Oleh Sam Edy Yuswanto*
Judul Buku : Kecelup Tinta Pink
Penulis : Burhan Sodiq
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Cetakan : 2021
Tebal : 168 halaman
ISBN : 978-623-253-042-3
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah Swt. kepada para orangtua. Karenanya, menjaga dan merawat anugerah tersebut adalah sebuah keniscayaan. Tak hanya dijaga dan dirawat, tetapi juga berusaha memberikan pendidikan kepadanya. Terutama pendidikan agama sebagai benteng bagi anak untuk menghadapi berbagai tantangan yang akan dihadapinya kelak.
Ketika usia anak semakin bertambah, tentu semakin kompleks pula persoalan yang akan dihadapinya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orangtua. Salah sedikit saja dalam menyikapi perilaku sang anak, maka dampak buruk akan ditanggungnya. Maka dari itu, setiap orangtua perlu membekali diri dengan ilmu pengetahuan tentang cara mendidik anak yang baik dan tidak otoriter.
- Iklan -
Perlu kita pahami bersama bahwa saat anak tumbuh remaja maka saat itu juga orangtua harus lebih waspada dengan pergaulan anak. Karena saat itu anak sedang dalam usia akil balig. Di mana pergaulan dengan lawan jenis harus benar-benar diperhatikan. Jangan sampai anak terlalu bebas bergaul dan melakukan hal-hal yang belum boleh mereka lakukan. Seks bebas misalnya, merupakan kasus berat yang menimpa kaum remaja yang salah satu penyebabnya karena kurang perhatian (kasih sayang) dari orangtuanya. Tak memiliki landasan pengetahuan agama yang kuat juga menjadi faktor pemicu anak nekat melakukan hal yang dilarang dalam ajaran agama.
Terserang virus cinta atau meminjam bahasa Burhan Shodiq dalam buku ini “kecelup tinta pink” menjadi hal yang jamak dialami oleh kaum remaja. Tertarik dengan lawan jenis memang hal yang sangat lumrah. Karena setiap orang dibekali dengan rasa suka dengan orang lain. Di sinilah orangtua harus mengedukasi anak-anaknya yang telah memasuki usia remaja, agar selalu berusaha menjaga pergaulan dengan lawan jenisnya. Jangan mengumbar aurat saat berhadapan dengan lawan jenis misalnya, termasuk cara yang mestinya selalu ditekankan orangtua kepada anaknya.
Dalam buku ini, penulis membeberkan dengan lugas tentang sederet faktor yang menyebabkan seorang remaja terserang virus merah jambu alias jatuh cinta. Di antaranya, tatapan mata. Melihat lawan jenis secara berlebihan tentu sangat besar efeknya, apalagi yang dilihat adalah sosok yang sangat menawan hati sehingga wajahnya akan selalu terbayang di pelupuk mata.
Perihal menatap mata ini bisa terjadi di mana saja. Di sekolah saat hendak memarkir motor. Di kelas saat menulis atau mencatat pelajaran, dan seterusnya. Islam mengajarkan kita agar selalu menjaga pandangan mata (dan kemaluan) dari hal-hal yang dapat memicu kemaksiatan. Dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 30 telah dijelaskan: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat,’” (hlm. 61).
“Kebiasaan yang sudah terbiasa” juga termasuk faktor seorang anak terserang virus cinta. Seseorang akan dibentuk dengan apa yang berlaku padanya. Mereka yang terbiasa meremehkan hal-hal besar, akan selalu meremehkan hal besar di kemudian hari. Mereka yang terbiasa dengan hal-hal buruk, akan terbiasa dengan keburukan-keburukan itu. Dalam kasus remaja yang sedang jatuh cinta, bila dia terbiasa bertemu dan jalan bareng dengan lawan jenis yang disukainya, maka bisa jadi dia akan mudah terbiasa melakukan hal-hal lebih lainnya yang dilarang dalam syariat.
Saat pertama berbuat salah, ada gejolak penolakan dalam diri. Tapi jika itu terulang lagi, kemudian terulang lagi, maka rasa penolakan itu akan hilang. Karena kepekaan hati akan hilang. Diganti dengan perasaan nyaman saat berbuat dosa dan kemaksiatan. Demikian pula asal mula kenapa bisa kesetrum cinta. Awalnya bagi beberapa anak muda, bertemu lawan jenis itu satu hal yang sangat dihindari. Jangankan ketemu, melihat dia dari jauh saja sangatlah jarang. Kalau pun melihat itu pun hanya nampak samar-samar alias tidak jelas. Lalu, ketika dia memiliki kesempatan terbiasa bertemu, maka dia pun akan terbiasa dan merasa ketagihan. Selalu ingin bertemu terus, bahkan kalau bisa melakukan hal yang lebih lagi. Misalnya, mengajaknya pergi berduaan ke tempat wisata, memegang tangan, dan seterusnya (hlm. 70).
Karenanya, penting bagi setiap orangtua untuk mengajarkan etika saat bergaul dengan lawan jenis kepada putra-putrinya saat telah beranjak remaja. Ajarkan kepada mereka agar selalu berusaha menjaga kehormatan dirinya. Ajak anak untuk melakukan sederet aktivitas positif untuk mengekang hawa nafsu mereka yang selalu berusaha menjerumuskan pada pergaulan yang terlarang.
Penting dipahami bersama bahwa yang namanya pergaulan itu sangat menentukan kualitas kehidupan seorang anak. Saya sepakat dengan apa yang disampaikana penulis dalam buku ini, bahwa pergaulan cepat sekali mengubah seseorang pada soal kesukaan. Jika dia bergaul dengan orang salih, maka dia akan menyukai ketaatan dan membenci kemasiatan. Namun jika sebaliknya, maka dia akan menyukai kemaksiatan dan membenci ketaatan.
***
*Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.