Oleh: Suroso
Indonesia akan terlihat indah dan mendamaikan apabila selalu dipandang dengan kaca mata toleransi. Menghargai perbedaan adalah tugas bersama sebagai warga Indonesia. Hal ini sudah sangat jelas terkandung dalam Pancasila. Pun dalam al-Quran Surah al-Hujarah ayat 13 juga yang mengatakan. Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. Hal ini mengindikasikan, bahwa agama merupakan penuntun sekaligus petunjuk kabaikan bagi manusia dalam meniti kehidupan. Dan, sebaik-baiknya manusia ialah mereka yang senantiasa mengedepankan sikap kemanusiaan.
Sudah seharusnya pemahaman ini menjadi penguat, sekaligus menjadi jalan untuk mengukuhkan solidaritas. Selain memahami agama merupakan kewajiban untuk setiap orang, kita juga harus bisa memahami, bahwa ada pesan kebaikan di dalam agama tersebut, salah satunya ialah mengajak seseorang untuk mengukuhkan kebersamaan dan hidup rukun berdampingan. Agama menjadi media yang sangat penting bagi setiap orang. Selain mengajarkan tentang sejarah peradaban pada masa lampau, agama juga akan membuat seseorang menyerap pemahaman yang mencerdaskan. Ketika seorang paham agama dengan baik dan benar, tentu dirinya akan memahami sesuatu yang positif. Misalnya agama itu mengajarkan untuk berbagi, maka kita sebagai pemeluknya juga akan senantiasa berbagi dengan sesama. Begitu juga dalam hal menghormati agama lain, tentunya ini akan berdampak untuk terwujudnya kerukunan dalam berbangsa dan bersosial.
Inilah yang seharusnya selalu ditekankan kembali di bangsa Indonesia. Bahwa setiap agama itu mengajarkan kebaikan. Dan, sudah seharusnya diamalkan untuk kebaikan pula. Pahami ayat-ayat al-Quran dengan benar, maka seseorang akan menemukan kebaikan dalam setiap jalan hidupnya. Sebab, pemahaman keagamaan yang hanya setengah-setengah atau tidak utuh, tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan pemahaman yang salah. Yang di kemudian hari akan mempengaruhi cara berpikir. Setelah diri ini sudah memahami pola pikir keagamaan yang santun, kita kemudian harus cerdas dalam bermasyarakat. Bahwa dunia ini tidak hanya dihuni oleh satu golongan agama. Ketika cara berpikir seseorang sudah mencapai pada keadaan yang demikian, maka tidak ada lagi perihal menyalahkan dan membenarkan tentang beragama. Semua akan berangkat dari kesadaran yang mutlak, bahwa jalan terbaik dalam beragama ia memanusiakan sesama manusia.
- Iklan -
Belajar Menghargai Perbedaan dari Nabi Muhammad
Apabila membaca catatan sejarah, Nabi Muhammad Saw dalam menyebarkan agama Islam tidak pernah menggunakan kekerasan. Beliau Saw menggunakan bahasa dan cara yang mendamaikan. Bahkan, ketika di Madinah, Rasulullah Saw berhasil menyatukan perbedaan menjadi sebuah kerukunan. Di mana pada momen tertentu, Nabi Muhammad memutuskan untuk mengumpulkan semua umat yang ada di Madinah dari berbagai latar belakang, lalu melakukan tiga hal. Pertama Nabi Muhammad Saw membangun masjid. Kedua mempersaudarakan antara muslim Madinah dan Muslim Makkah yang ikut dengannya. Dan yang ketiga, membuat piagam Madinah yang berisi 45 pasal, isinya berhimpun menjadi satu dan berkomitmen menjadi bangsa yang satu. Di sebutkan juga bahwa pada abad 14, Rasulullah telah menyebut penduduk kota Madinah (yang bukan hanya muslim) sebagai ummatan wahidan atau bangsa yang satu. Dan, inilah salah satu alasan mengapa yang dibangun di Rasulullah di Madinah bukan Darul Islam atau negara Islam, tetapi Darussalam yaitu negara perdamaian.
Inilah yang seharusnya menjadi teladan bagi setiap manusia, bahwa agama itu mengajarkan perdamaian bukan untuk menjatuhkan golongan lain. Sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad Saw, setiap apa yang dikatakan selalu memberikan asupan inspirasi yang mendamaikan dan bisa menjadi jalan untuk setiap orang dalam menempuh kerukunan dan solidaritas tanpa memandang perbedaan. Sudah semestinya ini dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Bahwa banyak perbedaan yang ada di bumi Indonesia, tidak harus memutus tali persaudaraan yang sudah mendarah daging. Melainkan kita harus mewadahi ini sebagai jalan menuju kebersamaan dan pentingnya menjunjung nilai toleransi.
Untuk itu, di mana pun kita berada dan berada dalam lingkungan masyarakat Indonesia. Yang perlu kita tekankan ialah bagaimana menjadi manusia yang berguna di bumi yang penuh perbedaan ini. Sebab, hanya dengan itulah kita akan selalu berpegang tangan untuk menjadi masyarakat Indonesia yang mendamaikan. Sebarkan perdamaian sejak dari diri sendiri, baru kemudian untuk orang lain.
-Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga.