Oleh: Rio F. Rachman
Konstelasi politik di jazirah Arab, Eropa, maupun Amerika, kerap membawa kabar burung yang tak jelas hingga ke Indonesia. Isu mengenai serdadu-serdadu yang mengangkat senjata, melontarkan rudal, dan saling menghancurkan acap menjadi buah bibir sampai di tanah air.
Tak jarang beredar konten digital dari jejaring media sosial maupun aplikasi percapakan. Isinya berupa dukungan terhadap pihak yang satu, atau hujatan pada pihak yang lain. Di mana pihak-pihak tersebut sejatinya tidak memiliki relasi kuat pada kehidupan sehari-hari masyarakat bumi pertiwi.
Konten menjadi lebih menegangkan tatkala dibumbui teks atau kalimat pengantar provokatif. Seolah-olah penyimaknya hanya diberi dua pilihan: ikut kami berarti berada di barisan kebenaran, atau ikut mereka berarti berada di barisan dajjal.
- Iklan -
Pertarungan wacana terbentang di media digital. Umat Islam dituntut cerdas menyaring informasi. Bila tidak, mereka bisa sibuk dengan debat kusir di dunia maya.
Dada menjadi sesak karena benci pada pihak-pihak tertentu. Seakan-akan perang besar bakal berkecamuk apabila jemarinya tidak ikut membagikan konten tersebut di internet.
Bila diperhatikan, pada titik ini, muncul gejala ketakutan pada pikiran. Ini adalah bentuk teror yang menghantui dan sering kali membawa nama agama dalam tiap narasi yang diusung.
Di satu sisi, konten destruktif itu bisa menjadi benih pikiran radikal yang punya kecenderungan merusak karena bermuatan kedengkian. Di sisi lain, mereka yang kena jebakan konten murahan seperti itu rentan untuk ikut meneror kerabat dekatnya. Utamanya, ketika membagikan tautan yang tak lebih dari desas-desus tersebut.
Perang informasi
Internet sudah menjadi medium untuk segala urusan yang punya hubungan erat dengan kehidupan. Baik di ranah ekonomi, bisnis, pendidikan, sosial, budaya, politik, dan bidang-bidang lain yang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak (Elvinaro Ardianto, Kata Pengantar dalam Komunikasi 2.0 Teoritisasi Dan Implikasi, 2011).
Informasi yang dihantarkan melalui internet telah menjadi komoditas yang digotong ke medan proxy war. Sementara perang atau perebutan keuntungan, umumnya dilakukan oleh mereka yang gila kekuasaan ataupun rakus kekayaan alam.
Pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet telah menjadi metode penyebaran ideologi yang masif. Tak terkecuali, di negeri-negeri dengan sistem demokrasi.
Di mana suara rakyat dihitung satu persatu dalam keperluan politik dan pemerintahan. Tebaran gagasan pun ditargetkan untuk masuk pada relung benak tiap manusia.
Pemaksanaan oposisi biner pun terjadi. Yang bisa jadi, opisisi biner atau polarisasi antar dua pihak tak hanya berhenti pada bagaimana implementasi ritual atau praktik keagamaan. Pada gilirannya, saat pemilihan umum, dualisme mutlak seperti ini tereplikasi.
Orang tidak hanya dipanas-panasi untuk saling berseberangan karena punya perbedaan cara berdoa meskipun sejatinya meyakini satu Tuhan. Lebih dari itu, masyarakat juga dikompori agar siap saling hujat saat mekanisme perpolitikan dimulai walaupun sejatinya satu agama dan satu bangsa.
Memupuk persaudaraan
Di akhir Maret 2021, Internetworldstats melansir, pemakai internet di tanah air mencapai 212,35 juta, dari populasi di angka 276,3 juta jiwa. Sementara survey We Are Social dan Hootsuite pada awal 2021 menyimpulkan, orang Indonesia mengakses internet selama delapan jam lima puluh dua menit dalam sehari.
Selama tiga jam empat belas menit dipakai untuk mengoneksikan diri dengan media sosial. Durasi lain digunakan untuk membaca berita, mengonsumsi video maupun audio streaming, menyimak e-book atau beragam bentuk referensi, dan melakukan aktifitas berbasis dalam jaringan lainnya.
Tak heran jika media sosial, yang di dalamnya termasuk pula beraneka model aplikasi percakapan (A M Kaplan and M Haenlein, Social Media: Back to the Roots and Back to the Future, 2012), dijadikan produsen informasi sebagai ladang menghamburkan wacana dan ideologi. Betapa tidak, media sosial terbukti memiliki potensi menyediakan jaringan, wawasan, arsip dokumentasi aktifitas di masyarakat, interaksi serta simulasi sosial, dan menyiapkan fitur konten variatif Rully Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi, 2015).
Umat Islam mesti paham fenomena dengan motif berlapis seperti itu. Agar tidak terperangkap dalam hasutan tak bermutu. Benar, seorang mukmin wajib melek politik. Namun, bukan berarti hidupnya dialokasikan pada politik seratus persen, hingga lupa bahwa dia juga harus menjaga ukhuwah Islamiyah maupun ukhuwah insaniyah.
Memegang teguh pendirian politik pribadi sambil menginjak pendapat orang lain adalah hal yang konyol di era sekarang ini. Di mana manusia semestinya fokus berkolaborasi.
Sentimen adu domba yang meneror pasti selalu ada. Oleh sebab itu, masing-masing orang harus waspada. Bila tidak, dia hanya akan menjadi macan yang mengaum di hutan dunia maya. Padahal di hutan itu tidak ada yang memedulikannya. Dia terasing di dunia nyata, sambil terus meletuskan konten-konten yang mengancam dan mengganggu ruang virtual sanak kerabat. (*)
-Penulis Dosen Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang
Mungkin dengan cara mengajarkan tentang nilai-nilai kerukunan, toleransi dan pengakuan atas keberagaman melalui interaksi yang mereka lakukan dengan anggota keluarga itu bisa mencegah pola pikir radikal yang bisa menimbulkan aksi terorisme
Dengan cara membaca literasi Mengani ancaman terorisme baik dari media digital maupun buku. Agar daya ingat kita bisa luas dan bisa berhati hati mengenai ancaman terorisme.
Salah satu cara agar keluarga kita tidak mudah terjerat ke dalam terorisme yang menyebar luas di media sosial adalah memberikan pengertian yang benar dan mudah dimengerti kepada keluarga, selalu mengingatkan agar mereka selalu berhati-hati dalam menerima informasi yang tidak jelas sumbernya, mengingat kan agar mereka cerdas menyaring informasi, usahakan saring sebelum sharing, membangun komunikasi yang baik dalam keluarga dan selalu bertukar pendapat dengan keluarga.
Cara yang dapat kita lakukan sebagai penggerak di masa depan, dengan mengenalkan mereka dengan hal-hal yang berkaitan dengan terorisme setelah itu kita memahamkan agar mereka tidak mudah menerima terorisme tersebut.
Nama: Yulia Citra (BKI 3A)
cara yang dapat kita lakukan untuk melindungi keluarga agar tidak terjerat paham terorisme yang disebarkan oleh media digital yaitu kita bisa melindungi keluarga dengan cara Melakukan pemulihan paham radikalisme dan mensosiali sasikan ajaran agama yang amal ma’ruf nahi Munkar, saling menghargai,saling menghormati, saling toleran dan hidup rukun
Nama: Yulia Citra (BKI 3A)
Cara yang dapat kita lakukan untuk melindungi keluarga agar tidak terjerat paham terorisme yang disebarkan oleh media digital yaitu kita bisa melindungi keluarga dengan cara melakukan pemulihan paham redikalisme dan mensosialisasikan ajaran agama yang amal ma’ruf nahi Munkar, saling menghargai, saling menghormati, saling toleran dan hidup rukun
Agar anggota keluarga tidak terjerat dalam faham teroris yang banyak bersebar melalui media digital maka kita harus membebaskan pikiran dari terorisme digital yang sangat marak saat ini seperti melalukan perang informasi , maksudnya adalah kita harus pintar pintar dalam memilih informasi yang tersebar di media online kita hatidak boleh asal percaya dengan hal seperti itu sebelum kita memastikan kebenarannya , dan kita harus memupuk persaudaraan dengan orang di sekitar kita salah satunya dengan mengurangi dalam mengaplikasikan hp dan alat elektronik yang bisa membutakan kita pada lingkungan sekitar kita yang ternyata lebih menarik .
Menurut saya salah satu cara untuk mencegah keluarga agar tidak terjerumus paham terorisme dari media soaial ialah dengan cara kita memberikan pengertian kepada keluarga kita akan bahaya seseorang yang paham terorisme dan agar mereka tlebih bijak dalam menggunakan media sosial, lebih pintar untuk menyaring informasi yang tidak tau kebenarannya, lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan media sosial, yang terpenting kita terbuka/bertukar cerita dengan orang lain agar terjauh dari paham terorisme.
Upaya untuk mencegahnya dengan cara meneliti informasi yang didapatkan, menyaring informasi tersebut dengan mencari tau kebenarannya, selain itu kita juga harus selalu ikut serta dalam penyuluhan radikalisme di masyarakat agar tau tentang radikalisme
Upaya dalam mencegah keluarga kita terpengaruhi paham Radikalisme dari media Sosial yakni dengan cara.
Mehami betul Informasi yang di dapatkan serta mencari kebenaranya.
Dan menggunakan media sosial dengan batas sewajarnya saja
Upaya dalam mencegah keluarga kita terpengaruhi paham Radikalisme dari media Sosial yakni dengan cara.
Mehami betul Informasi yang di dapatkan serta mencari kebenaranya.
Dan menggunakan media sosial dengan batas sewajarnya saja.
Tanpa harus berlebih lebihan dalam menggali informasi tentang dunia luar.
Dengan melakukan pendidikan dini tentang bijak menggunaka media sosial secara sehat kepada keluarga yang bisa dilakukan oleh kepala keluarga itu sendiri dan mengenalkan bahwa terorisme merupakan tindakan yang buruk serta menjalin kerja sama dalam lingkungan keluarga untuk saling menjaga.
Lebih berkumpul dgn lingkungan yg serumpun (berkumpul dgn warga Nahdliyyin) lebih lebih perbanyak membaca artikel, berita dan menyaring informasi tersebut. Sedikit demi sedikit melatih pengetahuan dan wawasan Jam’iyyah Nahdlatul ulama yg berwawasan Ahlussunah wal jama’ah.
Salah satu cara untuk mencegah keluarga agar tidak terjerumus paham terorisme dari media soaial ialah dengan cara kita memberikan pengertian kepada keluarga kita akan bahaya seseorang yang paham terorisme dan agar mereka tlebih bijak dalam menggunakan media sosial, lebih pintar untuk menyaring informasi yang tidak tau kebenarannya, lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan media sosial, yang terpenting kita terbuka/bertukar cerita dengan orang lain agar terjauh dari paham terorisme.
Bisa melakukan 3 cara di bawah ini :
1. Memberikan pemahaman agama secara benar dan utuh kepada seluruh anggota keluarga
2. Memperkuat Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam implementasi atau praktik kehidupan sehari-hari.
3. Memberikan pemahaman kepada anggota keluarga tentang bahaya gerakan radikalisme.
Salah satu cara agar keluarga kita tidak terhasut dalam gerakan paham terorisme yaitu memberi tau ke mereka agar tidak gampang terhasut oleh oknum oknum tertentu, karena di zaman sekarang banyak sebagian dari mereka mengatas namakan agama Islam demi kelancaran misi yang menurut mereka Benar dan nyatanya itu sangat melenceng dari agama Islam sendiri.
Salah satu cara agar keluarga kita tidak terhasut dalam gerakan paham terorisme yaitu memberi tau ke mereka agar tidak gampang terhasut oleh oknum oknum tertentu, karena di zaman sekarang banyak sebagian dari mereka mengatas namakan agama Islam demi kelancaran misi yang menurut mereka Benar dan nyatanya itu sangat melenceng dari agama Islam itu sendiri.
berbicara tentang media sosial yang kerap kali di salahgunakan maka kita perlu selektif dalam menerima atau menyaring informasi yang beredar di media sosial, baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga yang memang kadang kala sangat rentan terhadap informasi-informasi yang berkedok tentang agama yang sejatinya itu merupakan panggung sandiwara tentang radikalisme.
caranya dengan selalu berhati hati, apalagi seperti kita yang sudah mengetahui masalah ini, jadi kita harus memberi masukan terus menerus atau himbauan dan selalu uptodate terhadapmasalah ini, apalagi dalam media sosial kita harus pintar pintar menggali isi berita sehingga kluarga kita selamat akan radikalisme ini.
Cara agar keluarga kita tidak terjerat paham terorisme yang disebarluaskan melalui media digital yaitu dengan cara memberikan pemahaman tentang pengaruh media digital dan juga menyaring informasi yang didapat dari media digital dengan cara mencari kebenaranya.
Untuk menghindarkan keluarga dari paham terorisme dengan cara memberi pehaman pada anggota keluarga. Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung mengikuti informasi tersebut
Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung mengikuti informasi tersebut.
Agar keluarga kita tidak terjerat paham terorisme yang disebarluaskan melalui media digital yaitu menggunakan pendekatan dan juga pemahaman tentang media digital. Selain itu, menyaring informasi yang didapat dari media digital.
Dengan cara memberitahu keluarga agar tidak terjerumus paham terorisme karena itu sangat berbahaya, jika ada informasi di medsos maka langkah pertama yang harus di lakukan ialah mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya, tidak boleh langsung percaya di khawatirkan itu hanya informasi hoax yang disebarkan oleh orang2 yang tidak bertanggung jawab. Di dalam keluarga harus saling membangun komunikasi yang baik.
Upaya terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka dalam menggunakan media sosial kita harus pandai-pandai mencari informasi yang sudah terbukti kebenarannya. Dan jangan mudah percaya/terpengaruh oleh informasi-informasi yang belum tentu kebenarannya.
Salah satu upaya yang bisa kita lakukan agar anggota keluarga kita tidak terjerat paham terorisme yang disebarluaskan melalui media digital yaitu dengan saling mengingatkan agar tidak langsung menerima informasi tanpa menyaring dan menelusuri keabsahannya terlebih dahulu, bagaimana agar cerdas, tidak langsung mempercagai dalam menerima informasi yang tersebar melalui media digital.
Cara agar keluarga kita tidak terjerat paham terorisme yang disebarluaskan melalui media digital adalah dengan menanamkan akidah yang lurus , akidah ahlussunnah wal jamaah , dan membentengi anggota keluarga dengan paham2 aswaja , dengan begitu , mereka tidak akan mudah terpengaruh dengan paham2 baru apalagi yang berbau terorisme karena setidaknya mereka sudah dikenalkan dengan bahaya terorisme dan bagaimana tanda-tanda nya , selain itu , dengan menjalin hubungan yang lebih dekat lagi sehingga keluarga bisa saling melindungi , dan saling menjaga dari pengaruh media digital .
Dengan memberi pembekalan pengetahuan yang cukup kepada keluarga agar terhindar dari bahaya terorisme . Agar tidak ikut masuk dalam paham tersebut . Memberikan pengarahan-pengarahan , memberitahu bagaimana ciri-ciri terorisme itu sendiri agar keluarga selalu berhati-hati dalam menggunakan media sosial .
Memberikan pembekalan terhadap kekluarga , tentang bagaimana paham terorisme itu , bagaimana bahayanya dan dampak dampak yang biisa ditimbulkan dari paham tersebut . Memberikan pengertian bagaimana seharusnya dalam bermedia sosial yang baik agar tiidak terjerumus dalam paham tersebut . Memberitahukan bagaimanna ciri-ciri paham tersebut kepada keluarga agar tidak ikut terjeremus kedalamnya
Memberikan pembekalan terhadap keluarga
# ada beberapa cara untuk mencegah agar tidak terkecoh,terjebak/masuk ke faham terorisme :
1.Mensosialisasikan ajaran Agama yang santun, saling menghargai, saling menghormati, damai, toleran, hidup rukun, menerima keberagaman dan kemajemukan, memiliki rasa cinta Tanah Air dan bela Negara serta ajaran agama yang Rahmatan Lil’alamin.
2.Memberdayakan peran Penyuluh Agama Fungsional/Penyuluh Non-PNS, Muballigh, Penceramah dan KUA Kecamatan dalam upaya pencegahan paham Radikalisme.
3.Memberdayakan Lembaga Pendidikan Agama Formal (RA/BA, MI, MTs dan MA) maupun Lembaga Pendidikan Agama Non-Formal (TKQ, TPQ, DTA dan Pondok Pesantren) dalam upaya Pencegahan Paham Radikalisme kepada Santri/Siswa.
4.Pembinaan Agama bagi siswa di sekolah-sekolah melalui Guru Pendidikan Agama untuk mencegah masuknya paham radikalisme.
5.Melakukan penanggulangan paham Radikalisme dengan edukasi masyarakat, penyuluhan, bimbingan masyarakat di sekolah, keluarga, pesantren, majelis taklim, serta sejumlah program seperti dialog, workshop, dan diklat.
Mungkin dengan cara tersebut kita lebih menjauh dari ajaran² faham terorisme..!
Intinya, jika tidak ingin terjerat dalam faham teroris yang banyak bersebar melalui media digital maka kita harus membebaskan pikiran dari terorisme digital yang sangat marak saat ini seperti melalukan perang informasi , maksudnya adalah kita harus pintar pintar dalam memilih informasi yang tersebar di media online kita hatidak boleh asal percaya dengan hal seperti itu sebelum kita memastikan kebenarannya , dan kita harus memupuk persaudaraan dengan orang di sekitar kita.
Intinya, jika tidak ingin terjerat dalam faham teroris yang banyak bersebar melalui media digital maka kita harus membebaskan pikiran dari terorisme digital yang sangat marak saat ini seperti melalukan perang informasi ,jadi kita harus pintar pintar dalam memilih informasi yang tersebar di media online kita hatidak boleh asal percaya dengan hal seperti itu sebelum kita memastikan kebenarannya , dan kita harus memupuk persaudaraan dengan orang di sekitar kita.
Intinya, jika tidak ingin terjerat dalam faham teroris yang banyak bersebar melalui media digital maka kita harus membebaskan pikiran dari terorisme digital yang sangat marak saat ini seperti melalukan perang informasi ,jadi kita harus pintar pintar dalam memilih informasi yang tersebar di media online kita hatidak boleh asal percaya dengan hal seperti itu sebelum kita memastikan kebenarannya , dan kita harus memupuk persaudaraan dengan orang di sekitar kita.
Intinya, jika tidak ingin terjerat dalam faham teroris yang banyak bersebar melalui media digital maka kita harus membebaskan pikiran dari terorisme digital yang sangat marak saat ini seperti melalukan perang informasi ,dan kita harus memupuk persaudaraan dengan orang di sekitar kita.
Intinya , jika kita tidak ingin terjerat dalam faham teori yang banyak bersebar melalui media digital makan kita harus membebaskan pikiran dari terorisme Digital yang sangat marak saat ini seperti melakukan perang informasi, maksudnya kita harus pintar² dalam memilih informasi yang tersebar di media online dan kita tidak boleh asal percaya dengan hal seperti itu sebelum kita memastikan kebenarannya.
Jika kita tidak ingin keluarga kita terjerat paham terorisme makan kita harus memberi masukan agar keluarga faham terorisme dan bahaya nya orang yang faham terorisme, selain itu kita juga harus tau kebenarannya terlebih dahulu dengan apa yang ada di media sosial jangan asal percaya sebelum mengetahui kebenarannya
Berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Meneliti informasi yang didapat/mencari kebenaran tantang informasi yang didapat. Mengurangi pemakaian alat elektronik/yang terhubung dengan internet yang bisa mempengaruhi keluarga kita.
Cara agar keluarga kita tidak terkecoh,terjebak/masuk ke faham terorisme Mensosialisasikan ajaran Agama yang santun, saling menghargai, saling menghormati, damai, toleran, hidup rukun, menerima keberagaman serta harus berhati hati dalam menerima berita yang masih simpang siur yang ada di sosial media dan meneliti kebenarannya dan tidak percaya secara langsung berita berita yang ada di sosial maka dari itu berhati hati lah dalam menggunakan sosial meddia
Dengan cara memberitahu keluarga agar tidak terjerumus paham terorisme karena itu sangat berbahaya, jika ada informasi di medsos maka langkah pertama yang harus di lakukan ialah mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya, tidak boleh langsung percaya di khawatirkan itu hanya informasi hoax yang disebarkan oleh orang2 yang tidak bertanggung jawab. Di dalam keluarga harus saling membangun komunikasi yang baik.