Oleh Hamidulloh Ibda
Pada Rabu 12 Mei 2021 sekira pukul 20.33 WIB saat malam takbiran, saya mengirim permohonan maaf sekaligus ucapan Idulfitri 1442 H. Broadcast, beruntun dan memang hanya ini yang bisa saya lakukan. Sebab, nasib saya sudah dua kali Idulfitri ini tidak bisa mudik bersama keluarga.
Berbagai respon para kiai, guru besar, dosen, guru, mahasiswa, santri, sahabat, sedulur dan aktivis Nahdlatul Ulama saya terima balik lewat WhatsApp yang saya japri tersebut. Unik, membuat terenyuh dan ada yang membuat saya ngakak tak berkesudahan.
Saya mengirim hampir ke 100 kontak WA lebih. Saya mendata, sekitar 27 saja yang membalas teks. Lainnya, sekitar 75 membalas dengan gambar. Bukan meme desainan Corel Draw atau aplikasi android sejenisnya lah, namun meme itu produk twibbon.com. Bahkan ada sekira 6 membalas dengan video. Wah, ndadak download barang.
- Iklan -
Soal substansi lebih saya utamakan. Menyambung silaturahim, bermaaf-maafan, memudikkan diri ke Fitri sekaligus memperkuat ukhuwah. Begitu.
Teks, Gambar, dan Video
Mau teks, gambar, video, atau url Youtube bagi saya itu sekadar metode. Yang penting substansi Idulfitri masih terjaga meski terbatas ruang, waktu dan jangan lupa “sangu” berbeda.
Namun jika kita kaitkan dengan kemampuan literasi tentu beragam temuan dan varian. Khususnya dari kasus yang saya soal di atas.
Pertama, ini soal teks. Saya sudah membuat sepuluh lebih meme twibbon. Mulai dari foto pribadi, foto bersama keluarga, dengan membawa nama Prodi PGMI, STAINU-AKPER Alkautsar, LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah, FKPT Jawa Tengah, dan lainnya. Namun saya tidak membagikan satu pun meme twibbon ucapan Idulfitri itu kepada orang lain kecuali kepada istri saya. Selain itu saya hanya menjadikan story di WhatsApp dan status di Facebook. That’s all!
Kepada mereka yang saya kirimi ucapan Idulfitri dan permohonan maaf hanya teks. Namun ya tadi, jawaban atau responnya beragam. Mereka sudah beralih ke tradisi gambar dan video. Bisa jadi malas mengetik atau memang sudah tidak zamannya.
Kedua, gambar. Di sini yang saya maksud gambar adalah meme. Dulu sebelum ada twibbon, orang sudah melek meme meskin harus ribet mendesain lewat aplikasi. Kini, hampir semua media ada dan dipermudah. Adanya platform meme produk twibbon memudahkan masyarakat membuat kartu ucapan, promosi maupun pencitraan. Termasuk momentun Idulfitri 1442 H ini.
Uniknya, tradisi teks yang identik dengan generasi tua ternyata tidak juga. Nyatanya, yang membalas teks ucapan Idulfitri dari saya, rata-rata mereka yang berusia di atas 35-40 tahun ke atas dengan menggunakan meme twibbon. Ini menandakan generasi tua sudah memanfaatkan teknologi digital atau justru dimanjakan dengan hal itu. Mereka malas membalas lewat teks yang ribet “nunuk-nunuk” ngetik lewat gawai mereka yang sudah layar sentuh semuanya.
Paling-paling ya balasannya “sama-sama”, “podo-podo” atau “kosong-kosong nggeh”. Ah, karepmu! Penting wes njaluk ngapura. Demikian batin saya.
Ketiga, video. Ini masih sedikit yang menggunakan. Sebab, masih banyak yang menilai ribet, filenya berat, besar dan menyaratkan memiliki kuota banyak. Tapi tetap masih ada yang membuat story WhatsAppa dengan video ucapan Idulfitri dibumbui dengan backsong takbiran, baik atas nama pribadi maupun institusi.
Yang jelas, fenomena ini tentu juga melanda pembaca tulisan ini. Ketiga media di atas antara teks, gambar dan video memiliki kekurangan dan kelebihan.
Pertama, jika teks, rata-rata masih copas alias plagiat. Pesan beruntun selalu terjadi ketika momentum Idulfitri. Ironisnya, yang plagiat teks ucapan Idulfitri ini juga orang-orang terdidik.
Dalam hati saya pernah berpikir “masak ucapan Idulfitri dan meminta maaf kok hasil plagiat”. Namun ya begitu. Dunia virtual membuat masyarakat kehilangan etika dan menjumudkan kreativitas dalam berkomunikasi. Lah, mau bagaimana lagi? Wong tinggal copy, edit ganti nama dan kirim ulang ke teman lainnya. Beres!
Kedua, peradaban gambar, meme atau ilustrasi produk twibbon ucapan Idulfitri dan permohonan maaf menjadikan orisinil. Sebab, tidak mungkin seorang memasang gambar orang lain, temannya, atau musuhnya apalagi “gendakannya” kan? Kecuali atas nama institusi. Fotonya bisa berjemaah.
Nah, inilah yang saya sebut sebagai ucapan Idulfitri yang lebih jujur, praktis dan milenial karena sesuai perkembangan zaman. Meski pada akhirnya “nyampah” dihapus namun ucapan lewat gambar lebih dipilih.
Dari situs yang saya cari, ada banyak media online menyediakan link download twibbon kartu ucapan selamat Idulfitri 1442 H. Mulai dari Kompas.com, Tirto.id, Okezone.com, Ayosulsel.com, Tribunnews.com, Detik.com, Suara.com, Suarasulsel.id, Pikiranrakyat.com, Bagikanberita.com, Jakpusnews.com, Malangterkini.com, Cianjurtoday.com, Semarangku.com dan lainnya masih banyak. Belum lain pesan beruntun yang turut membagikan link-link twibbon tersebut. Praktis banget kan?
Kemudahan inilah yang membuat konvergensi dari teks menuju meme, gambar atau kartu ucapan digital Idulfitri lebih dipilih. Memang demikian yang banyak peminatnya. Meski satu sampai dua hari saat Idulfitri, di gawai Anda bisa ratusan meme jika Anda simpan. Tapi mau bagaimana lagi coba?
Ketiga, video. Media yang satu ini agak ribet. Harus shooting dulu, atau sekadar editing melalui sejumlah aplikasi. Video substansinya sama. Mengharuskan orisinalitas dan kreativitas dalam mengeditnya. Maka bagi saya ini agak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran. Meski sedikit yang “kober” melakukannya, tapi video bagi saya juga wujud literasi tingkat tinggi.
Terserah kita pilih yang mana. Yang penting, Idulfitri tahun ini memang mengajarkan kita melek literasi. Apalagi sebagian besar di antara kita tidak mudik. Khususnya para ASN dan PPPK yang harus taat aturan. Maka jalan satu-satunya agar tetap bersilaturahmi, menyambung “balung pisah” dengan saudara-saudara kita ya lewat media chatting atau layanan pesan seperti WhatsApp dengan mengirimkan ucapan tersebut.
Mau pilih teks, gambar, atau video itu sekadar alat atau media saja. Yang penting substansi Idulfitri itu harus benar-benar mengembalikan kita kepada yang suci, glowing nan bersih. Maka ketika sudah berpuasa penuh 30 hari, membayar zakat fitrah dan meminta maaf, puncaknya adalah kembali pada yang suci sebelum kita kembali pada Yang Ilahi.
Dari dulu sampai sekarang, Idulfitri ya begitu-begitu saja. Salat Id, kumpul keluarga, badan, bermaaf-maafan, makan-makan, reuninan, halalbihahal, dan lainnya. Kan begitu. Sebab, yang membedakan Idulfitri itu kan cuma tafsirannya. Bukankan demikian?
Lalu, Anda pilih teks, gambar atau video?
Selamat Idulfitri 1442 H. Mohon maaf lahir dan batin.
-Penulis adalah Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah.