Oleh Sam Edy Yuswanto
Judul Buku : 6 Rahasia Menjadi Pribadi Produktif Tanpa Rasa Malas
Penulis : Deni Dee
Penerbit : Araska
Cetakan : I, Februari 2021
Tebal : 240 halaman
ISBN : 978-623-7910-11-4
“Malas adalah penyakit kejiwaan yang membuat diri seseorang tidak mampu berusaha mendapatkan apa yang menjadi impiannya. Penyebab utama kemalasan adalah gangguan yang terjadi pada otak manusia sehingga menyebabkan kegagalan pada saat mengambil keputusan”.
Bicara tentang rasa malas, setiap orang pernah, -bahkan sering mengalaminya. Dalam British Journal of Sports Medicine, Dr. Richard Weller menyatakan bahwa kemalasan harus mulai dikategorikan sebagai penyakit. Malas berkepanjangan berdampak pada penyakit berbahaya seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.
- Iklan -
Karenanya, ‘malas’ harus segera diatasi dan dicarikan jalan keluarnya. Selain dapat menyebabkan penyakit fisik, kemalasan juga bisa menjadi penyebab munculnya penyakit kejiwaan. Orang yang malas cenderung mengalami stres akut karena tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya (hal 13).
Rasa malas bila tak segera diatasi atau dikelola dengan baik, akan menimbulkan dampak sangat fatal bagi masa depan seseorang. Misalnya, karena selalu menuruti kemalasan yang ada dalam jiwanya, seseorang tak akan pernah bisa mewujudkan cita-citanya.
Dalam buku ini, penulis mendedah sederet cara untuk menghancurkan kemalasan yang bersemayam dalam diri setiap orang. Pertama, prioritas cita-cita. Coba tanya ke diri sendiri, sebenarnya apa prioritas dalam hidup ini; ingin cepat lulus kuliah? Memiliki uang banyak agar segala bisa membiayai hidup? Atau karena hal-hal lainnya? Pilih hal yang paling prioritas tersebut lalu tekuni dengan penuh perjuangan hingga apa yang menjadi prioritas kita segera terwujud. Penting dicatat bahwa orang yang malas biasanya karena ia tidak memiliki hal prioritas yang ingin diraih dalam hidupnya.
Kedua, tiadakan waktu kosong yang tak berguna. Waktu kosong yang terlalu banyak akan membuat tubuh malas bergerak. Oleh karena itu, waktu kosong harus dipersempit dan ditiadakan agar tubuh tak terbiasa dalam “kenyamanan” yang merusak masa depan. Lakukan kegatan apa pun yang membuat tubuh dan otak bergerak dan bekerja.
Ketiga, lekas ambil yang bermanfaat, segera kerjakan dan selesaikan. Sebab bila suka menunda, itu sama artinya dengan menunda datangnya manfaat bagi kehidupan. Rasa malas bisa saja muncul karena melihat atau membayangkan kesulitannya. Padahal sebenarnya tak ada pekerjaan yang tak bisa diselesaikan. Tak ada kesulitan yang tidak tertangani jika serius menyelesaikannya.
Keempat, mulai dari sekarang. Menunda akan menghasilkan kemalasan. Rasa malas meruntuhkan dan menghancurkan kehidupan. Mulailah dari sekarang apa yang harus dikerjakan. Jangan menunda-nunda kalau memang bisa segera dilakukan. Jangan katakan, “Lima menit lagi aku mulai!” Sebab, kata-kata semacam ini akan membius kita hari ini dan esok. Ketika akan memulai pekerjaan di waktu mendatang, kata-kata itu akan muncul dan meneror kita kembali.
Kelima, tak ada pekerjaan yang sulit atau berat. Merasa sulit dan berat dengan pekerjaan yang kita lakukan tentu bukan halangan untuk kita menyelesaikannya. Coba perhatikan tukang pecah batu. Sebuah batu besar ia kikis menjadi serpih-serpih kecil (koral) sampai pada waktunya batu besar itu menghilang. Di antara keberhasilan si tukang pecah batu itu adalah kemampuan memotivasi dan mempertahankan diri bahwa tak ada pekerjaan yang tak bisa diselesaikan.
Keenam, berolahraga. Energi dan semangat bisa dipompa dengan olahraga yang rutin. Olahraga melatih tubuh dan otak kita untuk bereaksi terhadap keadaan. Olahraga mengajak otak dan tubuh mengikuti alur kehidupan dengan penuh keringat dan semangat. Jika saat ini kita tak pernah berolahraga, cobalah mengawalinya dengan melakukan olahraga yang ringan, misalnya melakukan peregangan saat bangun tidur di pagi hari. Jalan-jalan pagi atau bersepeda santai di sekitar lingkungan dapat dijadikan sebagai alternatif agar tubuh terbiasa berolahraga.
Masih ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai penghancur rasa malas. Misalnya memperhatikan apa yang diraih oleh orang lain, memberi hadiah kepada diri sendiri ketika telah berhasil merampungkan pekerjaan atau hal yang telah dicapai. Sebaiknya kita memiliki jadwal istirahat yang cukup setiap harinya. Istirahat termasuk hal yang penting dan tak boleh diabaikan. Namun jangan sampai istirahat terlalu berlebihan, karena istirahat berlebihan justru akan menghancurkan semangat. Sementara istirahat yang cukup (misal 7 jam setiap harinya) akan membangun energi dan semangat baru.
Buku genre motivasi ini cukup menarik dijadikan sebagai sarana penyemangat bagi para pembaca, khususnya generasi muda, agar terhindar dari kemalasan yang dapat menghancurkan kehidupan. Sedikit kritik membangun untuk penulis dan penerbit buku ini, jika kelak buku ini dicetak ulang, mohon dibenahi kembali penyuntingnnya. Masih dijumpai typo atau kesalahan penulisan, misalnya kata ‘mengubah’ tertulis ‘merubah’, ‘entrepreneur’ tertulis ‘enterpreuner’. Selamat membaca, semoga kita terhindar dari penyakit malas.
***
*Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.