Oleh Hamidulloh Ibda
Saat ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru, menggelar kegiatan Training of Trainer (ToT) Calon Fasilitator Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) untuk guru Pendidikan Dasar dan Menengah di beberapa wilayah. Sebenarnya, ini bagi saya bukan hal baru, dan sedikit agak terlambat. Meski demikian, KKA ini sangat penting diterapkan dengan konsep dan pola yang terstruktur resmi dari kementerian. Menurutmu penting nggak?
Di era digital yang berdenyut kencang ini, penguasaan koding dan pemahaman mendalam tentang KKA bukan lagi sekadar keunggulan, melainkan sebuah keniscayaan. Ibarat nahkoda yang memegang kemudi di tengah samudra inovasi, generasi muda perlu dibekali kompas dan peta yang tepat untuk menavigasi kompleksitas teknologi masa depan. Strategi pembelajaran KKA hadir sebagai panduan, sebuah peta yang menuntun peserta didik untuk tidak hanya memahami, tetapi juga menciptakan solusi cerdas.
Di era digital yang terus berkembang pesat, kemampuan berpikir komputasional dan literasi teknologi menjadi keterampilan mendasar yang wajib dimiliki setiap peserta didik. Salah satu inisiatif penting dalam menyongsong masa depan tersebut adalah penguatan pembelajaran KKA di sekolah. Kemendikdasmen telah merilis strategi nasional pembelajaran KKA yang menjadi bagian integral dari penguatan Kurikulum Merdeka dengan pendekatan deep learning.
- Iklan -
Mengapa KKA Penting?
Pembelajaran KKA bukan semata penguasaan teknis menulis kode atau memahami algoritma kecerdasan buatan. Lebih dari itu, KKA mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas, yang menjadi inti dari pendekatan deep learning. KKA melatih peserta didik untuk tidak hanya memahami “apa” dan “bagaimana”, tetapi juga “mengapa”—sehingga proses belajar menjadi lebih reflektif dan kontekstual.
Menurut dokumen resmi Kemendikbudristek, KKA dikembangkan untuk memperkuat kemampuan problem-solving berbasis teknologi, literasi digital, serta kesiapan menghadapi dunia kerja masa depan yang semakin terdigitalisasi. Dengan mengintegrasikan pembelajaran lintas disiplin (interdisciplinary), peserta didik diajak memahami konteks nyata dan relevansi teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
KKA bukan sekadar mata pelajaran teknis. Lebih dari itu, KKA diklaim Kemdikdasmen sebagai jembatan yang menghubungkan pemikiran komputasional, kreativitas, dan kemampuan analitis. Kurikulum ini mendorong pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan tantangan dunia nyata, di mana AI telah menjadi bagian tak terpisahkan.
Salah satu gelombang inovasi yang menarik untuk dieksplorasi dalam KKA adalah Deep Learning. Bayangkan sebuah sistem yang mampu mengenali pola kompleks dalam data, belajar dari kesalahan, dan bahkan membuat prediksi dengan akurasi yang menakjubkan. Inilah esensi Deep Learning, sebuah cabang AI yang terinspirasi dari cara kerja otak manusia dengan lapisan-lapisan jaringan saraf tiruan (Artificial Neural Networks).
Dalam konteks KKA, pengenalan konsep Deep Learning dapat dimulai dengan contoh-contoh aplikatif yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, bagaimana algoritma Deep Learning digunakan dalam sistem pengenalan wajah pada ponsel, rekomendasi film pada platform streaming, atau bahkan dalam diagnosis penyakit melalui analisis citra medis. Melalui studi kasus seperti ini, peserta didik tidak hanya memahami teori di balik Deep Learning, tetapi juga merasakan dampaknya secara langsung.
Lebih jauh lagi, KKA dapat membimbing peserta didik untuk bereksperimen dengan alat dan platform pengembangan AI yang ramah bagi pemula. Mereka dapat belajar membangun model sederhana untuk klasifikasi gambar, analisis sentimen teks, atau bahkan memprediksi tren sederhana. Proses ini tidak hanya mengasah kemampuan koding, tetapi juga menumbuhkan intuisi tentang bagaimana AI bekerja dan batasan-batasannya.
Integrasi AI dalam KKA juga membuka peluang untuk pembelajaran yang lebih personal dan adaptif. Bayangkan sebuah platform belajar koding yang dapat menyesuaikan tingkat kesulitan materi berdasarkan kemajuan setiap siswa, atau memberikan umpan balik yang spesifik dan relevan. AI dapat menjadi asisten belajar yang cerdas, membantu peserta didik mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan menawarkan sumber daya yang tepat.
Namun, perjalanan menjelajahi samudra KKA tidak hanya tentang penguasaan teknis semata. Aspek etika dan implikasi sosial dari AI juga perlu menjadi bagian integral dari pembelajaran. Diskusi tentang bias dalam algoritma, privasi data, dan dampak AI terhadap lapangan pekerjaan akan membekali peserta didik dengan pemahaman yang holistik dan bertanggung jawab terhadap teknologi yang mereka pelajari.
KKA dan Pendekatan Deep Learning
Pendekatan deep learning dalam konteks pendidikan bukan hanya soal pembelajaran mesin (machine learning), tetapi lebih kepada pendekatan pedagogis yang menekankan pembelajaran mendalam dan bermakna. Karakteristik utama dari pendekatan ini beragam. Pertama, berpusat pada murid. Artinya, murid aktif mengeksplorasi, bukan pasif menerima. Kedua, reflektif dan kritia. Murid diajak berpikir, bertanya, dan menelaah kembali apa yang dipelajari.
Ketiga, kontekstual. Materi pembelajaran dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata. Keempat, terintegrasi lintas mata pelajaran. Pembelajaran tidak dikotakkan, melainkan menyatu dalam proyek dan tantangan nyata.
Strategi pembelajaran KKA memanfaatkan pendekatan ini secara penuh. Melalui proyek-proyek sederhana seperti membuat aplikasi kalkulator, chatbot, atau sistem deteksi wajah menggunakan AI sederhana, siswa tidak hanya belajar teknologi, tetapi juga belajar memahami persoalan dan berpikir secara sistematis.
Tahapan Strategis Implementasi KKA
Menurut panduan resmi Kemendikdasmen oleh Riady, dkk (2025) dalam Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, ada tiga tahap utama dalam mengimplementasikan pembelajaran KKA di satuan pendidikan. Pertama, pengenalan (awareness). Siswa diperkenalkan pada konsep dasar koding dan AI secara kontekstual. Selain itu juga menggunakan permainan dan simulasi untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu.
Kedua, pendalaman (deepening). Murid mulai mempelajari logika pemrograman, algoritma dasar, dan konsep AI seperti machine learning dan pattern recognition. Pendekatan proyek mulai diterapkan untuk membangun pengalaman konkret.
Ketiga, pengayaan (advancing). Murid diberi tantangan nyata dalam bentuk capstone project berbasis pemecahan masalah. Kolaborasi lintas disiplin menjadi fokus utama, seperti menggabungkan KKA dengan pelajaran sains, matematika, atau IPS.
Peran Guru dan Dukungan Ekosistem
Untuk suksesnya implementasi KKA, guru harus didukung dengan pelatihan berkelanjutan dan sumber belajar yang adaptif. Guru tidak dituntut menjadi ahli AI atau programmer, melainkan sebagai fasilitator yang mampu membimbing siswa berpikir kritis dan kreatif dalam konteks teknologi.
Ekosistem sekolah juga perlu mendorong budaya inovasi. Sarana seperti laboratorium komputer, koneksi internet, dan komunitas pembelajar (learning community) menjadi kunci penting. Kolaborasi dengan dunia industri, kampus, dan komunitas teknologi akan memperkuat daya jangkau pembelajaran KKA.
Dengan pembelajaran KKA yang terintegrasi dalam pendekatan deep learning, Indonesia tengah menyiapkan generasi muda yang tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta dan inovator. KKA bukan sekadar pelajaran baru, melainkan strategi transformasi pendidikan yang menjawab tantangan zaman.
Sudah saatnya pembelajaran kita tidak hanya fokus pada hafalan, tetapi pada pemahaman, pengalaman, dan keterampilan masa depan. KKA adalah jembatan menuju pendidikan yang lebih bermakna, relevan, dan membebaskan potensi setiap anak Indonesia.
Dengan pendekatan yang terstruktur, kontekstual, dan berorientasi pada eksplorasi, strategi pembelajaran KKA memiliki potensi besar untuk melahirkan generasi inovator yang tidak hanya mahir dalam koding dan AI, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk kebaikan bersama. Ibarat menanam benih di tanah yang subur, KKA menjadi investasi masa depan yang akan menumbuhkan talenta-talenta digital yang siap menghadapi tantangan dan menciptakan solusi untuk dunia yang semakin cerdas.
Dengan catatan, kuwi nek serius lo ya. Jika tidak serius, ya sekadar jadi proyek kementerian. Ngono opo ora?
-Penulis adalah dosen dan Wakil Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung.