Oleh Hilal Mulki Putra
Segala carut-marut yang terjadi dalam dunia pendidikan kita haruslah lebih menjadi perhatian kita dari berbagai elemen masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu fondasi bangsa untuk mencapai kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan juga digunakan sebagai alat yang dapat mengangkat kebodohan suatu bangsa. Segala permasalahan pendidikan kita yang sering menerima kritik dari berbagai kalangan entah, politisi, praktisi pendidikan hingga masyarakat umum, meliputi sistem pendidikan, intansi pendidikan hingga dalam Kemdikbudristek yang memang kadang menimpulkan pro dan kontra hingga polemik yang menarik untuk dibahas.
Seharusnya para guru Indonesia menyumbangkan sumbagsih pemikirannya untuk pendidikan bangsa ke depannya. Bukan malah hanya menunggu program dari pihak kementerian terkait. Tetapi seharusnya guru yang menjadi fasilitator terlebih yang telah menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) mampu mengembangkan gagasannya untuk sistem pendidikan di sekolah maupun madrasah bangsa ini ke depannya.
Jika lebih kita cermati akar permasalahan yang mengakar pada pendidikan kita disebabkan oleh berbagai factor. Dalam pandangan penulis, di antaranya guru yang mengajar bukan karena panggilan jiwa, progam pendidikan dari pemerintah yang belum tersirnegikan dengan guru dan kualitas guru yang rendah.
- Iklan -
Selain polemik yang muncul dari faktor di atas, sistem pendidikan kita juga masih dihadapkan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang memaksa guru dan peserta didik melakukan kegiatan belajar-mengajar secara daring. Imbasnya sampai pada perkembangan karakter, psikomotorik dan siswa menurun dikarenakan pembelajaran online yang 100% tidak dapat menggantikan pembelajaran tatap muka seperti pada umumnya.
Sebenarnya, segala permasalahan yang telah disebutkan di atas dalam lingkup pendidikan kita bisa kita perbaiki. Syaratnya jika kementerian sebagai pembuat program dan guru sebagai pelaksana yang dapat bersinergi secara bersama-sama. Peran ulama dan masyarakat terkhusus orang tua juga sangat diperlukan sebagai penasihat serta pengawas dalam lingkup jalannya proses pendidikan kita.
Pemerintah Bersinergi dengan Guru
Pemerintah sebagai pencetus program pendidikan dan guru sebagai pelaksana memiliki keterkaitan yang penting dalam perkembangan proses pendidikan bangsa. Sebenarnya pemerintah lewat progam intensif seperti Bimtek dan pelatihan-pelatihan. Tetapi, dalam pengalaman penulis sendiri program tersebut belum memiliki hasil yang signifikan dalam pendidikan bangsa.
Penulis beranggapan demikian bukan tanpa sebab. Program pendidikan yang digaungkan oleh pemerintah kadang sering menuai kritikan dari berbagai pihak, seperti kasus terbaru terhapusnya nama KH. Hasyim Asy’ari dalam KBBI. Beliau merupakan pendiri Nahdhatul Ulama. Penulis berpandangan bahwasa hal ini dapat terjadi karena setiap penyusunan program pendidikan seperti materi hingga kurikulum pihak dari pemerintah tidak mengundang kalangan madrasah atau sekolah untuk ikut andil dalam penyusunan kurikulum ataupun bahan ajar pendidikan.
Di lapangan seringkali penulis yang juga sebagai salah satu guru madrasah hanya menemui sosialisasi progam pemerintah, tidak pernah mendengar kapan pemerintah mengundang perwakilan dari pihak guru dari berbagai sekolah atau madrasah diseluruh Indonesia untuk menyusun progam pendidikan sesuai dengan kebutuhan setiap madrasah. Sebab, seharusnya dalam penyusunan suatu progam kurikulum pendidikan peran guru sangat penting dikarenakan para guru inilah yang mengerti apa yang menjadi kebutuhan dari madrasah hingga para peserta didiknya.
Kualitas Guru yang Rendah
Dalam penelitian yang dilakukan Shintia Revina dalam artikelnya, ditemukan bahwasa salah satu akar masalah buruknya kualitas pendidikan Indonesia adalah rendahnya kualitas guru. Dari tahun 2012 hingga 2015, sebanyak 1,3 juta dari 1,6 juta guru yang mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) – yang mengukur kompetensi mengelola pembelajaran dan pemahaman atas mata pelajaran yang diampu – bahkan tidak mencapai nilai minimum.
Kualitas rendah guru memang menjadi salah satu akar masalah pendidikan kita. Kualitas guru rendah memang bukan tanpa sebab. Salah satu faktornya yaitu kurangnya memahami bahwasannya profesi guru merupakan panggilan jiwa untuk mengabdi dan mengamalkan ilmu.
Di samping itu kualitas guru juga timbul dikarenakan proses recruitment ASN guru hanya berdasarkan hasil ujian kompetensi tertulis. Bukan dengan mengevaluasi kecakapan kerja guru dalam mendidik peserta didik yang disertai penguasaan materi, metode yang dibarengi dengan semangat tinggi sebagai syarat diangkatnya menjadi ASN.
Segala persoalan yang mendera kualitas guru dapat diperbaiki jika para guru memahami akan makna menjadi seorang guru. Hal ini sebanrnya telah tercantum dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen “menegaskan bahwa guru dan dosenwajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Solusi selanjutnya pemerintah dapat mengundang berbagai elemen atau perwakilan guru dari setiap madrasah atau sekolah yang ada di Indonesia agar dapat ikut andil menyuarakan gagasan dalam penyusunan progam kurikulum pendidikan bangsa.
Kesejahteraan Guru Jauh Dari Layak
Guru merupakan sebuah profesi yang mulia dan terhormat. Tetapi tidak semua kalangan mengetahui nasib guru yang sebenarnya masih berstatus honorer hanya menerima gaji kecil dan jauh dari kata layak. Sehingga guru dipaksa untu mencari tambahan nafkah diluar untuk menghidupi dirinya dan keluarga.
Seringkali pemerintah menggaungkan pendidikan bangsa kita harus dibenahi tetapi pemerintah sendiri tidak merogoh koceknya untuk menyejahterakan guru sebagai tenaga kependidikan. Fenomena ini perlu diperbaiki oleh pemerintah sendiri yang didukung oleh semua elemen masyarakat. Pemerintah tidak boleh abai dikarenakan guru yang berstatus honorer maupun ASN memiliki kewajiban dan hak yang sama.
Penulis berpandangan jika nasib guru yang diperlakukan demikian, maka tidak menutup kemungkinan guru dapat menjadi malas dalam mengajar hingga mencari peruntungan dalam lingkup pekerjaan lain.
Pembelajaran Dalam Kondisi Pandemi
Pandemi Covid-19 telah merubah segalanya, di mana proses pembelajaran berubah 180 derajat. Para siswa hanya ikut pembelajaran saat di rumah lewat gadget yang mereka punya. Dalam praktiknya kegiatan pembelajaran secara daring ini mengakibatkan anak yang tingkat motivasi belajarnya rendah akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran yang natinya berimbas ke hasil pembelajaran.
Guru yang hanya memiliki fisik terbatas tidak bisa memperhatikan semua peserta didik dalam satu tempat dan waktu. Pengalaman penulis yang juga berprofesi menjadi guru hanya mampu bersosialisasi beberapa kali dalam satu minggunya yang dimana dalam pertemuan itu guru kebanyakan hanya memberikan pegarahan sedikit, pemberian tugas hingga evaluasi hasil pengerjaan tugas oleh siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh seperti masa ini, guru harus memang harus beroikir inovatif dan kreatif dalam menciptkan proses pembelajaran yang dikemas secara menarik agar para peserta tidak jenuh dan bosan dalam materi pembelajaran yang guru sajikan. Salah satu solusi meningkatkan semangat belajar peserta didik. Guru dapat membuat semacam video animasi pembelajaran lewat aplikasi editing video yang digarap secara menarik sehingga menjadikan siswa yang menyimak video animasi pembelajaran tersebut menjadi antusias dalam kegiatan pembelajaran.
Perbaikan
Sebenarnya kualitas pendidikan yang ada saat ini masih jauh dari harapan. Tetapi perubahan-perubahan dalam kurikulum pendidikan kita semakin baik yang sesuai dengan perkembangan teghnologi 4.0 dan society 5.0. Tetapi dalam meraih impian pendidikan yang memang diinginkan pemerintah haruslah lebih mengetahui apa yang dibutuhkan oleh setiap madrasah atau sekolah di Indonesia.
Selain tren perubahan zaman dan mengetahui kebutuhan sekolah atau madrasah. Pemerintah juga diharapkan mampu memberikan kesejahteraan terhadap para guru di Indonesia. Guru dan pemerintah pula haruslah bersinergi secara aktif dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum guna mewujudkan pendidikan yang berkemajuan di Indonesia.
-Penulis adalah Mahasiswa INISNU Temanggung