Meski ditengah pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia dan tentunya berdampak pada tradisi lebaran, namun esensi dari Idul Fitri sebagai momen silaturrohim dan saling memaafkan tidak pernah luntur.
Setelah sebulan penuh umat Islam menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan, tibalah kini tengah bersuka cita untuk merayakan Idul Fitri.
Salah satu tradisi yang kental dengan perayaan Idul Fitri adalah halal bihalal, yaitu momen untuk berkumpul bersilaturrohim dan saling memaafkan antar keluarga besar, teman sekantor dan masyarakat sekitar.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini keluarga besar Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) UIN Walisongo Semarang kembali mengadakan kegiatan halal bihalal, kegiatan ini berlangsung secara virtual di Pesantren Riset Al-Khawarizmi (kediaman Dekan FPK UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. H. Syamsul Ma’arif, M.Ag). yang disiarkan secara live melalui aplikasi zoom dan youtube FPK.
- Iklan -
Kegiatan halal bihalal bertajuk sarasehan ini mengusung tema “Dengan semangat halal bihalal, kita tingkatkan kesehatan mental dan fisik”. Kegiatan ini hadirkan tiga narasumber hebat, seorang kiai dan sekaligus peneliti yaitu Drs. KH. Machasin, M.Si (sesepuh FPK UIN Walisongo), Dr. KH. Abdul Wahib, M.Ag (Sesepuh FPK UIN Walisongo) dan Zaenal Abidin, S.ST., M.Kes. (Sekretaris Dekan FKKM Universitas Widya Husada).
Dalam sambutannya dekan FPK Prof. Dr. H. Syamsul Maarif, M.Ag menyampaikan rasa terimakasih dan syukurnya atas terselenggaranya kegiatan halal bihalal ini.
“Saya sangat berterimakasih kepada seluruh panitia dan semua pihak yang mensupport kegiatan ini, dan saya sangat bersyukur kegiatan ini bisa terealisasi dengan baik sehingga keluarga besar FPK UIN Walisongo bisa bersilaturrohim dan saling memaafkan walaupun secara virtual” Ungkap Prof Syamsul.
Suasana Pandemi covid 19 yang masih mewabah perlu diantisipasi dengan baik dan tepat.
“Saya berpesan kepada seluruh keluarga besar FPK UIN Walisongo baik dosen, pegawai dan mahasiswa terus jaga kesehatan dan tetap patuhi protokol kesehatan, dimasa pandemi ini kita harus berusaha sehat mental dan fisik supaya imun kita tetap terjaga” Harap Prof. Syamsul.
Mengutip sebuah hadist, “shumu tasihhu”
(berpuasalah maka kamu akan sehat), Prof. Syamsul memantik diskusi agar bisa dibedah dalam prespektif agama, psikologi, dan kesehatan. Karena jika melacak berbagai referensi puasa mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan psikis.
Para filosof seperti Socrates dan Plato untuk menyucikan pikiran juga membiasakan puasa sepuluh hari dalam setiap bulannya. Malah terdapat terapi unik yang sering dipakai Ibnu Sina (Ilmuwan Muslim dan Bapak kedokteran Dunia), yaitu selalu menyuruh setiap pasien yang datang kepadanya untuk berpuasa selama tiga minggu.
Prof. Syamsul menantang setelah sarasehan ini digelar untuk dilakukan penelitian serius terutama bagi dosen dan mahasiswa FPK, tentang sabda Nabi yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging tersebut buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim).
Relefan dengan persoalan jiwa dan hati terdapat pernyataan seorang ulama bernama
al-Hârits al-Muhasibi, dalam kitab Risalah al-Mustarsyidin yang menyatakan bahwa
“Asal dari rusaknya hati yaitu meninggalkan muhâsabah diri dan tertipu dengan panjangnya ambisi.”
Agar sehat jiwa dan raga
Prof. Syamsul memperkenalkan pernyataan sahabat Ali bahwa “Kenyamanan raga terletak pada sedikitnya makan. Dan ketenangan hati terletak pada sedikitnya keinginan”.
Di samping sebuah maqalah alfiyah: “Waulqatun hashilatun bitabi’I # kaulqatin binasfil ismil waqi’i
(Segala problematika kehidupan yang datang dari dalam diri seseorang atau pengaruh dari luar. Dapat berpengaruh pada ketenangan, maka harus dilepaskan dan kemudian fokus agar memperoleh kebahagian sejati).
Diakhir Prof. Syamsul menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 harus dijadikan sebagai momentum yang tepat untuk muhasabah, ketika manusia tertimpa musibah mesti bersabar, mengingat kematian dan terus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Supaya hidup itu tenang dan semeleh.
Ditengah pandemi covid 19 yang masih melanda Indonesia, panitia halal bihalal FPK UIN Walisongo Semarang telah memberlakukan standar protokol kesehatan ketat.
“Untuk kelancaran kegiatan halal bihalal ini kami telah melakukan upaya-upaya maksimal dengan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat, supaya kenyamanan terpenuhi untuk semua peserta yang hadir” Ujar ketua panitia bapak suratman saat ditemui tim humas FPK UIN Walisongo Semarang.