tumbuh menjadi pibadi yang minder, penakut, tak bisa bersikap tegas, dan lain sebagainya.
***
*Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.